Read More >>"> Salju di Kampung Bulan (Protektorat) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salju di Kampung Bulan
MENU
About Us  

                                                                             2# Protektorat

 

“kita akan kemana?” tanyaku

Daleen beringsut tidak nyaman, “sejak kapan kau berani berbicara sebelum kuajak?” tanyanya, mendominasi.

Aku benci nada bicaranya, “kita sudah bergerak selama dua jam..”

            Pemandangan diluar benar-benar memikat. Seakan memanggilku untuk turun. Aku tidak pernah melihat pertokoan sebanyak ini. Rempah, pakaian, ikan, sepatu dan entah apa lagi. Semua diangkut dalam box besar. Indischie. Dengan lebel merah menyala.

“..aku hanya penasaran. Aku belum pernah kemari” Aku berkelit.

“memang belum, sayang” balas Daleen. Lalu ia diam. Dari rautnya saja aku tahu pikirannya. Tidak ada gunanya berbicara pada wanita yang tidak tahu apa-apa. Kereta kuda kami melambat, kurasa kami sudah sampai.

 

            Sensasi ini,

            Angin semilir yang memainkan anakan rambutku

            Baunya membawa ketenangan

 

Tempatku berpijak tampak kokoh, paving merah, daerah kekuasaan para Monarach. Beberapa lelaki kumal lalu lalang, diangkatnya karung dan kotak besar yang—pasti—sangat berat. Mereka tampak kepayahan. Tubuh mereka juga kurus. Para buruh.

Daleen sudah berjalan menjauh. Aku sampai payah mengikuti. Gaun bodoh yang dia pilihkan membuatku sulit berjalan.

“Lama tidak jumpa!” suara Daleen terdengar hangat. Ia aktor terbaik di dunia. Lawan bicaranya pasti tertipu, ia tampil sangat menawan. Berbicara mengenai tipuan. Kurasa tuan bertopi hitam dengan bulu hijau mencolok itu juga memilikinya.

Biasanya, Daleen berurusan dengan pria usia setengah abad lebih. Entah perdagangan atau bisnis apa. Aku tidak peduli. Tetapi kali ini berbeda.

“Kau tampak berubah, Daleen” Sebuah senyum terukir alami.

Tubuhnya tegap, mirip para militer, sedang wajahnya tampak sangat bersahabat. Kurasa ia berusia sepuluh tahun lebih muda dari Daleen, seusiaku, mungkin, atau sedikit lebih tua. Rahangnya yang tegas dengan kumis tipis yang makin membuatnya tampak muda. Aku mungkin tertipu penampilannya.

 “..kau tampak, hmm, berkelas” lanjutnya terdengar hati-hati memilih kata.

Demi tuhan aku  menahan tawa. Tidak ada kata yang tepat selain norak untuk setelan yang Daleen kenakan saat ini. Dia memilih koleksi dengan teliti  sepanjang hari sebelum memilih mengenakan setelan hijau garis itu. Aku tahu si tuan topi juga sependapat. Nadanya sangat dipaksakan. Pujian wajar demi sopan santun, bukan?

“terimakasih” balas Daleen, dengan kebanggaan berlebih.

“Kau belum memperkenalkan nona yang berdiri di belakangmu, Daleen..”

“Oh” Daleen pura-pura terkejut. Ia selalu menanti momen ini. Memperkenalkanku, tidak, maksudku memamerkan diriku dengan orang lain.

 “Kemarilah, Sayang..” Aku maju selangkah mendekat

“..Ia isteriku, Deije”

 

Aku merasakan tatapan tuan topi menembusku. Tatapannya membius.

Ia sedikit… familiar.

 

“Sangat cantik, kau luar biasa Daleen” pujinya lalu beranjak. Entah mengapa, kurasa ia mengatakannya dengan tulus.

Tapi hei, bukankah itu sebabnya aku berada di sisi lelaki itu sekarang.

 

Pajangan hidup milik tuan Daleen.

 

Mungkin dia sama saja dengan jutaan kenalan Daleen lainnya. Tuan topi pasti juga begitu.

Aku melirik Daleen. Senyumannya membuatku bergidik.

“kita harus bergerak cepat, mari mencari tempat berbincang. Pelabuhan Belawan berkembang sangat mengerikan, kapalku hampir salah berlabuh” Tuan topi memimpin jalan kami.

Rumah makan yang kami masuki terlampau berkelas. Kursi-kursinya seperti dibuat untuk raja. Tempatnya stategis mengadap laut Malaka. Wanginya juga nyaman sekali. Wisteria ungu Asia. Daleen dan rekannya sudah duduk nyaman menyeruput teh. Perbincangan mereka mengerikan.

Mereka mencanangkan kekuasaan raksasa. Pembelian besar-besaran. Protektorat. Dasar pecundang. Sudah kuduga ia sama saja dengan Daleen. Parahnya, aku harus duduk disini bersama mereka. Merangkai senyum palsu dan tertawa anggun menanggapi candaan garing mereka. Aku sama sekali berusaha tidak mendengarkan, membuang pandang kea rah jendela. Melihat laut malaka. Juga burung laut yang terbang bebas.

 

Hidup bebas, ya?

Hidup yang seperti mimpi itu, kan?

 

Aku benci para ningrat. Seluruh hidup mereka palsu. Mereka bertindak seenaknya. Hidup semaunya. Bisanya aku begini, mencaci hidup orang lain seakan hidupku ini baik-baik saja. Daleen bahkan mengganti semua arsip hidupku. Ia telah merenggut masa laluku.

Ah, aku tidak bisa menyerah begitu saja. Semua takdir hanya mendewasakan diri. Aku akan baik saja.

“Aku harus ke kamar kecil” Suara kursi berderit ketika Daleen berdiri. Pasti kursi itu juga tidak suka padanya. Aku tersenyum sebentar padanya.

Pemandangan luar jendela kembali menyita perhatianku. Sebuah kapal besar baru saja berlabuh, kudengar para kelasi berteriak dalam bahasa Belanda, mungkin kapal itu akan bepergian jauh sekali menuju asalnya.

Namun yang naik bukan sekedar buruh angkut. Para orangtua berjanggut putih, yang jalan beserta iring-iring tangis penduduk tampak berjalan mengisi geladak. Wajah mereka memancarkan kesedihan tak berperi. Mereka digiring pasukan senjata.

Tunggu,

Aku tahu mereka, para tokoh agama, guru serta pembesar kelompok tani pribumi! Mereka akan dibawa kemana?! Akan diapakan mereka?!

“Mereka akan di asingkan, Nona”

Aku hampir terperanjat. Sedari tadi aku hampir melupakan kehadiran si tuan topi. Aku saja tidak tahu Daleen memanggilnya dengan gelar macam apa.

“Maaf, tuan” Tetapi soal di asingkan, Daleen tidak pernah absen menyebutkan kalimat itu jika mengancamku. Tentu saja aku tahu pengasingan.

Ia tersenyum, rautnya memaklumi. Aku heran, jika benar kepribadian orang ini sejenis dengan Daleen, mengapa wajahnya bisa menenangkan seperti itu? Ia sangat rupawan “..Tidak apa, kau terus menatap ke luar jendela dari tadi”

Orang itu malah mengikuti apa yang kuperhatikan sejak tadi. Air wajahnya memancarkan sesuatu yang kuharap itu dusta. Belas kasih. Padahal aku mendengar sendiri percakapannya tadi. Ia juga diktator.

 

“Padahal mereka hanya mengajarkan ilmu kepada pribumi, mereka tidak seharusnya di asingkan..” Ujarnya

“..benar begitu, nona?”

Mustahil ada ningrat yang berpikiran sepertinya.

“kau..sedang mencoba berbohong padaku, kan?”

 

Lagi, ratapan sendu itu lagi. Daleen sudah kembali dari dan berjarak beberapa langkah dari meja kami. Tidak! Tunggu. Matanya itu.. Tidak mungkin.

 

“aku kaget kau sama sekali tidak mengingatku, Khodijah”

 

Protektorat di Pelabuhan Belawan, akan dimulai.

 

___

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Her Glamour Heels
302      226     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
Tiba Tiba Cinta Datang
12      12     0     
Short Story
Cerita tersebut menceritakan tentang seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis manis yang suka pada bunga mawar. Lelaki itu banyak belajar tentang cinta dan segala hal dari gadis dan bunga mawar
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
446      213     0     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
REVIVE TIME
90      73     0     
Mystery
Kesalahan ada pada setiap orang. Kesalahan pernah terjadi pada setiap orang. Bagaimana caramu memperbaiki kesalahan di masa lalu? Yah, mungkin memang tidak bisa diperbaiki. Namun, jika kamu diberikan kesempatan untuk kembali ke masa lalu akankah kamu memperbaikinya?
Creepy Rainy
7      7     0     
Short Story
Ada yang ganjil ketika Arry mengenal Raina di kampus. Fobia hujan dan bayangan berambut panjang. Sosok berwajah seperti Raina selalu menghantui Arry. Apakah lelaki itu jatuh cinta atau arwah mengikutinya?
Karena Aku Bukan Langit dan Matahari
11      11     0     
Short Story
Aku bukan langit, matahari, dan unsur alam lainnya yang selalu kuat menjalani tugas Tuhan. Tapi aku akan sekuat Ayahku.
Bulan
484      321     5     
Short Story
Ketika Bulan mengejar Bintangnya kembali
Havana
35      27     0     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.
I'm Possible
190      152     0     
Romance
Aku mencintaimu seiring berjalannya waktu, perasaanku berubah tanpa ku sadari hingga sudah sedalam ini. Aku merindukanmu seiring berjalannya waktu, mengingat setiap tatapan dan kehangatanmu yang selalu menjadi matahariku. Hingga aku lupa siapa diriku. -Kinan Katakan saja aku adalah separuh hidupmu. Dengan begitu kamu tidak akan pernah kehilangan harapan dan mempercayai cinta akan hadir tepat ...
Unsuitable
34      29     0     
Romance
Bagi Arin tak pernah terpikirkan sekalipun bersekolah dalam jerat kasus tak benar yang menganggapnya sebagai pelacur. Sedangkan bagi Bima, rasanya tak mungkin menemukan seseorang yang mau membantunya keluar dari jerat tuduhan yang telah lama menimpanya. Disaat seluruh orang memilih pergi menjauh dari Bima dan Arin, tapi dua manusia itu justru sebaliknya. Arin dan Bima dipertemukan karena...