Read More >>"> DanuSA (9. Latih Tanding di SMA 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - DanuSA
MENU
About Us  

Butuh berapa kali sih, Yura mengumpat bahkan memukul Hara agar lelaki itu dapat bangun pagi dan menjemputnya tepat waktu? Oke, mungkin memang seharusnya dia bisa jalan sendiri ke sekolah. Tapi, ya, rasanya sayang juga mengeluarkan uang meskipun hanya goceng untuk membayar Go-jek. Namun serius, deh! Hara tuh udah kelewatan!

            “Dohh, ya Tuhan, nyesel kenapa harus punya sifat irit begini,” gerutu Yura sembari menggosok lantai toilet yang tidak terlalu kotor. Gadis itu mengusap keringat yang membasahi dahinya, kemudian kembali menyikat. “Hara bego, Hara bego. Kok gua bisa suka sama dia, sih?” gadis itu meracau, sibuk dengan kegiatannya.

            Dari kamar mandi laki-laki, Hara dapat mendengar dengan jelas gerutuan Yura mengenai dirinya. Laki-laki itu hanya tersenyum kecil, menggeleng tidak mengerti mengapa gadisnya sangat menggemaskan. Andai dia diperbolehkan untuk menyikat lantai toilet perempuan, pasti dirinya sudah berasama Yura sekarang dan asik melempar air sabun lantai dengan riang hingga seragam mereka basah. Pasti menyenangkan.

            “Yaampun, ini kamar mandi bener-bener rebek dah. Kok gua merasa nyesel jadi perempuan!” gerutu Yura kembali, sangat kencang bahkan membuat Hara mengernyit kaget.

            Cowok itu berdiri kemudian berteriak. “Yura! Gua cium lu ya kalo berisik lagi!”

            “Bacot!”

            Hara tertawa. Benar, kan? Gadisnya itu menggemaskan.

            Selesai membersihkan toilet, keduanya pun keluar dengan wajah kusam akibat keringat. Yura mendelik saat melihat Hara, sedangkan Hara masih tersenyum ketika melihat Yura keluar dengan rambutnya yang dikuncir asal. Melihat tampilan Yura yang seperti itu sangat terlihat cantik bagi Hara.

            “Kenapa lo senyam-senyum?” Yura mengernyit memperhatikan Hara yang semakin menyebalkan. “Lo kerasukan jin toilet?” tanyanya asal.

            Hara menggeleng sembari mendekatkan dirinya pada Yura. “Nggak. Gue pengin nepatin sesuatu,” katanya sembari membawa Yura bersandar pada dinding. Salah satu tangan cowok itu menempel pada dinding, tepat di samping kiri Yura. “Lo kan tadi berisik, Yur,” katanya, masih terlihat tenang.

            Entah mengapa Yura merasa was-was. Diliriknya kanan dan kiri, takut ada guru yang keluar dan melihat mereka. Apalagi lima belas menit lagi istirahat dan toilet yang mereka bersihkan dekat dengan kantin, Yura semakin merasa waspada. “H-Har, kan gue pikir lo bercanda doang,” cicitnya, merasa sangat kecil ketika Hara merunduk untuk menatapnya intens.

            “Lah? Emang gue keliatan bercanda?” Hara bertanya, masih dengan posisi yang mengintimidasi Yura agar menatapnya.

            Yura mengangguk. “Iy—“

            “Lama, ah,” lalu cowok itu mendekat, menghapus jarak antara keduanya. Menempelkan bibirnya pada bibir gadis yang selalu membuat dirinya berdebar itu. Ini pertama kalinya Hara mencium Yura tepat di bibir, biasanya hanya di kening atau di pipi, dan reaksinya sungguh di luar dugaan. Bibir Yura semanis susu yang tadi pagi Hara minum, bahkan lebih manis. Hara nggak tau sejak kapan jantungnya jumpalitan seperti itu, tapi Hara gak bohong bahwa dia ingin lebih lama dalam mencium bibir tipis itu.

            Laki-laki itu melepaskan tautannya, menatap wajah gadis itu yang memerah sebelum menempelkan kembali bibirnya. Kini lebih sebentar. Kemudian Hara tersenyum penuh arti. “Kali ini, lo masih sebut bercanda Ra?”

            Yura diam. Dia nggak tau bahwa dirinya berbakat jadi manekin dengan kedua bola mata yang melotot selepas Hara menciumnya. Dua kali, lagi! Ini gila! Sangat gila sampai jantung Yura rasanya ingin melorot ke lambung. Gadis itu memalingkan wajahnya yang sudah semerah tomat, tubuhnya bergetar. “I-iya, gue duluan!” lalu gadis itu berlari meninggalkan Hara yang mematung.

            Hara memegang bibirnya kembali, kemudian tersenyum kecil. Apa dirinya tengah bermimpi?

***

Mendengar bel istirahat, Yura pun masuk ke dalam kelas setelah Pak Dede keluar dari kelasnya. Gadis itu duduk di kursinya, masih dengan wajah yang semerah tomat dan tubuhnya yang bergetar. Bahkan sapuan bibir selembut kapas tadi masih terasa di bibirnya. Bibir Hara yang bergerak dengan lembut, dan sungguh rasanya manis! Hara nggak pernah semanis itu!

            Gadis itu menelengkupkan wajahnya, malu sendiri. Wajar dong! Ini pertama kalinya Hara mencium Yura tepat di bibir! Makanya rasanya agak geli dan romantis? Tunggu, Hara romantis? Yaampun Yura mulai kehilangan akal.

            “Lo kenapa?” Nita menatap gadis yang baru bisa masuk kelas tersebut. Di pandangan Nita, sahabatnya itu terlihat sangat bahagia dengan tubuh yang bergetar. Bahkan wajah hingga telinganya semerah tomat membuat Yura mengernyit bingung dan sedikit khawatir. Bagaimana tidak khawatir kalau Yura terlihat seperti orang demam namun sepertinya ada hal lain yang baru saja terjadi pada gadis itu.

            Yura masih belum menyahut, bahkan untuk menatap Nita pun Yura nggak sanggup. Dia masih ingin menetralkan jantung serta tubuhnya. Dia ingin ke uks saja, deh, rasanya!

            “Sayur!”

            “Nit!”

            Yura mendongak. Kuncirannya terlepas sehingga rambutnya yang sependek bahu pun teriap. Gadis itu menarik napas dalam sebelum menghembuskannya secara perlahan. “Tadi Hara gila, sumpah,” katanya, mengisyaratkan Nita untuk mendekat.

            “Gila kenapa lagi? Narik celana Pak Juned?” Nita bertanya ngawur. Meskipun Hara pernah iseng dengan menarik celana Pak Juned ketika cowok itu bermain ice skating di koridor lantai satu saat hujan, tapi serius bukan itu masalahnya.

            Yura menggeleng. “Lebih gila, lebih konyol, lebih bego, lebih... manis?” dia tersenyum-senyum, wajahnya semakin memerah dengan bibirnyang terkatup rapat. “Nit, tadi... Hara nyium gue,” bisiknya, pelan, sembari menunjuk bibir tipisnya.

            Kedua bola mata Nita membulat, bibirnya menganga lebar dan ia tersedak air liurnya sendiri. “Demi?!”

            Yura mengangguk, wajahnya terlihat bahagia karena perlakuan Hara yang agak manis tadi.

            “Woaahh! Hara kita udah gede!”

            “Ada apaan, nih?” Hara tiba-tiba datang ke kelas Yura, dengan tiga temannya di belakang mengekori. Cowok itu tersenyum saat melihat Yura yang kikuk. Ia mendekat, kemudian menarik hidung gadis itu. “Nanti mau ikut?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi. Seperti Hara yang biasanya.

            Yura memiringkan wajahnya, tidak mengerti. “Hah? Ikut?”

            “Iya, gue sama tim voli SMA kita mau latih tanding di SMA 3.”

***

Yura memperhatikan bagaimana Hara berlari, meloncat, kemudian memukul. Terus seperti itu, tiada bosan. Gadis itu menopang dagu dan melirik para gadis dari SMA 3 yang menyemangati Fandi si most wanted dari sekolah tersebut, bahkan dari dunia voli SMA se-Indonesia. Tapi bagi Yura, Hara yang paling ganteng. Titik.

            Eh, tunggu. Kok Yura makin gila, ya?

            Gadis itu membuka tas sekolahnya, mencari note yang selalu ia bawa. Ia melihat Hara lagi, kemudian tersenyum lebar dan mulai mengukir sesuatu di bukunya.

Jika kamu adalah ice cream, aku ingin selalu membelimu kala aku sedih

Aku tau kamu akan selalu menjadi obat dari rasa rinduku yang haus akan manis bibirmu, atau haus parfummu yang candu

Aku tak pernah menyesal kala jatuh padamu, menjadi pilihanmu

Meski kadang, kamu tak pernah peka, tak pernah sadar, tapi aku nggak peduli

Karena aku tau, kamu akan selalu ada.

           Dia menutup bukunya ketika Nita mulai mengintip, kemudian kembali melihat Hara yang kembali melihatnya. Cowok itu memberi flying kiss ke arah Yura membuat gadis dari SMA 3 terpekik girang. Padahal kan yang diberi kissnya itu Yura, kok mereka yang seneng?

            “AAA! Cowok pendek flying kiss dari SMA Kebangsaan lucu juga, ya? Gemes!”

            “Iya ihh! Sayang aja pendek. Coba tinggi, udah gua gebet!”

            “Itu yang jadi setter ganteng juga! Datar gitu!”

            “Ih yang pake kacamata juga gan—“

            “Berisik!” Nita berteriak gemas. Dia benci sama cewek bawel berisik ganjen seperti mereka. Meski gadis itu sadar dirinya sebelas dua belas dengan gadis-gadis itu, tapi Nita merasa bahwa dia tidak secentil itu!

            “Heh cewek-cewek, denger ya! Yang pendek itu pacar temen gue, nih!” Dia menunjuk Yura yang melotot, merasa takut. “Terus kalo yang kacamata itu punya gue! Pokoknya anak Kebangsaan udah punya pacar semua!” sungut Nita, sebal sendiri.

            Para gadis itu mendengus, kemudian bergerak untuk berganti tempat. Mereka tidak tahan dengan serangan dari siswi SMA Kebangsaan yang tiba-tiba. Toh, mereka cuman berseru genit tak pernah punya niat untuk mendekati bahkan minda id Line. Fandi sudah cukup jadi idaman mereka satu-satunya.          

            Selain itu, Yura sudah kembali melihat ke lapangan. Pertandingan dimulai dengan pelemparan koin, kemudian SMA 3 memiliki kesempatan dalam melakukan service duluan. Gadis itu sedikit takut karena service pertama dilakukan oleh Fandi dengan servicenya yang sunggu menakutkan. Bahkan jika Yura adalah seorang pemain voli, Yura yakin dia gak akan mau menerima service tersebut.

            Sepuluh menit berlalu, SMA 3 memimpin pertandingan dengan skor 10 dibandingkan SMA Kebangsaan yang baru mendapatkan skor 6. Yura menggigit kukunya yang mulai panjang, geregetan sendiri melihat permainan dari SMAnya yang benar-benar terlihat kewalahan dengan permainan dari SMA 3. Benar ya, atmosfir akan berbeda jika kamu berada di kandang lawan. Seakan kamu adalah mangsa yang sejak lama sudah ingin dimakan oleh lawanmu, kemudian kamu terjebak di kandang lawan sendiri dan hap! Kamu mati.

            Di menit ke dua puluh, skor dari SMA Kebangsaan mulai menyusul ketinggalannya. Kini di papan skor tercetak skor 18 untuk SMA 3 dan 17 untuk SMA Kebangsaan. Sejak tadi Yura menunggu saat-saat di mana Hara akan bermain dengan triknya yang memukai, namun cowok itu masih saja hanya jadi back up untuk seniornya. Yura bingung, kenapa konsepnya seperti ini?

            Tiba-tiba tubuh Hara melesat ketika bola voli melambung ke arah Kemal, Yura melebarkan matanya saat Hara melompat dengan tepat dan tinggi lalu memukul tepat di titik tempuh bola tersebut. Mengakibatkan smash yang cukup cepat dan keras. Yura bahkan menggeleng jika dia berada di posisi para tim SMA 3 tersebut. Dari sudut mata Yura, dapat dilihat bahwa Fandi tengah tersenyum meremehkan lalu menyuruh anggotanya untuk tetap mengawasi si kecil Hara. Yura berdecak, kesal sendiri. Namun gadis itu berdesis kala Hara tetap terlihat penuh semangat tanpa takut pukulannya dibloker.

            Kenapa rasa benci melihat Hara yang tampak bersemangat terus menghantui Yura?

 


a.n

Maaf baru muncul, hihi. Semoga suka ya!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (12)
  • YulianaPrihandari

    @DanFujo itu awalnya blm ada adegan ngambil fotonya Danu buat jaga-jaga, tapi karena ada komen dari @drei jadi saya tambahin biar ada alasannya (sebab akibat).

    Nggak perlu jadi kakak atau adik, cukup jadi sahabat yang "peka" dengan sahabatnya hehe. Temen-temennya Danu pada nggak peka karena Danu cukup pintar menyembunyikan masalahnya hehe

    Comment on chapter Rasa 24
  • DanFujo

    @drei Menurutku itu biasa sih. Kan cuma curiga di awal doang, abis itu hapenya udah jadi hak dia juga. Kurang lebih bahasanya: udah kebukti ni anak lagi butuh. Lagipula dia bilang kayak gitu juga cuma akal-akalan biasa pedagang Wkwkwk

    Btw, @YulianaPrihandari Ini gue pengen banget jadi kakak atau adeknya Danu, biar dia gak sendirian gitu. Biar kalau ada masalah ada tempat curhat gitu. Kok rasanya sedih banget yah pas dia minta penjelasan dari ibunya. Membulir juga air mataku. Meski gak menetes :"

    Comment on chapter Rasa 24
  • YulianaPrihandari

    @drei si Abangnya terlalu kasian sama Danu wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 2
  • YulianaPrihandari

    @AlifAliss terimakasih sudah membaca :):)

    Comment on chapter Rasa 2
  • drei

    si abang konter ceritanya nuduh danu nyopet, tapi minjemin motor kok mau? ^^'a motor kan lebih mahal dari hape haha... (kecuali itu bukan motor punya dia)

    Comment on chapter Rasa 7
  • drei

    wah menarik nih... starting off well. will definitely come back. XDD

    Comment on chapter Rasa 2
  • AlifAliss

    Dukung banget buat diterbitkan, meskipun kayaknya harus edit banyak. Wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 21
  • AlifAliss

    Kok aku ikut-ikutan bisa logat sunda yah baca ini wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 6
  • AlifAliss

    Gue juga jatuh cinta ama Sabi, tapi gak apa-apa kalau keduluan Danu. ????

    Comment on chapter Rasa 2
  • AlifAliss

    Jatuh di hadapan siapa, Nu? Di hadapanku? Eaakk.. ????

    Comment on chapter Rasa 2
Similar Tags
ADA SU/SW-ARA
73      26     0     
Romance
Ada suara yang terdengar dari lubuknya Ada Swara....
Upnormal
138      71     0     
Fantasy
Selama kurang lebih lima bulan gadis delapan belas tahun ini sibuk mencari kerja untuk kelangsungan hidupnya. Sepertinya Dewi Fortuna belum memihaknya. Nyaris puluhan perusahaan yang ia lamar tak jodoh dengannya. Selalu coba lagi. Belum beruntung. Faktor penyebab atas kegagalannya ialah sang makhluk lain yang selalu menggodanya hingga membuat gadis itu naik pitam. Maklum usia segitu masih labil. ...
Cinta Kita Yang Tak Sempurna
118      58     0     
Romance
Bermula dari kisah awal masuk kuliah pada salah satu kampus terkenal di Kota Malang, tentang Nina yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang aktivis di UKM Menwa yang bernama Aftar. Namun Nina tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam memperhatikannya dan tulus mencintainya bahkan rela berkorban pada akhirnya, dia adalah Gio. Namun dipertengahan cerita muncul-lah Bayu, dia ad...
BIYA
27      17     0     
Romance
Gian adalah anak pindahan dari kota. Sesungguhnya ia tak siap meninggalkan kehidupan perkotaannya. Ia tak siap menetap di desa dan menjadi cowok desa. Ia juga tak siap bertemu bidadari yang mampu membuatnya tergagap kehilangan kata, yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Namun kalimat tak ada manusia yang sempurna adalah benar adanya. Bidadari Gian ternyata begitu dingin dan tertutup. Tak mengij...
Eternal Sakura
6      6     0     
Short Story
\"Sampai jumpa tahun esok Hana...!! di hari yang sama, di musim semi ketika bunga Sakura mekar, kami akan mengunjungi mu lagi.......!!\"
kekasihku bukan milikku
4      3     0     
Romance
ENAM MATA, TAPI DELAPAN
4      3     0     
Romance
Ini adalah kisah cinta sekolah, pacar-pacaran, dan cemburu-cemburuan
Sakura di Bulan Juni (Complete)
120      72     0     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
UnMate
27      20     0     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
The Secret Of Donuts
14      12     0     
Fantasy
Masa lalu tidak dapat dibuang begitu saja. Walau, beberapa di antara kita berkata waktu akan menghapusnya, tapi yakinkah semuanya benar-benar terhapus? Begitu juga dengan cinta Lan-lan akan kue donat kesukaannya. Ketika Peter membawakan satu kue donat, Lan-lan tidak mampu lagi menahan larangan gila untuk tidak pernah mencicipi donat selamanya. Dengan penuh kerinduan, Lan-lan melahap lembut kue t...