Read More >>"> Cazador The First Mission (Memulai Perjalanan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cazador The First Mission
MENU
About Us  

Bagian Satu

Aku bangun dengan keringat dingin membasahi sekujur tubuhku. Bahkan jerami dan selembar kain yang aku gunakan sebagai alas juga basah.

 

Aku berbaring kembali dan menatap langit?langit dengan pikiran kosong. Alasanku seperti ini adalah mimpi buruk yang terus menghantuiku beberapa hari belakangan ini. Begitu buruk, sangat buruk dan terburuk seakan aku ingin muntah setiap pagi.

 

Hari masih petang, matahari masih belum muncul di ufuk timur sehingga udara pagi hari sangat dingin. Aku keluar dari kandang kuda untuk mencuci wajahku.

 

Seperti yang kalian pikir, aku tidur di kandang kuda. Kandang ini adalah bagian dari peternakan milik panti asuhan dimana aku dirawat. Aku disini sebagai penanggung jawab kuda.

 

Aku yang mencari dan memberi makan, melatih dan memandikan kuda, membersihkan kandang dan menata jerami. Ini sungguh merepotkan dengan berbagai hal yang harus aku kerjakan. Yah, setidaknya aku mendapat kamar pribadiku sendiri, kalian mengerti.

 

Aku membasuhkan air dari tong kayu ke wajahku, airnya begitu dingin tapi dengan begitu aku bangun sepenuhnya.

 

"Memang masih terlalu pagi, tapi aku tidak akan melewatkan latihan pagiku."

 

Tubuhku begitu lengket akibat keringat, jadi aku sedikit mengelap tubuhku dengan kain yang bersih dan bersiap memulai latihan harianku.

 

Akupun memulai latihanku. Pertama, aku akan berlari untuk menigkatkan stamina, kemudian berlatih mengayunkan pedang kayu, meski itu kayu tapi sangat berat. Panjangnya sekitar satu setengah meter. Sangatkan panjang 'kan. Pedang kayu ini merupakan replika longsword tertentu.

 

Setelah mengayunkan pedang kayu sampai lenganku terasa hampir putus, akhirnya matahari menunjukkan sinarnya. Aku berniat menaikkan skill melempar pisau sebelum aku teringat perkataan Tangier.

 

“Apa kau gila? Jangan bermain pisau di tempat seperti ini, kau akan mengenai kuda. Dasar bodoh.”

 

Seperti itu, kemudian aku mendapat tonjokan keras tepat di rahang bawahku dan tidak sadarkan diri selama sehari penuh. Sejak hari itu aku berlatih panah dan pisau lempar di hutan sebelah timur desa.

 

Hal seperti itu terjadi lima tahun yang lalu, sekarang umurku sendiri sudah mencapai usia dimana aku sudah dianggap dewasa. Berarti aku tidak bisa tinggal dan terus dimanja di panti asuhan.

 

Semua itu merupakan peraturan, panti asuhan hanya akan merawat anak-anak sampai mereka dewasa –lima belas tahun–. Sedangkan umurku sudah lima belas tahun, ini berarti aku harus meninggalkan panti asuhan. Tapi satu hal yang bisa kulakukan jika aku ingin tinggal, seperti yang Tangier sarankan kepadaku.

 

"Cazador, selamat ulang tahun."

 

"Hmm ... tapi sekarang bukan ulang tahunku, lagi pula aku tidak ingat kapan aku lahir."

 

"Jangan dipikirkan terlalu keras seperti itu."

 

Begitulah Tangier, dia orang yang menjalani hidup dengan santai. Tapi itu bukan berarti dia orang yang tidak disiplin. Lebih tepat jika dikatakan dia pandai bergaul dan tahu situasi.

 

"Kau sudah tinggal di pantai asuhan hampir selama sebelas tahun dan aku yakin waktu itu umurmu baru tiga atau empat tahun. Jika kau tidak tahu tanggal ulang tahun, maka jadikan hari ini sebagai hari dimana kau dilahirkan."

 

Orang yang seenaknya sendiri. Meski begitu, aku tidak membenci Tangier, aku menghormatinya.

 

"Jadi, selamat ulang tahun. Sehubungan denganmu yang sudah dewasa, apa yang akan kau lakukan. Kalau kau berniat untuk tinggal, aku bisa memberimu pekerjaan."

 

Begitulah, aku menjadi pengurus kandang kuda ini. Membatu merawat kuda bersama Tangier. Aku melakukan pekerjaan seperti ini dengan sedikit kekecewaan terhadap diriku sendiri. Kenapa aku harus menerima saran orang tua sialan itu. Bukannya aku ingin jadi pandai besi.

 

Baiklah, aku akan pergi dari sini. Setahun berurusan dengan kotoran kuda membuat mentalku memburuk. Aku akan pergi dan mencari pekerjaan. Aku sudah dewasa, umurku sekarang enam belas tahun. Itu benar, aku akan pergi dan mencari pekerjaan di kota yang lebih baik dari ini.

 

Kota Levida, itu adalah kota komersial atau bisa juga disebut kota pedagang. Aku akan pergi kesana dan mencari pekerjaan. Sebagai pemburu, ada satu skill yang ingin aku kuasai. Itu adalah membuat senjata, jika aku bisa membuat senjata sesuai dengan seleraku dan menyesuaikannya, itu akan sangat berguna untuk mendukung hobiku.

 

"Itu benar, aku bekerja untuk mendukung hobiku."

 

Aku bicara dengan mantap selagi membasuh tubuh kuda berwarna cokelat gelap dihadapanku.

 

Oh ya,tidak mungkin jika aku harus pergi ke Levida dengan jalan kaki. Mungkin aku harus membawa kabur satu kuda disini.

 

Selagi berpikiran seperti itu, aku memasang tali kekang dan pelana kemudian menaikinya. Aku sudah memutuskannya. Aku akan pergi dengan membawa kabur kuda ini.

 

Aku mulai memacu kuda dengan cepat dan meninggalkan desa secepat mungkin. Aku tahu bahwa yang kulakukan ini sebuah kejahatan, tapi aku sudah meninggalkan surat untuk Tangier bahwa aku pergi dengan satu kuda sebagai bayaranku selama setahun penuh.

***

 

Bagian dua

Setalah memacu kuda begitu lama, aku tahu bahwa aku sudah sampai setengah jalan menuju Kota Levida. Lagipula, sekarang sudah tengah hari.

 

Sebenarnya, jalan yang kuambil adalah jalan memutar yang memakan waktu dua kali lipat dari jalan utama. Hanya ada satu alasan aku mengambil jalan memutar. Benar, untuk menghindari seseorang yang mungkin mengejarku karena telah membawa kabur kuda mereka.

 

Aku tidak bisa mengabaikan hal seperti itu bukan.

 

Jalan utama sangat ramai, sedangkan jalan yang kuambil sangat sepi. Selain jarak tempuh yang lama, jalanan disini tidak rata dan menyulitkan sebuah kereta kuda atau karavan untuk melewatinya, itulah kenapa jalan ini tidak sering dilewati kecuali orang-orang yang punya alasan sepertiku.

 

Tentu aku pergi dengan membawa seluruh perlengkapan berburuku. Dua buah shortsword yang memiliki panjang sekitar 45cm, sekotak penuh pisau lempar, busur dan beberapa anak panah, sedangkan untuk longsword kayu aku meninggalkannya. Yah, lagi pula itu terlalu mencolok.

 

Hmm, ada apa didepan sana, ramai sekali?

 

"Tidak!"

 

"Kumohon lepaskan putriku."

 

"Diam kau tua bangka! Tenang saja, kami akan mengurus anak gadismu dengan lembut."

 

Hmm? Sepertinya ada masalah. Aku menghentikan kuda dan mengawasi situasi.

 

Dilihat bagaimanapun itu sebuah perampokan. Ada dua orang botak berbadan tinggi dan berotot. Serta dua orang wanita, satu paruh baya dan satu lagi mungkin seumuran denganku.

 

"Kumohon, bawa aku saja dan lepaskan ...."

 

"Sudah kubilang untuk diamkan! Dasar bajingan."

 

Woi! Bukannya itu terlalu berlebihan. Pria itu menendang wajah wanita paruh baya yang kemudian tersungkur dan menendagnya lagi secara bertubi-tubi. Sedangkan pria yang lain menyandera gadis yang mungkin anaknya agar tidak melarikan diri.

 

Mereka sangat kejam, memang begitulah sifat bandit bukan?

 

Aku harus menolong mereka. Tidak diragukan mereka adalah bandit. Tidak ada hukum yang melarang seseorang membunuh bandit. Kerajaan Salvillage yang terkenal dengan militernya ternyata sangat rawan dengan kejahatan, ironis bukan? Tapi bagaimana dengan gadis yang menjadi sandera, tentu itu adalah prioritas saat ini.

 

Aku menyiapkan busur dan mengambil sebuah anak panah, aku tarik dan mengarahkannya tepat ke pria yang memegang sandera.

 

Aku harus hati-hati, ini penuh resiko. Satu kesalahan dan gadis itu yang akan berakhir dengan anak panah yang menancap di kepalanya. Aku harus memperhitungkannya dengan baik, kecepatan angin, jarak dan sebagainya. Menunggu momen yang tepat saat pria itu berhenti bergerak dan anak panah melesat meninggalkan busurku dengan cepat.

 

Pria yang menyandera gadis tumbang seketika saat anak panah tepat menancap di tengah-tengah dahinya.

 

Gadis sandera berteriak histeris sedangkan temannya sesama bandit tercengang melihat temannya terbaring tak bernyawa dengan tatapan kosong.

 

"Kalian tidak apa-apa?"

 

Aku turun dari kuda dan berjalan mendekat sembari terus waspada. Yah, jika itu satu lawan satu maka aku percaya dengan kemampuanku. Apa aku terlalu sombong?

 

"Siapa kau?!"

" .... "

 

Aku abaikan pertanyaan bandit dengan tubuh berototnya.

 

"Woi, bajingan, jawab aku! Apa kau yang melakukan ini?"

 

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."

 

"Sialan!"

 

Bandit berotot sangat marah, dengan geram berlari menujuku sembari menenteng pedang besar. Itu sungguh besar, tapi tanpa disangka dia bisa berlari lumayan cepat. Bagaimana dia bisa bergerak seperti itu? Menjijikkan.

 

Aku lesatkan anak panah tapi dia dengan mudah menghindarinya. Lagipula panah bukan senjata untuk jarak dekat. Kuhunuskan kedua shortsword-ku dan mengambil posisi bertarung. Meski ini pertama kalinya aku bertarung dengan manusia, aku tidak takut.

Jika membunuh adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup, maka akan kubunuh siapapun itu.

 

Apa kalimatku tadi keren?

 

Bandit berotot datang dan mengayunkan pedang besarnya, tapi aku tangkis dengan mudah. Dengan brutal dia menyerang terus menerus, mengincar bagian leher dengan tatapan yang geram. Dapat dipastikan aku akan mati seketika jika aku terkena serangannya sekali saja.

 

Aku rasa dia sangat marah karena aku membunuh temannya. Rasa solidaritas yang tinggi.

 

Meski begitu dia mengayunkannya dengan begitu cepat, tepat dan setiap serangan yang aku tangkis terasa begitu berat. Dia bukan bandit biasa, apa mungkin dia bekas tentara bayaran atau sejenisnya. Bukankah ini gawat jika dia tentara yang sudah terlatih?

 

Aku mengambil langkah kebelakang, tapi tanpa disangka bandit berotot ini refleknya juga cepat. Ayunan pedang secara vertikal datang. Itu cepat, aku mengambil kuda-kuda dan memperkuat pijakanku. Aku tahan ayunan pedang besarnya dengan kedua shortsword yang kusilangkan. Benturan senjata kami mengeluarkan suara yang keras dan menghasilkan percikan api. Berat dari pedangnya menggetarkan badanku.

 

"Kau boleh juga bocah."

 

"Jangan remehkan seorang hunter ... uhuk."

 

Dia menipuku, aku terkena tendangan pada perut kiriku. Itu sakit, armor ringan yang kukenakan hanya melindungi area dada. Bandit berotot ini benar-benar berpengalaman.

Aku tersungkur di tanah, sedangkan bandit berotot datang menghampiri, dengan cepat menyerangku.

 

Aku tangkis dengan mengubah sedikit jalur serangannya dan pedangnya menancap tanah. Secepat mungkin aku mengambil posisi berdiri dan berniat memutar menyerang bagian belakang pada saat bandit berotot berusaha mencabut pedangnya dari tanah.

 

"Terlalu naif."

 

Dia menangkapku, menggenggam erat ikat pinggangku dan melemparku. Aku menghantam pohon cukup keras hingga tersedak oleh darah yang kemudian mengalir keluar dari mulut.

Ini adalah perbedaan kekuatan dan pengalaman. Bagaimanapun ini adalah pertama kalinya bagiku bertarung dengan manusia. Sial, tapi aku masih unggul dalam kecepatan, kelincahan dan stamina. Secara perlahan, akan kutunggu sampai dia membuat celah dan mengakhiri ini dengan cepat.

 

Sepertinya wanita paruh baya itu pingsan, itu terlihat jelas dari ekspresi gadis yang menangis sembari mengguncang tubuh orang yang mungkin orang tuanya. Gadis itu mengkhawatirkannya. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan yang lain sekarang. Bandit berotot datang dan menusukkan pedanganya, aku menghindarinya dan pedang itu menancap kuat pada batang pohon.

 

Bukankah ini kesempatanku?

 

Aku tendang kakinya dan menghancurkan pusat gravitasinya. Bandit berotot terjungkal ke tanah. Celah yang besar, aku ayunkan shortsword tapi dia menangkisnya dengan pelindung tangan. Terkejut, aku mengambil langkah kebelakang.

 

"Bocah, siapa namamu? Akan kuingat kau sebagai orang yang akan kubunuh dengan sangat kejam."

 

Hah? Aku tidak akan termakan jebakanmu lagi.

 

Setelah mengamatinya lebih detail, ternyata dia juga memakai armor ringan di bagian dada dan pergelangan tangan. Tapi kelihatannya hanya pedang besar itu senjata yang dia miliki.

 

Bandit ini begitu keras kepala. Aku berlari mendekat, bagaimanapun aku harus segera mengakhiri pertarungan ini. Aku khawatir dengan keadaan wanita tua itu.

 

Dengan satu hentakan kuat, bandit berotot mencabut pedang dari pohon dan mengayunkan nya secara horizontal. Aku menghindar dengan melompat, ketika kakiku menyentuh pohon dibelakangnya aku melompat lagi, dengan momentum yang bagus, aku menendang lengan atas bandit berotot.

 

"Apa?"

 

Bandit berotot tampak terkejut dengan kelincahanku. Dia menjatuhkan pedangnya, ini kesempatanku. Tanpa membuang waktu, aku melancarkan tendangan lagi menuju perutnya.

 

Bandit berotot sedikit merunduk sembari memegangi perutnya. Aku memutar shortsword-ku dan mengayunkannya.

 

"Tu-Tunggu sebentar!"

 

"Terlambat sudah."

 

Dengan dingin aku menjawab perkataannya.

 

Bandit berotot tampak terkejut, tapi tanpa pandang bulu aku menusuk sisi kanan perutnya dan kemudian menyayat lehernya dengan shortsword yang lainnya. Dengan tanpa kekuatan dia roboh ketanah.

 

"Huh, akhirnya selesai."

 

Aku menghela napas panjang untuk mengatur napasku yang terengah-engah dan mencabut shortsword-ku dari perutnya serta tak lupa membersihkan darah pada bilah pedang sebelum aku menyarungkannya.

 

Aku berjalan mendekat menuju gadis yang tengah menangis sembari mengguncang tubuh wanita paruh baya.

 

"Kau tidak apa-apa?"

 

"Ibuku. Tolong selamatkan ibuku."

How do you feel about this chapter?

5 5 3 0 3 0
Submit A Comment
Comments (10)
  • Rohmad

    @Earthquake masih lanjut kaka, ditunggu ya!

    Comment on chapter Prolog
  • Earthquake

    Rohmad, dlanjut gk tuh novel?

    Comment on chapter Prolog
  • MoneyMan

    Baperrr

    Comment on chapter Kecerobohan
  • MoneyMan

    eh.. nih Cazador kekar kgak ?

    Comment on chapter Memulai Perjalanan
  • MoneyMan

    Hahahaha... seru juga

    Comment on chapter Prolog
  • Earthquake

    Setelah sy baca bagus, tapi penulisannya "maaf" kurang baik.. perbaiki dulu nanti saya "LIKE"
    satu lagi, sebaiknya jangan dibuat ruwet kaya sinetron, simple aja tapi padet.. ane janji kasih "LIKE" deh

    Comment on chapter Gadis Misterius dan Perubahan Jalur -Bagian 02-
  • Nara313

    Pencurii

    Comment on chapter Memulai Perjalanan
  • Nara313

    Lumayan gan..

    Comment on chapter Prolog
  • Firnanda

    Mantap... Tapi harus lebih greget dong !!! Alur crita dan plot nice... Fight tambahin H3h3h3h3

    Comment on chapter Gadis Misterius dan Perubahan Jalur -Bagian 01-
  • Founder

    Agak berbelit-belit. Tapi dah bagus.

    Comment on chapter Gadis Misterius dan Perubahan Jalur -Bagian 01-
Similar Tags
Romantice And Yearn
77      15     0     
Romance
Seorang gadis yang dulunya bersekolah di SMA Garuda Jakarta, kini telah menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia. Banyak kenangan yang ia jalani di masa SMA. Mulai awal ia masuk dan bertemu dengan lelaki yang bernama Ray. Hari-harinya selalu di warnai dengan kehadiran Ray yang selalu memberikan kejutan yang tak terduga hingga akhirnya jatuh hati juga pada Ray. Namun tak ada suatu hubungan yang ...
Bandung
274      46     0     
Fan Fiction
Aku benci perubahan, perubahan yang mereka lakukan. Perubahan yang membuat seolah-olah kami tak pernah saling mengenal sebelumnya - Kemala Rizkya Utami
Shades Of Nuance
19      10     0     
Romance
"seandainya kita diciptakan untuk menjadi satu, pasti suatu saat kita akan bertemu – Putri Zein" "aku selalu teringat tentang pertama kali aku bertemu dengan mu, kau hanya menatapku datar bukan tatapan memuja. Seorang siswi pindahan yang selalu membuatku muak, dengan kelakuan nya yang selalu ikut campur urusan orang lain. – Choi Min Ho" "mata kami saling bertemu, m...
100%-80%
0      0     0     
Romance
Naura merasa dirinya sebagai seorang gadis biasa -biasa saja dan tidak memiliki kelebihan tertentu bertemu dengan Tsubastian yang bisa dibilang mendekati sempurna sebagai seorang manusia. kesempurnaan Tsubastian hancur karena Naura, bagaimana Naura dan Tsubastian menghadapinya
Melawan Takdir
12      5     0     
Horror
Bukan hanya sebagai mahkota pelengkap penampilan, memiliki rambut panjang yang indah adalah impian setiap orang terutama kaum wanita. Hal itulah yang mendorong Bimo menjadi seorang psikopat yang terobsesi untuk mengoleksi rambut-rambut tersebut. Setelah Laras lulus sekolah, ayahnya mendapat tugas dari atasannya untuk mengawasi kantor barunya yang ada di luar kota. Dan sebagai orang baru di lin...
Kisah yang Tak Patah
83      24     0     
Romance
Kisah cinta pertama yang telah usai. Sebuah cerita untuk mengenang pada suatu waktu yang menghadirkan aku dan kamu. Meski cinta tidak selalu berakhir luka, nyatanya aku terluka. Meski bahagia tak selalu ada usai sedih melanda, memang nyatanya untuk bahagia itu sulit meski sekedar berpura-pura. Bagaimanapun kisah yang ada memang akan selalu ada dan takkan pernah patah meski kadang hati sedikit ...
Sakura di Bulan Juni (Complete)
67      24     0     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
Hug Me Once
44      11     0     
Inspirational
Jika kalian mencari cerita berteman kisah cinta ala negeri dongeng, maaf, aku tidak bisa memberikannya. Tapi, jika kalian mencari cerita bertema keluarga, kalian bisa membaca cerita ini. Ini adalah kisah dimana kakak beradik yang tadinya saling menyayangi dapat berubah menjadi saling membenci hanya karena kesalahpahaman
Sekotor itukah Aku
168      37     0     
Romance
Dia adalah Zahra Affianisha. Mereka biasa memanggilnya Zahra. Seorang gadis dengan wajah cantik dan fisik yang sempurna ini baru saja menginjakkan kakinya di dunia SMA. Dengan fisik sempurna dan terlahir dari keluarga berada tak jarang membuat orang orang disekeliling nya merasa kagum dan iri di saat yang bersamaan. Apalagi ia terlahir dalam keluarga penganut islam yang kaffah membuat orang semak...
Phased
12      11     0     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...