Sabtu pagi ini aku menghabiskan waktu dengan kak Baba berlari mengelilingi kompleks. Tapi aku lebih sering membeli beragam jajanan dibandingkan berlari. Kak Baba juga sering kali menggendongku. Dan sekarang kami sedang duduk di pinggir trotoar sambil menunggu baso tahu pesanan kami selesai.
“Kak,” Panggilku pada Kak Baba yang sedang melihat kakek-kakek dan nenek-nenek sedang melakukan senam di lapangan tenis dekat kami.
“Apa?” Tanya kak Baba.
“Kak Baba mau jadi kakek-kakek?” Kak Baba langsung menatap ke arahku.
“Hah?” Tanya kak Baba dengan kening yang mengkerut.
“Ini Baso tahunya, dek,” Abang baso tahu itu menyerahkan dua piring baso tahu pada aku dan kak Baba.
“Kak Baba mau jadi kakek-kakek?” Ulangku sambil meniup-niup baso tahu yang berada di garpuku.
“Mana ada yang mau jadi kakek-kakek,” Kak Baba meniup baso tahunya.
“Abisnya kak Baba liat kakek-kakek sama nenek-nenek yang ada di sana mulu,” Ujarku yang masih kesulitan menggigit baso tahu yang tak kunjung dingin itu.
“Setiap orang juga bakalan tua, dek.”
“Tapi bunda sama ayah belum tua kayang kakek sama nenek di sana,” Aku menunnjuk kakek-kakek dan nenek-nenek itu dengan garpu yang baso tahunya sudah bisa aku kunyah.
“Ya kan bunda sama ayah belum tua banget.”
“Berarti kakek sama nenek itu tua banget dong.”
“Heem.” Jawab kak Baba sambil mengunyah baso tahunya.
“Terus kenapa kulit mereka bisa keriput gitu?”
“Karena udah tua.”
“Oh, berarti Ayu juga udah tua dong.”
“Hah?” Kak Baba melihat ke arahku dengan baso tahu masih menempel di mulutnya.
“Kan matanya Ayu agak keriput kayak punya nenek itu,” Tunjukku pada nenek-nenek yang baru saja melewati kami.
“Ah kak Baba juga gak tahu kalo itu mah,” Ujarnya dan kemudian mengunyah makanannya. “Cepetan abisin makanannya sebelum bunda nyariin.”
Aku mengangguk dan segera menghabiskan baso tahu yang sudah tidak terlalu panas itu.
~
Aku terbangun dari tidurku karena sebuah guncangan di tubuhku. Aku mengucek mataku yang rasanya masih berat untuk di buka. Samar-samar aku mendengar suara.
“Han, buruan bangun nanti lo kesiangan,” Itu suara kak Baba.
Aku merangkak bangun dari tidurku. “Emangnya sekarang jam berapa?”
“Jam lima pagi. Buruan siap-siap sana,” Aku mengguk dan segera bangkit mengambil handuk yang berada di belakang pintu kamar.
Dengan sesekali menguap, aku mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Jujur saja kalo hari ini hari libur aku bisa saja bangun jam sembilan pagi.
Aku menuruni tangga setelah berkutat selama satu jam untuk membereskan diri dan kamarku. Di bawah sudah ada kak Baba yang sedang memakan sarapannya dengan buru-buru.
“Kuliah pagi, kak?” Tanyaku pada kak Baba.
“Gak, mau nyerahin skripsi ke dosen,” Jawab kak Babab dengan mulut penuh makanan.
“Oh,” Aku menarik kursi dan mendudukinya.
“Farhan, Ayu nitip surat,” Bunda memberikan sebuah surat padaku. “Dia gak bisa sekolah katanya.”
“Kenapa? Biasanya juga rajin banget.”
“Bunda juga gak tahu.”
Aku merogoh saku celana dan mengambil ponsel dari dalam sana. Siapa tahu Ayu mengirimi aku pesan mengenai ketidak hadirannya hari ini. Benar saja ada beberapa pesan dari Ayu yang belum aku baca.
Farhan ini cara ngejawab soal no 12 gimana?
Ayu gak bisa ngitungnya
Farhan kirimin Ayu jawaban bahasa inggris dong
Farhan udah tidur, ya?
Yaudah bobo nyenyak Farhan
Farhan hari ini Ayu gak bisa nemenin Farhan di sekolah. Tadi mamah sama papah bilang buat jagain nenek yang lagi dirawat di rumah sakit. Ayu juga udah nitip surat ke bunda. Terus tolong kumpulin tugas Ayu. Ayu tadi tinggal di meja depan rumah Farhan.
Itulah isi pesan dari Ayu. Yang terakhir dikirim beberapa menit yang lalu. Aku mengetik balasan untuk Ayu.
Maaf semalem gue udah tidur
Iya suratnya udah bunda kasih
Kapan pulang?
Aku meletakan ponsel di atas meja dan mengambil sarapanku. Melahapnya dengan malas. Kalo hari ini Ayu gak ada, pasti ngebosenin.
~
Aku mengetuk-etukkan ujung pensil ke atas meja. Sesuai dugaanku, hari ini akan membosankan tanpa Ayu. Beberapa kali aku menatap kursi di sebelahku yang kosong. Sekarang aku sedang kebosanan menunggu bel istirhat karena tugas yang diberikan guru-yang kebetulan sekarang tidak bisa hadir-sudah aku selsaikan.
Aku mengecek ponselku, dan senyumku langsung terbit saat melihat beberapa notifikasi dari Ayu. Sepertinya Ayu sama kebosanannya denganku. Aku buka terlebih dahulu pesan singkat dari Ayu.
Farhan….ngebawel yuk
Aku beralih pada WA.
Farhan masih ada guru, ya?
Line.
Ayu gak sampai dialpain, kan?
Path.
Jantung Ayu rasanya mau copot (
Instagram.
Farhan kok gak di bales-bales sih?
Bahkan Ayu juga mengirimi aku email.
Ih sekarang Farhan jadi sombong gak mau bales pesannya Ayu. Awas aja nanti Ayu marah sama Farhan.
Aku memilih membalas pesan Ayu dan menjawab semuanya pada pesan singkat.
Gue abis nyelesaiin tugas dari ibu Sri.
Lo udah dikasih keterangan ijin kok gak usah takut gitu.
Maaf, ya baru di bales.
Jangan marah dong.
Yakin mau marah?
Gak rindu gitu?
Aku menggelengkan kepala heran dengan kelakuan Ayu yang sering mengebomku dengan banyak pesan. Apa jari-jarinya tidak keriting karena kebanyakan mengetik. Aku mengalihkan perhatianku pada layar ponsel yang menampilkan notifikasi baru dari Ayu.
Tugas apaan?
Syukur deh
Iya gak papa
Tetep mau marah
Yakin kok
Rindu juga sih (
Ayu membalas semua pesanku tadi dengan menggunakan aplikasi line. Aku menggelengkan kelaku pelan. Ini juga salah satu kebiasaan Ayu yang sering membalas pesan dengan beragam aplikasi. Saat aku akan membalas pesannya bel istirahat berbunyi berbarengan dengan masuknya notifikasi yang baru.
Udah istirahat, ya?
Bisa bantuin Ayu buat fotoin kak Aldi, gak?
Aku berungut tidak suka membaca pesan terakhir dari Ayu yang masih saja memikirkan si Aldi itu. Aku mematikan ponsel dan segera bergabung dengan teman-temanku yang akan pergi ke kantin dari pada menyanggupi keinginan Ayu.
~
Sudah satu minggu Ayu tidak menampakkan batang hidungnya. Rumah di sebrang sana juga masih tidak menunjukan tanda-tanda ada kehidupan di dalamnnya. Aku menguap lebar karena semalaman aku menunggu Ayu yang mengatakan jika ia akan pulang agak larut.
Aku melirik ponsel yang berada di nakas. Ayu belum membalas pesanku. Ini sudah nyaris tengah hari dan Ayu belum kembali.
Aku berjalan masuk ke dalam kamar. Meraih ponselku di atas nakas. Mengetikan pesan kepada Ayu dengan begitu cepat. Namun semua gerakan jariku terhenti saat seseorang menghentakkan daun pintu dengan begitu kencang. Aku menatap setiap gerak-gerik orang yang baru saja melenggang masuk dengan begitu tak sopannya. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
~
TBC
BY L U T H F I T A
Dear You
118
34
0
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku.
Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya.
Tentang bagaimana mensyukuri hidup.
Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi.
Dan, tentang bagai...
Ketika Takdir (Tak) Memilih Kita
4
4
0
Short Story
“Lebih baik menjalani sisa hidup kita dengan berada disamping orang yang kita cintai, daripada meninggalkannya dengan alasan tidak mau melihat orang yang kita cintai terluka. Sebenarnya cara itulah yang paling menyakitkan bagi orang yang kita cintai. Salah paham dengan orang yang mencintainya….”
CINTA SI GADIS BUTA
36
5
0
Romance
Kemalangan yang dialami oleh seorang gadis yang bernama Reina. Reina, seorang gadis cantik dan juga baik hati di diagnosa oleh dokter terkena penyakit glaukoma. Dokter memperkirakan kalau dirinya masih dapat melihat dalam waktu 1 tahun. Tetapi, nasib baik tak lagi mau berpihak kepadanya. Kedua matanya buta hanya dalam 4 bulan setelah dia memeriksakannya. Dia hanya bisa pasrah menerimanya.
Kehidu...
AVATAR
39
19
0
Romance
�Kau tahu mengapa aku memanggilmu Avatar? Karena kau memang seperti Avatar, yang tak ada saat dibutuhkan dan selalu datang di waktu yang salah. Waktu dimana aku hampir bisa melupakanmu�
Camelia
3
3
0
Romance
Pertama kali bertemu denganmu, getaran cinta itu sudah ada. Aku ingin selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan kita.
~Aulya Pradiga
Aku suka dia. Tingkah lakunya, cerewetannya, dan senyumannya. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak ingin menyakitinya.
~Camelia Putri
Angel in Hell
2
2
0
Short Story
Dia memutar-mutar pena di genggaman tangan kanannya. Hampir enam puluh detik berlalu dan kolom satu itu masih saja kosong.
Kegiatan apa yang paling Anda senang lakukan?
Keningnya berkerut, menandakan otaknya sedang berpikir keras. Sesaat kemudian, ia tersenyum lebar seperti sudah mendapatkan jawaban.
Dengan cepat, ia menggoreskan tinta ke atas kertas; tepat di kolom kosong itu.
Mengha...
Rinai Kesedihan
586
410
1
Short Story
Suatu hal dapat terjadi tanpa bisa dikontrol, dikendalikan, ataupun dimohon untuk tidak benar-benar terjadi.
Semuanya sudah dituliskan.
Sudah disusun.
Misalnya perihal kesedihan.
Perahu Waktu
3
3
0
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu
Today, After Sunshine
31
10
0
Romance
Perjalanan ini terlalu sakit untuk dibagi
Tidak aku, tidak kamu, tidak siapa pun, tidak akan bisa memahami
Baiknya kusimpan saja sendiri
Kamu cukup tahu, bahwa aku adalah sosok yang tangguh!