Mew...mew.., Marie menjilat pipi Morpheus.
"Bangunlah..., manusia.."
"Apa aku tinggal saja disini", ucap Marie melihat Morpheus yang pingsan.
"Akh...", suara Morpheus kesakitan.
"NICHOLAS....", sontak Morpheus kaget melihatnya.
"Kamu bisa melihatku?",
"A..I.iya.."
"Kamu...manusia yang bisa lihat hantu seperti ibu bilang?"
"Eng..bukan.."
"Jadi..malaikat pencabut nyawa?"
"Sejenisnya....." kata Morpheus.
"Hmm..ibu kenapa masih disana?", tunjuk Nicholas pada ibunya yang berada di mobil ambulance.
"A..", gimana ya menjelaskan ya...", pikir Morpheus kebingungan.
"Jadi, kamu sudah meninggal dan ibumu disana sekarat, nak..", ucap Marie padanya lalu menjilat kakinya.
"Kenapa aku bisa mendengar suara kucing?", tanya Nicholas pada Morpheus.
"Nico yang manis..., ayo, kita pergi ke tempat ibumu..."
"Tidak mau...Huhuhuu..", tangis Nicholas panik karena akan jauh dari ibunya.
"Lebih baik kamu gendong dia saja", saran Marie.
Sesampai di gerbang dunia alam baka Morpheus mencari El untuk mengantarkan Nicholas ke surga.
"Hei..kawan", sapa El.
"Jadi ada anak kecil lagi ya hari ini..., bagaimana dengan ibunya?"
"Heh, jangan sebutkan itu.", Morpheus mengingatkan.
"Sepertinya dia tidak akan menjadi beban untukku, Hahaha....Okelah, biar aku saja yang membawanya kepada Dewa Maut.", kata El yakin.
"Jangan beri dia permen seperti anak kecil lainnya, dia alergi permen."
"Oke, tapi kalau coklat tidak masalahkan?", ujar El.
"Kau mau dipecat ya..."
"Hahaha...bercanda..hmm..setelah ini kau harus mengurus urusan yang rumit kelihatannya dari Mumu.", ucap El menyenggol tangannya ke Morpheus memberitahu bahwa Dewi Mumu sudah menunggunya didalam tamannya.
"Nicho...aku pergi dulu ya..., jangan rewel bersama kakak ini.", pamitnya lalu pergi ke dalam.
"Masalah baru lagi", batin Morpheus.
Nuansa hangat dengan tanaman tinggi hijau dihiasi bunga-bunga musim panas dengan kupu-kupu berterbangan di putik bunga. Terlihat Dewi Mumu bersama asisten-asistennya yang menyiram tanaman tamannya dengan wajah angkuh.
"Aku tidak menyangka!, Kamu gagal menyelamatkan anak itu.", ucap Dewi Mumu pada Morpheus.
"Kau diutus bukan untuk memakan korban!"
"Sekarang kesempatan terakhirmu, karena ibunya sudah sekarat dan Aku tidak yakin kau bisa menyelamatkannya jadi kuberi tugas berat saja..."
Morpheus menunduk.
"10.000 tahun disini malaikat rumah tangga yang paling merepotkan cuma dirimu, jangan sampai aku dipecat dari tahta Dewi Kesejahteraan Manusia ini.", ucapnya sambil memegang dagu Morpheus dengan kuku panjangnya.
"Jadi, ada 5 orang yang terpilih oleh Dewa Maut yang harus kau selamatkan dari ajal mereka. Mereka adalah Luther, Jen, Nini, dan Noris."
"Noris?", ucap Marie.
"Noris si kucing itu?"
Dewi Mumu mengangkat alisnya. "Kenapa ada kucing jelek disini?"
"dia bersamaku tadi.."
"Kau sudah punya teman akhirnya"
"1 orang lagi kau cari tahu sendiri."
Marie mengejek. "Hah?, lucu sekali Dewi aneh ini"
"Sudah jadi kucing hitam, jelek, tidak bisa menjaga perasaanku", kata Dewi Mumu bernada pura-pura sedih.
"CEPAT KALIAN PERGI DARISINI", teriaknya mengusir.
"Menyebalkan kucing itu...., aku kan sudah baik memcari tahu 4 orang terpilih itu. Mana kutahu 1 orang itu."
"Mengapa kau membalasnya?", tanya Morpheus pada Marie.
"Kau tidak urus ibunya saja dulu daripada menanyakan nenek sihir itu"
"Kaulah nenek sihirnya"
"Sudah kubela malah jadi mengalahkanku. Cih."
"Tapi ada hubungan apa dengan Noris?, Dia kan kucing bukan manusia?"
"Noris temanmu kan?, lalu kenapa aku harus menyelamatkannya?"
"Mana aku tahu!, harusnya aku yang bertanya itu padamu.."
"Ah..sudahlah kita ke rumah sakit dulu.."
"Yayaya..., daritadi memang aku sudah menunggumu untuk pergi darisini."
Ketika tiba di rumah sakit, Morpheus sudah merasakan bulu kuduknya berdiri.
"Hei.., itu ibunya sudah tiada", ujar Marie menunjukkannya pada arwah ibu Nicholas yang celingak-celinguk didepan pintu kamar jenazah.
"Kali ini, aku kabur saja...kalau kesana lagi yang ada dikira lupa akan tugas baru", ucap Morpheus berlari keluar dari rumah sakit.
"Mori, tolong aku!", ujar Ibu Nicholas menarik baju Morpheus dari belakang.
"Aduh. kurang cepat", batin Morpheus.
"Aku tidak boleh meninggal sebelum bertemu Luther hari ini"
"Luther?'', batinnya.
"Hari ini hari Luther di kota ini, aku harus mengejarnya sebelum dia pergi"
"Andai aku punya mobil", harap Morpheus dalam hati.
"Harusnya aku jadi Kuda saja kalau menjadi temannya", Marie menggerutu.
Ketika mereka bertiga berlari ke stasiun dimana Luther akan berangkat ke luar kota. Ibu Nicholas melihat papan televisi besar di jalanan yang menyampaikan suatu berita.
BREAKING NEWS : JEN TERTANGKAP MEMBUNUH SERIAL KILLER LUTHER LEGEND PAGI INI
Morpheus dalam hati bertanya-tanya ada hubungan apa Luther dengan Jen dan Ibu NIcholas. "Apa ini?"