Read More >>"> Phsycopath vs Indigo (Telekinesis and Precognition) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Phsycopath vs Indigo
MENU
About Us  

 Aku melewati bisingnya anak-anak didepan mading sekolah. Ya, aku tau itu berita pembunuhan pak Erlan. Namun, mengapa anak-anak kali ini menatapku asing? Semuanya memang berubah, khusunya kepada diriku, aku bingung memagari pikiranku, seakan tidak ada lagi jalan yang dapat aku tempuh. Skak matt. Berhenti sudah aku disini, terjebak dalam dunia yang penuh teka-teki, aku harap seseorang datang membantuku memecahkan permasalahan ini.

“Kemarin, pas kelas sudah sepi aku dengar Feyandra bicara sesuatu sama pak Erlan katanya si ‘hati-hati’ gitu.” Bisik salah satu anak perempuan yang sedang berkumpul bersama genk nya. “Jangan-jangan, dia pembunuhnya?” , “hm, bukan-bukan mungkin dia gadis pembawa kematian!”, “wah bisa jadi tuh!”. Mereka berbisik-bisik membicaranku, namun aku dapat mendengarnya. Apalagi saat aku mindreading mereka satu persatu.

      Aku duduk dikursiku, aku memang melihat wajah Fyan yang berbeda hari ini. panik, dan pucat. Itu yang terlukis diwajahnya. Namun, satu sekolah menuduhku mereka menyebutku ‘gadis pembawa kematian’ . Padahal aku tidak melakukan apapun, semua ini karena Fyan. “Fey..” panggil Fyan lirih. Aku meliriknya jijik, karena semua janjinya bahwa tidak akan membunuh manusia adalah omong kosong.

“Hm..” jawabku singkat, keringat dingin keluar dari pori-pori wajah Fyan. Bibirnya bergetar ingin ingin mengatakan sesuatu, namun tidak jadi karena anak-anak sekelas langsung datang mengolok-olokku.

“Ga nyangka yah, ternyata dikelas kita ada gadis pembawa kematian.” Ucap salah satu teman sekelasku. “Konon katanya, siapa yang berhubungan dengan dia pasti akan segera dilamar sang malaikat maut. Kaya pak Erlan gitu.” Aku menghela napas panjang, mendengarkan mereka yang bersahut-sahutan menyindirku.

      Brakkk!!! Tiba-tiba Alice berdiri dan menggebrak meja, memang dikelas salah satu murid yang disegani adalah Alice, karena dia seorang ketua kelas. “Kalian bisa ga sih diam?!” ucapnya. Anak-anak diam sesaat, namun membantah kembali “Al, kita itu kasihan sama kamu, kenapa sih kamu temannya yang satu pria pecinta darah, yang satu lagi gadis pembawa kematian? Kenapa tidak berteman dengan kita-kita Al?” tanya Harmton, wakil dari jabatan Alice. Alice terdiam sesaat, “ka.. kalian ga berhak ngatur-ngatur!” ucap Alice dengan nada tinggi dan segera pergi. Kini tidak ada Alice,  mungkin lagi-lagi aku akan di-bully karena perbuatan Fyan.

“Hey, gadis pembawa kematian! Lihat apa yang kau lakukan kepada Alice, cih! Jijik aku melihat gadis itu!” ucap Harmton. “Apa? Kenapa aku? Bukankah kalian yang menyakiti hatinya?” tanyaku. Anak-anak langsung riuh, kini mereka bersahut-sahutan kembali mengolok-olokku.

“Mau melawan dia, aku juga takut, takut dilamar malaikat maut. Huuuuuu!”

“Ternyata dia menjadi sok jagoan yah, ada baiknya kita usir saja dia dari sini. Setuju ga kawan-kawan?!”

“Nah setuju tuh! Kalau lama-lama disini dia bisa jadi bala saja!”

“Lagipula kita tidak taukan asal usulnya? Bisa saja ayahnya juga punya seorang spiritual ilmu hitam, makanya berimbas kepada anaknya se…” belum sempat mereka melanjutkan ucapannya, aku langsung berdiri dan anehnya tanganku langsung refleks terbuka kearah depan dan membuang tanganku! Anak-anak melihat takut kearahku, karena setelah aku lihat semua meja telah berantakan bak tertiup angin. Apalagi ini? Apakah ini termasuk dari kemampuan ayah yang diturunkan kepadaku? Mereka semua menatapku dingin, begitu juga dengan Fyan. Aku tak kuasa menahan airmata yang kian membendung, aku lagi-lagi berlari ke kamar mandi yang sunyi itu.

      “Apalagi ayah? Apalagi ini?! Banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang sekarang terjadi, ini masa SMA ku. Masa-masa yang harusnya aku isi dengan kenangan indah mengapa berubah menjadi pahit? Aku hanya ingin menjadi gadis normaaaaaaaaal!” teriakku, aku masa bodoh dengan tempat yang aku pijaki sekarang, aku tidak memikirkan orang-orang yang mendengarku. Karena yang pasti, kamar mandi ini sunyi. “Kau lebih dari normal!” ucap seseorang, dibelakangku. Aku membalikan badan, dan lagi-lagi itu Riana. “Riana? Sejak kapan kau datang?” tanyaku mulai curiga, “tidak penting!” jawabnya acuh tak acuh. “Riana, apa aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?” tanyaku penuh harap, bibir pecah Riana menyunggingkan senyumnya yang khas. Senyum yang tak dapat aku jelaskan dengan kata-kata.  ”Temui aku ditaman belakang, pulang sekolah nanti.” Ucapnya, ‘kenapa dia selalu datang secara tiba-tiba? Apa dia bukanlah manusia? Tapi, mengapa tubuhnya sempurna seperti manusia? Siapa dia?” begitu banyak tanda tanya dalam benakku, hingga saat aku tersadar dari lamunan, aku kehilangan sosoknya lagi.

                                                      ******

      “Fey, aku duluan ya!” ucap Fyan, aku hanya mengangguk lemas, dari jam pelajaran tadi aku masih memikirkan Fyan yang begitu kejam membunuh pak Erlan. “Fey, ga pulang?” tanya Alice, aku yang tersadar bahwa aku punya janji dengan Riana tiba-tiba saja menjadi semangat, “aku lupa! Aku ada janji sama Riana!” ucapku, membuat mata Alice dan Fyan terbelalak, “Riana?!” pekik mereka bersamaan, Fyan yang tadi sibuk memasukkan buku tiba-tiba berhenti, wajahnya mendung, namun  pikirannya kosong. ”Ternyata dia mempunyai sixsense” ucap Alice dalam hatinya yang dapat aku dengar. Aku melihat sunggingan senyum disudut bibir Alice, dan Fyan menatapnya tajam. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Fyan, Alice, dan Riana saat aku belum berada disekolah ini?

      ”Riana..” ucap Fyan lirih, matanya berkaca-kaca dan senyumannya mencoba menegarkan dirinya sendiri. “Ada apa dengan Riana?” tanyaku, aku merasakan energi tubuh Fyan. Rapuh, sakit hati, benci bersatu padu menjadi satu. Namun siapa Riana? Fyan langsung berjalan cepat menuju keluar dan hilang dibalik pintu. Ya, Fyan sudah pulang. Kini tinggal aku dan Alice, akupun merasakan energi Alice. Energi dan aura negatif keluar dalam tubuh Alice. Saat ini, yang ku ingin cari tau bukanlah siapa Riana namun kini siapa Alice dan Fyan?

”Sebaiknya kamu jangan bertemu dengan Riana, karena nantinya kamu akan menyesal telah bertemu dengannya. Mungkin lebih tepatnya aku.” Ucap Alice, namun kata-kata terakhirnya itu diucapkannya pelan. Aku tidak mengerti dengan mereka berdua. Tapi aku akan tetap menemui Riana, karena dari sanalah kunci jawaban yang selama ini aku cari bisa terkuak.

’Wajahnya menggambarkan orang baik, namun mengapa Alice berkata akan menyesal kalau aku bertemu dengan Riana?” gumamku dalam hati, setiap langkahku dipenuhi lamunan-lamunan. Hingga pada akhirnya, seorang wanita tengah duduk bersama salah satu anak kecil yang waktu itu berlari-lari ditaman belakang sekolah. Aku membekap mulutku dengan tanganku sendiri, “itu Ri.. Riana” ucapku pelan. Riana membangunkan wajahnya yang tadinya tertunduk lesu, ia melihat tajam kepadaku dan menyayupkan tangannya memanggilku. Ini memang berat, karena selama ini, walaupun aku sering melihat makhluk-makhluk halus tapi aku belum pernah dekat sampai sedekat aku dengan anak kecil ini. Banyak sekali pertanyaan yang terus bergelayutan dalam otakku, tanpa dapat menjernihkan pikiranku aku tetap berusaha bersikap tenang.

”Riana, kamu memiliki sixsense?” tanyaku, aku masih berdiri dihadapan Riana yang tengah duduk merangkul anak kecil itu.

      “Tidak. Aku indigo, sama sepertimu.” Ucapnya. Aku sedikit tenang karena saat ini aku memilik teman dengan kemampuan yang sama. “Indigo adalah bawaan lahir seseorang dan tidak dapat dihilangkan, sedangkan sixsense dapat dihilangkan. Indigo lebih istimewa dari sixsense, anggaplah itu sebuah anugerah semua yang kau lihat, yang kau rasa, yang kau ucap, bahkan yang kau bayangkan akan menjadi nyata dalam sesaat. Hidupmu layak diperjuangkan dibumi ini, jangan pernah berpikir untuk menghilangkannya, karena pasti ada yang tersakiti jika kau menghilangkannya.” Ucap Riana, matanya berkaca-kaca menahan airmatanya. Begitu pula ddengan anak kecil itu, tiba-tiba muka tak bersahabat terlukis diwajah mereka.

“Ayahku?” tanyaku kepada Riana.

      “Tidak hanya ayahmu, namun juga kau. Dan teman batinmu.” Ucap Riana. Aku masih bingung dengan semua perkataan Riana. Apa yang diucapkannya bak sebuah rembulan yang redup cahayanya. Samar-samar.

“Apa maksudnya, hidupku layak diperjuangkan? Bagaimana dengan hidupmu sendiri?”

      “Aku tidak hidup.” Jawabnya singkat, mataku terbelalak mendengar ucapannya. Semoga yang terucap hanya sebuah kebohongan. “Apa maksudmu?!” tanyaku dengan nada tinggi. Aku merasa dipermainkan disini, setiap kata-kata yang ia ucapkan seolah-olah misteri yang akan aku jalani.

“Kita berbeda dunia. Aku telah terbunuh disekolah ini, aku juga sepertimu dulu. Namun bedanya, kau dapat mengubah sejarah yang pernah terjadi. Demi sebuah masa depan yang misteri namun pasti.” Aku menangis mendengar perkataan Riana, ternyata aku sedang berinteraksi dengan makhluk berbeda alam.

“Lalu mengapa kau sempurna layaknya manusia biasa?”

      “Karena aku dapat mengubah wujudku, sekarang kau tutup matamu dan bentangkan kedua tanganmu. Nikmatilah energi negatif disini, bersahabatlah dengan alam kami.” Ucap Riana. Aku menurutinya, tiba-tiba pundakku terasa panas aku membuka mataku dan betapa kagetnya aku melihat tubuh Riana yang dipenuhi darah. Seragamnya robek tak beraturan, bahkan ada pisau yang menancap dimatanya namun tertutupi dengan rambut panjangnya. Nafasku tak beraturan, aku melangkahkan kakiku kebelakang menjauhi Riana. Bahkan sekarang bukan hanya Riana dan anak kecil itu, tapi juga ada wanita yang bergelayutan dipohon dengan berbadan ular. Dia siluman. Dan masih banyak lagi sosok-sosok yang lebih menakutkan, dari yang kutemui sebelumnya. Aku sangat takut, aku hampir lari namun Riana mencegahku.

      ”Jangan takut! Kami tidak akan menyakitimu. Kemarilah..” ucap Riana membujukku. Akhirnya aku menuruti perkataannya, langkahku berucap antara setengah yakin dan setengah ragu. “Lalu siapa yang membunuhmu? Dan siapa anak kecil ini?” tanyaku. “Seorang Phsycopath disekolah ini, dan anak kecil ini dia hanya anak tak berdosa yang menjadi korban.” Ucap Riana, suara seraknya sangat melambangkan kesedihan yang amat mendalam, tangisnya pun menjatuhkan airmata dendam. “Aku ingin kau mengungkap semuanya, kau istimewa!” lanjutnya.

                                                      ******

      Interaksi  kami yang begitu lama dan memakan waktu hingga matahari telah tenggelam diufuk barat. Kulayangkan pandang ke kanan-kiri jalan, hanya ada serbuan air yang jatuh kebumi. Tiba-tiba seperti sebuah film terputar dalam pikiranku, bayangan Fyan yang akan menjatuhkan dirinya dari atas jembatan. Dan tiba-tiba suara sayup-sayup Riana terdengar ulang kembali oleh telingaku ”semua yang kau lihat, yang kau rasa, yang kau ucap, bahkan yang kau bayangkan akan menjadi nyata dalam sesaat.” Aku segera berlari menuju tempat yang ada dalam bayanganku tadi. Ternyata benar, laki-laki yang berdiri diujung jembatan itu bukanlah Fyan yang aku kenal sebelumnya. Ia menjadi Fyan yang lebih rapuh, wajahnya seperti menggambarkan garis-garis keputus asaannya. Aku berlari dan menarik tangannya. Emosiku tiba-tiba saja melonjak tak karuan.

      “Kamu gila?! Buat apa kamu bunuh diri Fy?!” tanyaku dengan emosi yang tak dapat aku kendalikan. Matanya menatap kosong jalanan, sorot matanya tidak adalagi harapan hidup. Namun tidak ada kabut hitam yang menyelimutinya, sebab itulah aku yakin bahwa Fyan tidak akan mati hari ini, esok, atau lusa, tapi masih lama lagi.

“Aku hanya ingin bersama Riana, selamanya” ucap Fyan, aku mengangkat satu alisku. Aku tidak tau apa hubungan Fyan dengan Riana dimasa lalunya.

      “Kenapa? Riana itu siapa mu?” Fyan tampak menghela nafas dalam-dalam setelah mendengar pertanyaanku. Namun ia mengalihkan pembicaraannya.

“Terimakasih telah menolongku, tadi emosiku tidak karuan. Tiba-tiba keputusasaanku datang kembali, aku terlalu mencintainya.” Ucap Fyan dan segera pergi meninggalkan aku yang masih berdiri mematung.

”Apa Fyan yang membunuh Riana? Dan apa Riana kekasihnya? Jahat sekali dia.” Gumamku dalam hati.

                                                      *****

      Aku melanjutkan perjalananku kembali dibawah rintiknya hujan. Setelah kuputar ingatanku, ternyata hari ini aku menemukan dua kemampuan baruku. Menggerakan benda tanpa aku menyentuhnya, yaitu telekinesis. Dan melihat kejadian yang akan terjadi, apa namanya? Mungkin aku menamakannya precognition yaitu melihat kejadian sebelum terjadi. Ayah pernah mengatakan dua kemampuan itu kepadaku, dan aku tidak percaya. Namun, kini telah terbukti.

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

1 1 1 1 1 4
Submit A Comment
Comments (66)
  • zufniviandhany24

    Ending nya ada bagian yang dipotong ya.. Jadi jangan kecewa, karna sengaja biar tdk di copas. Bisa lihat full nya di wattpad

    Comment on chapter My Ability
  • lindawulandary

    Sempat penasaran sama jumlah likenya. Eh ... ternyata ceritanya begini. Kerenlah.

    Comment on chapter My Ability
  • Ayusetiani

    Endingnya maksa banget. Kek cerita belum selesai tapi harus stop. Jadi rancu. Gimana yah. Begitulah.

    Comment on chapter Interdimentional 2
  • zufniviandhany24

    @EqoDante belum ending.. Wkwk

    Comment on chapter My Ability
  • EqoDante

    Endingnya terasa maksa banget.

    Comment on chapter My Ability
  • zufniviandhany24

    @SusanSwansh iya kak, mungkin emang ada kemiripan kan sama" Diambil dri kisah nyata, cuma bedanya cerita saya ada fiksi nya dikit

    Comment on chapter Interdimentional
  • SusanSwansh

    @zufniviandhany24 itu seperti komentar di bawah. Sinetron. Bukan buku. Di Antv.

    Comment on chapter My Ability
  • Tety

    Aku setuju sama si Susan. Emang mirip sinetron itu.

    Comment on chapter My Ability
  • Tety

    Itu bukan buku. Itu sinetron. Di Antv.

    Comment on chapter My Ability
  • zufniviandhany24

    @lanacobalt saya gatau cerita ituu;"

    Comment on chapter My Ability
Similar Tags
BELVANYA
1      1     0     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Mawar Milik Siska
3      3     0     
Short Story
Bulan masih Januari saat ada pesan masuk di sosial media Siska. Happy valentine's day, Siska! Siska pikir mungkin orang aneh, atau temannya yang iseng, sebelum serangkaian teror datang menghantui Siska. Sebuah teror yang berasal dari masa lalu.
Samudra
6      6     0     
Short Story
Semesta, bolehkah aku memohon. Kembalikan Samudra kepadaku, aku merindukannya.
Alvira ; Kaligrafi untuk Sabrina
220      114     0     
Romance
Sabrina Rinjani, perempuan priyayi yang keturunan dari trah Kyai di hadapkan pada dilema ketika biduk rumah tangga buatan orangtuanya di terjang tsunami poligami. Rumah tangga yang bak kapal Nuh oleng sedemikian rupa. Sabrina harus memilih. Sabrina mempertaruhkan dirinya sebagai perempuan shalehah yang harus ikhlas sebagai perempuan yang rela di madu atau sebaliknya melakukan pemberontakan ata...
Secret Elegi
69      35     0     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Detektif
3      3     0     
Short Story
Sebuah Puisi dari pengagum rahasia
Orange Blossom
408      317     3     
Short Story
Kesepian, mimpi dan perjuangan, dua orang kesepian yang terikat dalam kesendirian, kisah yang bermula dari segelas Orange Blossom.
My Sweety Girl
85      39     0     
Romance
Kenarya Alby Bimantara adalah sosok yang akan selalu ada untuk Maisha Biantari. Begitupun sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu salah satu dari keduanya perlahan terlepas. Cinta yang datang pada cowok berparas manis itu membuat Maisha ketakutan. Tentang sepi dan dingin yang sejak beberapa tahun pergi seolah kembali menghampiri. Jika ada jalan untuk mempertahankan Ken di sisinya, maka...
Sweet Sound of Love
0      0     0     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
Sampai Kau Jadi Miliku
43      22     0     
Romance
Ini cerita tentang para penghuni SMA Citra Buana dalam mengejar apa yang mereka inginkan. Tidak hanya tentang asmara tentunya, namun juga cita-cita, kebanggaan, persahabatan, dan keluarga. Rena terjebak di antara dua pangeran sekolah, Al terjebak dalam kesakitan masa lalu nya, Rama terjebak dalam dirinya yang sekarang, Beny terjebak dalam cinta sepihak, Melly terjebak dalam prinsipnya, Karina ...