Read More >>"> Switched A Live (Academy Entrance Examination) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Switched A Live
MENU
About Us  

Sudah hampir lima belas menit aku mendengar pidato yang membosankan, aku memilih mencari sosok Elon dan Alden didesakan manusia-manusia yang sangat antusias untuk bisa memasuki akademi ini. Seberapa berharganya akademi ini bagi mereka sampai rela berdesakkan dan terhimpit, aku tidak mau ambil pusing. Aku segera menjauh, mencari tempat yang sedikit luas agar aku bisa bernapas dengan baik. Menurutku akan sangat sulit mencari Elon dan Alden tapi tidak disangka-sangka mereka malah menghampiriku terlebih dahulu.

“Naya, kau kemana saja? Kan sudah aku bilang tunggu kami didepan gerbang.” ucap Elon sambil mengusap keringatnya yang bercucuran. Aku heran kenapa dua manusia didepanku ini terlihat sangat lelah sekali.

“Kalian baik-baik saja, kan?” tanyaku sambil menatap Elon dan Alden bergantian.

“Kami harus lari agar bisa sampai tempat ini. Untung saja hanya telat lim belas menit, jika lebih dari itu aku bisa pastikan kami tidak akan bisa mengikuti ujian tahun ini.” balas Alden yang sudah berhasil mengatur napasnya.

“Sepenting ini kah akademi ini bagi orang-orang yang ada disini?” tanyaku lagi, kali ini aku sukses membuat Alden melotot kearahku. Mata bulatnya sangat jernih, sejenak membuat aku terpesona.

“Kau gila Naya? Ah aku lupa kau kehilangan ingatanmu. Akademi ini adalah salah satu wujud kesuksesanmu, jika kau berhasil memasuki akademi ini dan menjadi salah satu murid disini kau akan dihormati. Apalagi jika kau bisa menjadi salah satu pilar. Kau akan dihormati di seluruh negeri ini.” balas Alden, tiba-tiba dia menjadi sangat bersemangat sekali membahas tentang akademi ini.

“Benar yang dikatakan oleh Alden, akademi ini bukti kesuksesan kita di negeri ini. Semacam jika kau berhasil di akademi ini pemerintahan akan menanggung semua kehidupanmu.” sambung Elon, kali ini dia menatapku dengan mantap.

“Jadi, akademi ini tidak meminta uang dari orang tua kita, begitu?”

“Elon, sepertinya adikmu benar-benar amnesia parah, ya.” ucap Alden menghembuskan napas beratnya. Aku tetap menatap kedua orang didepanku ini dengan tatapan penuh tanda tanya. “Kau masuk ke akademi ini saja sudah pasti hidupmu akan dibiayai bahkan digaji oleh pemerintah. Ini cara mudah agar kau bisa mengerti.”

Aku mengangguk cepat dan beruntungnya pidato yang membosankan itu juga sudah selesai. Sekarang semua mata tertuju pada panggung yang sudah berdiri laki-laki yang mengantarkan aku ketempat ini. Dia tersenyum dan aku tahu pasti jika senyuman itu diberikan untukku karena dia menatapku sejak dia berdiri diatas sana.

“Tuhan, mimpi apa aku semalam bisa melihat raja Liam.” ucap Elon takjub, dia tidak henti-hentinya berdecak kagum.

“Al, memang orang yang sedang berbicara diatas sana seorang raja?” tanyaku pada Alden yang memandangnya tidak suka. Sejak tadi wajahnya ditekuk dan aura benci keluar dari tubuhnya.

“Ya, dia seorang raja.” jawabnya singkat.

“Lalu kenapa kau terlihat membencinya?”

“Aku hanya kesal, laki-laki itu yang membuat keluargaku hancur.”

“Maksudmu apa, Al?”

“Sudahlah, suatu saat kau akan tahu.”

Aku memutuskan untuk diam dan mendengarkan seorang raja yang katanya membuat keluarga Alden hancur berbicara panjang lebar tentang akademi ini. Aku masih bertanya-tanya tapi aku rasa aku sudahi dulu keingintahuanku tentang sosok raja ini. Berbeda dengan Alden, Elon sudah menyatukan tangannya didepan dada seperti sedang berdoa sambil menatap raja itu dengan senyum. Bukan hanya Elon tapi hampir orang-orang yang ada disini melakukan hal yang sama.

“Jangan tanya kenapa mereka melakukan hal bodoh seperti ini.” ucap Alden seolah tahu aku akan bertanya tentang ini.

Aku hanya tersenyum kecil, laki-laki ini sudah terlanjur benci dan menjadi sangat dingin. Sedangkan saudara kembarku mulai gila dengan sosok menganggumkan diatas panggung. Aku rasa aku harus segera meninggalkan tempat ini sebelum aku ikutan menjadi gila.

“Selamat berjuang wahai anak muda, kalian semua akan menjadi pondasi terkuat negeri ini. Jadi bulatkan tekadmu untuk belajar disini. Walaupun sulit kalian harus tetap bertahan. Karena negeri ini tidak akan selamat jika kalian tidak memiliki semangat. Teruslah berjuang wahai muda-mudi.” ucap raja Liam ditutup dengan senyum dan lambaian yang menawan. Kupikir-pikir wajahnya sangat familiar, tapi aku tidak mengingat apapun tentang sosok raja itu. Bahkan dia sempat berkata jika keberuntungan akan berpihak kepadaku.

“Ayo, segera masuk kedalam ruang ujian.” Elon menarik tanganku dan reflek aku menarik tangan Alden juga. Dia terlihat bingung jadi aku segera melepaskan tarikanku dan membiarkan Elon menarikku sampai masuk kedalam ruangan.

Ruangan putih dengan kursi kayu panjang itu sangat kontras dimataku, terlebih lagi ruangan ini benar-benar hanya ruangan kosong tanpa jendela dan hanya ada kursi panjang untuk kami duduk. Didepan sana sudah berdiri seorang kakek dengan jenggot yang menjuntai hingga lantai. Aku terpukau melihat sosok kakek itu, dengan topi kerucutnya dan tinggi badannya yang bisa aku perkirakan hampir dua meter. Aku sempat mengira dia tokoh fiksi sihir yang sering aku tonton.

“Silahkan duduk di tempat yang sudah disediakan. Karena sebentar lagi ujian masuk akademi akan dimulai.” ucap kakek itu menggema.

“Semoga kita bertiga bisa masuk dengan mudah.” gumam Elon yang terdengar olehku.

“Ujiannya seperti apa?” tanyaku kepada Alden.

“Naya, kenapa kau bertanya kepada Al terus? Kenapa tidak kepadaku?” protes Elon, sejenak aku diam dan hanya membalasnya dengan senyum manis. “Jangan-jangan kau menganggap kakakmu ini idiot!”

“Aku tidak bilang seperti itu! hanya saja jika bertanya padamu jawabannya terkesan aneh. Jadi aku lebih suka bertanya kepada Alden, maafkan aku.” Ujarku berusaha menenangkan.

“Jadi ini rasanya sakit.” ucap Elon mengusap dadanya dengan wajah sedih.

“Sudahlah kan dia juga sudah minta maaf. Salah siapa juga kau selalu bermain-main saat menjawab pertanyaan adikmu.” balas Alden membelaku.

“Aku hanya berusaha mencairkan suasana!” pekik Elon tertahan.

“Sudahlah abaikan saja makhluk ini.” ujar Alden, dia mengubah posisi mengarahkan badannya kearah aku duduk. “Jadi, ujian di akademi ini bisa dikatakan mudah jika kau sudah mempunyai Elementos, Elementos ini elemen yang bisa kau perintah sesukamu. Seperti pengendali sebuah elemen. Biasanya Elementos bisa dikendalikan satu elemen saja perorang, bahkan ada kejadian satu orang bisa mengendalikan lebih dari satu elemen. Dan ujian ini dibuat bertujuan untuk mengelompokkan pengguna Elementos. Tidak semua orang dianugerahi Elementos jadi yang bisa masuk akademi ini hanya orang-orang yang memang sudah ditakdirkan untuk berada digaris depan melindungi negeri ini.”

“Jadi yang mendaftar di akademi ini sudah tahu Elementos mereka masing-masing?”

“Sebagian sudah, sebagian lagi belum. Makanya diadakan ujian masuk akademi agar mereka tahu.”

“Kalau kau bagaimana? Sudah mendapatkan Elementos?”

“Aku dan Elon sudah mendapatkan Elementos sejak dua tahun yang lalu.”

“Apa Elementos kalian?”

“Nanti kau juga akan tahu Naya.”

“Ya, nanti kau juga akan tahu. Jadi biarkan ini menjadi kejutan untukmu. Kami sudah berlatih untuk memamerkan Elementos kami di depan orang-orang yang mengikuti ujian ini.” Sela Elon yang sudah menampilkan senyum lebar kearah kami.

“Kau sombong sekali kak.”

“Sombong sekali tidak apa-apa.”

Aku tersenyum sekilas dan pandanganku teralihkan dengan aksi orang yang sudah di panggil oleh kakek itu untuk maju. Sangat menakjubkan bisa melihat para pengendali elemen dengan jarak sedekat ini. Biasanya aku hanya melihat ini di film saja tapi sekarang aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.

“Naya di persilahkan untuk maju kedepan.” Ucap kakek itu sukses membuatku membuka mulutku beberapa detik sebelum Alden menutup paksa. Elon mendorongku untuk segera maju. Rasanya sangat menegangkan, bahkan aku tidak tahu bahwa aku memiliki Elementos atau tidak.

Dan sekarang aku sudah berdiri didepan ribuan manusia yang sudah menatapku. Aku gugup dan rasanya telapak tanganku sudah mengeluarkan keringat. Sesaat si kakek ini menyuruhku untuk berbuat sesuatu pintu ruangan ini sudah di gedor dan sosok laki-laki mengenakan baju seragam akademi ini masuk.

“Master! Ada yang menjebol pertahanan timur!” ucap laki-laki itu dengan susah payah.

“Apa! Cepat panggil para pilar untuk menyelidiki ini.”

“Baik master!”

Tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita di dalam ruangan. Semua mata akhirnya tertuju kepada wanita yang sudah di sekap oleh bayangan hitam. Aku terkejut dan langsung mundur kebelakang dan kejadian tidak terduga terjadi. Bayangan itu masuk kedalam wanita yang sempat ia tutup mulutnya dan sedetik kemudian wanita itu kejang-kejang. Orang-orang yang ada disekitarnya segera menjauh.

“kenapa Shadow bisa masuk!” pekik kakek yang memimpin ujian diruang ini. Dia segera mendekati wanita itu dengan langkahnya yang masih terlihat sangat gagah.

Selangkah lagi kakek itu merapalkan mantra wanita itu sudah terkapar dengan darah yang keluar dari mata, hidung dan telinganya. Bayangan itu keluar, seutas senyum dia lemparkan kepada kakek yang sudah siap untuk berkelahi dengannya.

Aku masih mematung, menyaksikan hal yang sangat tragis. Aku benci darah dan kejadian mengenaskan seperti ini. Bayangan itu menatapku, dan segera melayang kearahku dengan cepat aku terus mundur hingga aku terjebak tembok dibelakangku.

“Naya!” teriak Elon.

Sejenak aku masih mendengar teriakan Elon yang menggema, lalu hanya gelap yang menghampiriku dan aku tidak mendengar apa-apa lagi kecuali deru napasku sendiri.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Haruskah Ku Mati
115      5     0     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...
Metamorfosis
20      13     0     
Romance
kehidupan Lala, remaja usia belasan monoton bagaikan air mengalir. Meskipun nampak membosankan Lala justru menikmatinya, perlahan berproses menjadi remaja ceria tanpa masalah berarti. Namun, kemunculan murid baru, cowok beken dengan segudang prestasi mengusik kehidupan damai Lala, menciptakan arus nan deras di sungai yang tenang. Kejadian-kejadian tak terduga menggoyahkan kehidupan Lala dan k...
TRIANGLE
3      3     0     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...
Arini
11      4     0     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
Lady Cyber (Sang Pengintai)
10      4     0     
Mystery
Setiap manusia, pasti memiliki masa lalu. Entah itu indah, atau pun suram. Seperti dalam kisah Lady Cyber ini. Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Rere Sitagari, yang berjuang demi menghapus masa lalunya yang suram. Dibalut misteri, romansa, dan ketegangan dalam pencarian para pembantai keluarganya. Setingan hanya sekedar fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, peristiwa, karakter, atau s...
About us
161      38     0     
Romance
Krystal hanya bisa terbengong tak percaya. Ia sungguh tidak dirinya hari ini. CUP~ Benda kenyal nan basah yang mendarat di pipi kanan Krystal itulah yang membuyarkan lamunannya. "kita winner hon" kata Gilang pelan di telinga Krystal. Sedangkan Krystal yang mendengar itu langsung tersenyum senang ke arah Gilang. "gue tau" "aaahh~ senengnya..." kata Gila...
Kebaikan Hati Naura
4      4     0     
Romance
Naura benar-benar tidak bisa terima ini. Ini benar-benar keterlaluan, pikirnya. Tapi, walaupun mengeluh, mengadu panjang lebar. Paman dan Bibi Jhon tidak akan mempercayai perkataan Naura. Hampir delapan belas tahun ia tinggal di rumah yang membuat ia tidak betah. Lantaran memang sudah sejak dilahirikan tinggal di situ.
Romantice And Yearn
68      15     0     
Romance
Seorang gadis yang dulunya bersekolah di SMA Garuda Jakarta, kini telah menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia. Banyak kenangan yang ia jalani di masa SMA. Mulai awal ia masuk dan bertemu dengan lelaki yang bernama Ray. Hari-harinya selalu di warnai dengan kehadiran Ray yang selalu memberikan kejutan yang tak terduga hingga akhirnya jatuh hati juga pada Ray. Namun tak ada suatu hubungan yang ...
Meet Mettasha
4      4     0     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
Senja Belum Berlalu
26      4     0     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...