Read More >>"> Phsycopath vs Indigo (Koude | Tanggung Jawab) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Phsycopath vs Indigo
MENU
About Us  

Hari ini, tepat dua tahun setelah aku dan Dyvan bersekolah di SMA Rossenberg. Kami tinggal bersama. Pergi sekolah bersama, pulang sekolah bersama, dan menghabiskan sebagian besar waktu kami berdua secara bersama-sama.

Tak usah heran dengan hal itu. Aku dan Dyvan memang sudah bersama-sama sejak kami kecil. 

Bahkan sejak kami berdua belum dilahirkan kedunia ini, Ibuku dan Ibu Dyvan sudah menjadi sahabat dekat. Mereka memiliki rumah yang bersebelahan di salah satu perumahan ternama di kota kelahiran kami. Tak hanya bersebelahan, bahkan rumah itu satu dinding, dan memiliki sebuah pintu kecil di dinding pembatas antara rumahku dan rumah Dyvan.

"Serius Dyvan?" 

Kulihat Dyvan hanya mengangguk, menunjukkan sikap dinginnya di depan Gabriel yang sejak dua tahun lalu resmi menjadi sahabat kami berdua.

"Wah," Gabriel menepukkan tangannya. "Padahal kan di peraturan club basket SMA kita, siswa kelas dua belas sudah tidak diizinkan lagi menjadi kapten. Jangankan menjadi kapten, menjadi pemain saja kan sebenarnya dilarang. Tapi kau? kau bahkan jadi kaptennya, Dyvan."

Dyvan mengangkat kedua bahunya.

"Oh iya. Bagaimana kalau pulangan nanti, kita ke Marine Ice Cream? Sudah lama sekali kita tidak kesana, bukan?" Ajakku, yang mendapat jawaban sebuah gumaman dari Gabriel.

"Sangat ingin, tapi tak bisa. Aku harus mengantar mamaku ke Rosserie Textile sepulang sekolah nanti. Hm, kalau sekedar take away saja mungkin bisa, Karlee. Tapi untuk menikmatinya disana, hm, i'm so sorry but--"

Aku tersenyum kecil. "Tak apa, Gabriel. Lain kali saja." Ucapku.

Sekedar info, Rosserie Textile adalah industri kain terbesar di kota ini. Yang didirikan dan dijalankan oleh orang tua Gabriel sejak laki-laki itu berumur 3 tahun. Semua siswa maupun staff dan dewan guru di SMA Rossenberg tahu benar siapa Gabriel, sama seperti mereka mengenal siapakah seorang Dyvan sebenarnya.

Dyvan mungkin tak se-kaya Gabriel, tapi prestasi Dyvan yang hampir membuat penuh lemari piala disekolah membuatnya dikenal oleh para guru dan perangkat sekolah lainnya. Ditambah lagi ketampanannya yang tak biasa, membuat sahabatku itu menjadi incaran nomor satu para gadis di SMA kami ini.

Gabriel juga tak kalah tampan dari Dyvan. Bedanya, Gabriel sedikit sombong dan suka mempermainkan perempuan sesuka hatinya. Walaupun seantero sekolah tahu, kalau Gabriel suka sekali mempermainkan perempuan, mereka tetap menyukai laki-laki itu, dan mempunyai harapan besar untuk bisa menjadi pacarnya walau hanya satu hari.

"Dyvan bisa kan, menemaniku ke Marine Ice Cream?"

Dyvan menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa, Karlee. Pulangan nanti aku harus ke gedung olahraga untuk mewakili team basket." Ujarnya.

"Hm, bagaimana kalau aku ikut denganmu?"

"Tak bisa. Aku akan sangat lama disana dan berani kujamin, kau akan sangat bosan jika menungguku. Kau pulang saja. Tutup gerbang, kunci pintu, masuk kamar, dan nontonlah beberapa film selagi kau menungguku pulang kerumah. Tak perlu menyalakan kompor untuk masak, aku akan membeli makanan cepat saji untuk makan malam kita nanti."

Aku tersenyum, sembari mengangguk patuh.

Terserah kau mau percaya padaku atau tidak. Tetapi aku berani bersumpah, Dyvan tidak akan berbicara sebanyak itu kepada orang lain yang bukan aku. Bahkan kepada Gabriel, ataupun kepada orang tuanya sendiri.

Dyvan menatapku, membuat aku bertanya apa maksud dari tatapannya yang barusan.

"Aku tak yakin kau bisa tetap hidup bila sendirian dirumah." Ucapnya, membuat aku terlihat seperti anak umur tiga tahun yang tak bisa ditinggal walau hanya lima detik.

"Kau pikir aku sebodoh apa tak bisa menjaga diriku sendiri, hah?"

Dyvan terkekeh pelan, "Kau kan makhluk terbodoh yang pernah ada di planet ini."

Aku mendengus kesal, memutar bola mata karena ucapan laki-laki menyebalkan itu.

Sedetik setelah aku memutar bola mata, seorang gadis berambut merah gelap menghampiri meja kami. Ia menatap Dyvan dan Gabriel secara bergantian, dengan senyuman genit yang terpampang jelas di wajahnya.

"Van, aku dengar kamu akan ke gedung olahraga pulang sekolah nanti. Bolehkah aku menemanimu kesana?"

Dyvan menggeleng. "Tak perlu." Jawabnya.

Gadis itu mendengus, sepertinya mencoba bersabar atas jawaban yang Dyvan berikan.

"Aku-- aku akan menunggu dimobil saja kok. Boleh ya?"

Lagi-lagi Dyvan menggeleng. "Tidak." 

Gabriel berdiri dari duduknya, lalu menatap gadis itu dengan tatapan yang sangat dalam. "Tamara. Bukankah kau kekasihnya Zion? Lalu, kenapa kau masih mengganggu Dyvan?"

Tamara membungkam mulutnya, sedangkan aku ternganga kaget. "Demi apa Tamara bersama Zion?!" Teriakku, membuat Dyvan menutup telinganya.

"Ya, begitulah berita yang beredar. Itu semua tentu saja benar," Jawab Gabriel masih menatap Tamara. "Benar jikalau Tamara sendiri tak menyebar berita hoax." tambahnya, membuatku tertawa atas apa yang ia katakan.

"Tentu-- tentu saja itu benar!" ucap Tamara sedikit gugup.

Dyvan ikut berdiri, lalu ia berjalan santai entah ingin pergi kemana.

"Dyvan! Kau mau kemana?"

Dyvan menjawab pertanyaanku tanpa membalikkan badannya. "Ke kamar mandi. Kenapa? Ingin ikut?"

Aku ikut beranjak pergi dari tempat itu, mengekori Dyvan sambil berteriak kepadanya, "Aku ikut!" teriakku.

*****

Dyvan terus berjalan, menyusuri lorong koridor kelas sepuluh dengan langkahnya yang tegap.

"Karlee bodoh, mengapa kau terus mengikutiku?" tanyanya, terus berjalan di depanku.

"Hm, aku hanya bosan mendengar ucapan Tamara yang tak berguna. Lagipula, bukankah aku baik, dengan membiarkan Gabriel menghabiskan waktu bersama mantan kekasihnya yang satu itu."

Dyvan tak menjawab, dan terus berjalan hingga akhirnya--

Bruk...

Gadis itu sedikit meringis kesakitan, sambil memegang kakinya yang mengeluarkan cairan merah akibat terkena pecahan keramik di koridor itu.

"Dyvan! Dia berdarah!"

Teriakanku membuat seluruh siswa di koridor menoleh, dan menjadikan tragedi itu sebagai pusat perhatian mereka.

Aku mendekati gadis yang tersungkur di tanah, lalu melihat darah yang bercucuran di kakinya.

Disamping gadis itu, ada sebuah alat bantu jalan berupa kruk tergeletak begitu saja di lantai.

Apakah dia tidak bisa berjalan, batinku.

Aku segera membuang pikiran itu jauh-jauh, lalu menoleh ke arah Dyvan yang masih berdiri menatap aku dan gadis itu dengan penuh kebingungan.

"Kau ini bagaimana?! Bantu gadis ini dan bawa dia ke UKS!"

Dyvan menggelengkan kepalanya. "Aku kebelet, Karlee." jawabnya beralasan.

Kutarik celana laki-laki itu, membuat dia menarik juga celananya agar tidak melorot kebawah. "Karlee hentikan! Kau bisa membuat dalamanku terekspose!"

Aku tertawa sejenak, lalu menatapnya lagi dengan tatapan serius. "Cepat! Bantu gadis ini!"

Lagi-lagi Dyvan menggeleng, menolak untuk bertanggung jawab. "Aku tak bisa menggendong perempuan." Ujarnya.

Aku berdecak kesal sekali. "Kau kan kelewat sering menggendongku. Menggendongku yang memiliki badan sebesar ini saja kau sanggup, masa untuk menggendong dia yang kecil susah sekali?!"

Dyvan berdehem. "Dia bukan kau. Aku tak pernah menggendong perempuan lain selain dirimu, Karlee."

Ucapan Dyvan membuat siswa disekitar kami berbisik. Bukan hanya karena Dyvan berkata 'tak pernah menggendong perempuan lain selain aku' tetapi juga karena kalimatnya yang panjang saat berbicara kepadaku.

Kutarik lagi celananya, membuat dia mengeluh kesal.

"Tanggung jawab, Dyvan! Atau aku akan memusuhimu seumur hidup!"

Seperti harus tanggung jawab karena menghamili anak orang, Dyvan berdecak kesal. Lalu dengan sangat, sangat, sangat terpaksa ia jongkok kemudian mengangkat tubuh gadis tersebut. Membuat siswa di sekitar kami menganga dan berteriak histeris seperti orang gila. 

*****

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (66)
  • zufniviandhany24

    @SusanSwansh sebelum ada buku itu, cerita saya udah rilis duluan;"

    Comment on chapter My Ability
  • SusanSwansh

    @lanacobalt masa sih, Kak? Kalau kataku mirip cerita Roy Kiyoshi Anak Indigo dan Indra Ke 7. Maklum saya kan suka sinetron horor. Wkwkw

    Comment on chapter My Ability
  • lanacobalt

    Maaf Mbak. EBI-nya berantakan. Enggak tau, ya. Apa mungkin trik agar tidak di-copas? By the way ceritanya agak mirip drama Korea, While You Were Sleeping.

    Comment on chapter Dream Come True
  • zufniviandhany24

    @DeeAnke bukannya sombonh, tapi kalau anda tidak berkenan like pun tidak masalah dan tidak merugikan saya:)
    Karna Alhamdulillah sampai saat ini, saya ada di urutan pertama cerita terfavorit:)

    Comment on chapter My Ability
  • zufniviandhany24

    Satu lagi mas mbaa.. kalau misalnya bikin jemu/ngebosenin ceritanya, knp mas sama mba baca nya smpe akhir?:v

    Sekali lagih makasih kritikannya..
    Namun, karna cerita inilah, saya mendapat ribuan pages, serta ratusan pembaca..

    Comment on chapter My Ability
  • zufniviandhany24

    Dan kalau mas sama mba nya berpikir ceritanya ala-ala sinetron, Berpikir logis aja.. Belum ada ceritanya sinetron ber genre horror????
    Kalau adapun, itu namanya bukan sinetron, tapi film horror

    Comment on chapter My Ability
  • zufniviandhany24

    Terimakasih kritikan nya ya mas mba.. tapi sedikit meluruskan kalau saya sengaja dengan ebi seperti itu, karna dalam kontes ini, tidak diikat dengan aturan.. dalam artian bebas.. :)

    Comment on chapter My Ability
  • anny

    EBI berantakan. Gaya bahasa dan style menulisnya ala sinetron. Bikin jemu bacanya.

    Comment on chapter My Ability
  • SyariffD

    EBI-nya berantakan. Gaya bahasanya juga membosankan.

    Comment on chapter My Ability
  • Wian

    Ebinya berantakan. Bikin males baca.

    Comment on chapter My Ability
Similar Tags
Returned Flawed
9      9     0     
Romance
Discover a world in the perspective of a brokenhearted girl, whose world turned gray and took a turn for the worst, as she battles her heart and her will to end things. Will life prevails, or death wins the match.
Horror twms3
34      26     0     
Horror
Bayangkan... sebuah dunia di mana segalanya mungkin! Di negeri ajaib, di mana langit berwarna pelangi dan sungai-sungai terbuat dari permen, hidup seorang gadis pemberani bernama Lily. Suatu hari, saat sedang berjalan di hutan, ia menemukan sebuah pintu rahasia... pintu yang, ketika dibuka, membawanya ke petualangan tak terlupakan! 🌟 Di balik pintu tersebut, Lily bertemu dengan makhluk-makh...
Lingkaran Ilusi
311      168     0     
Romance
Clarissa tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Firza Juniandar akan membawanya pada jalinan kisah yang cukup rumit. Pemuda bermata gelap tersebut berhasil membuatnya tertarik hanya dalam hitungan detik. Tetapi saat ia mulai jatuh cinta, pemuda bernama Brama Juniandar hadir dan menghancurkan semuanya. Brama hadir dengan sikapnya yang kasar dan menyebalkan. Awalnya Clarissa begitu memben...
Loker Cantik
14      14     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Crystal Dimension
10      10     0     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
VALENTINE DEATH
11      11     0     
Short Story
Di hari Valentine, untuk pertama kalinya Bud mendapatkan kado dari seorang gadis. Kado tersebut berupa ipad. Tentu saja Bud senang sekali dan bangga bisa menerimanya. Untuk pertama kalinya juga akhirnya ada cewek yang mau menjadi pacarnya! Gadis tersebut bernama Febi. Ia cantik dan memesona juga seksi menggairahkan. Siapakah gadis itu sebenarnya? Dan mengapa juga gadis secantik itu mau pacaran de...
Dark Fantasia
120      104     0     
Fantasy
Suatu hari Robert, seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai pengusaha besar di bidang jasa dan dagang tiba-tiba jatuh sakit, dan dalam waktu yang singkat segala apa yang telah ia kumpulkan lenyap seketika untuk biaya pengobatannya. Robert yang jatuh miskin ditinggalkan istrinya, anaknya, kolega, dan semua orang terdekatnya karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Harta dan koneksi yang...
Juli Di Jakarta
13      13     0     
Short Story
Pengalaman pertama seorang gadis yang memulai hobinya sebagai travel blogger. Kota pertama yang dia kunjungi adalah Jakarta. Ibukota yang menurut kabar akan segera dipindahkan.
Optisien Nebula
296      226     0     
Short Story
Nebula, oleh karenanya kita berjarak. Agar aku dapat melihatmu seutuhnya. Sebab jika terlampau dekat, cahayamu membutakan.
Aku Adalah Kamu
9      9     0     
Fantasy
Selamat datang di dunia di mana mimpi dan kenyataan bercampur! Di negeri yang penuh keajaiban, di mana bunga-bunga berbicara dan pohon-pohon menari, hidup seorang gadis bernama Mia. Suatu pagi, saat berjalan di hutan, ia menemukan sebuah terowongan misterius... terowongan yang, ketika dimasuki, membawanya ke petualangan fantastis! 🌟 Di dalam terowongan itu, Mia bertemu dengan makhluk-makhlu...