Read More >>"> Meja Makan dan Piring Kaca (Pilihan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Meja Makan dan Piring Kaca
MENU
About Us  

     Keempat bersaudara itu makan malam bersama di meja makan yang penuh dengan hidangan yang sudah disediakan sebelumnya. Walaupun hidangan itu terlihat sangat lezat, tapi terasa hambar karena suasananya tidak seperti biasa. Masing-masing hanya menikmati makanan di piring kaca mereka. Segala kepintaran, kecentilan, kekonyolan serta kemanjaan mereka berganti menjadi kebisuan yang menenggelamkan mereka dalam kesunyian.

     Sherly membuka suara, "Enggak asyik deh, makan tanpa papa dan mama!"

     "Iya. Harusnya Maliq merengek minta ikut papa dan mama saja tadi."

     "Padahal aku berencana meminta gaun baru untuk pesta ulang tahun temanku," kata Stevi.

     Shandy hanya mendengar ketiganya saling mengeluh. "Sudah tidak usah mengeluh! Selesaikan makan kalian!"

     Ponsel Shandy berdering, menampilkan 'Raisa' di layar ponselnya. Ada apa dia meneleponku malam ini? Shandy mengangkat telepon itu. "Halo!" lalu terdengar suara Raisa yang sedang ketakutan di balik ponselnya.

     "Halo, Shandy. Tolong aku! Temui aku di alamat yang akan aku kirimkan melalui pesan."

     "Tapi Raisa, aku tidak bisa keluar malam ini."

     "Aku harap kamu bisa datang," Raisa lalu mematikan panggilannya.

     Shandy masih ingin mengatakan sesuatu, tapi panggilan itu telah diputus. Tak lama dia menerima pesan dari Raisa, alamat yang sangat lengkap bahkan dia mencantumkan ruangan yang harus dituju. Shandy mencoba memanggil Raisa kembali melalui ponselnya, tapi nomor tersebut sudah tidak aktif. "Bagaimana ini?" tanyanya dalam hati. Setelah melakukan perdebatan di alam pikirannya, akhirnya dia memutuskan untuk pergi menemui Raisa dan meninggalkan ketiga adiknya.

     "Abang ada urusan mendadak di luar. Selesaikan makan kalian dan jangan melakukan kegaduhan!" kata Shandy.

     "Bang Shandy mau kemana? Bisakah aku ikut?" tanya Maliq.

     "Abang ada sedikit masalah, sebaiknya kalian di rumah. Abang hanya sebentar saja." kata Shandy, "Stevi tolong perhatikan mereka berdua! Jangan sampai terjadi masalah! Jika terjadi sesuatu, tolong segera hubungi Abang!"

     Stevi mendesah. Kenapa aku lahir setelah dia? "Hmm. Pergilah dan pulanglah segera sebelum papa dan mama kembali!" kata Stevi.

     "Sip. Terima kasih, Stev!" ucap Shandy. Dia menuju garasi dengan tergesa-gesa dan memilih mengendari motor sport-nya karena waktunya akan lebih cepat tanpa harus terjebak macet. Shandy melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, menyelinap di antara mobil-mobil yang melintas di jalanan. Hembusan angin malam tak terasa lagi menembus kulitnya. Tujuannya hanya satu -- Raisa.

     Di kos Haikal, Raisa merasa semakin terancam. Ponselnya sudah dinonaktifkan oleh Haikal dan sekarang dia menghidupkan musik dengan volume yang sangat kuat. "Apa yang ingin kau lakukan sekarang?" tanya Raisa.

     "Siapa orang yang kamu hubungi terakhir kali?" tanya Haikal.

     Raisa semakin takut. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan Haikal karena jika dia mengatakan sebenarnya, Haikal akan bertindak lebih jauh dari ini. Dia hanya ingin mengulur waktu sampai Shandy datang membantunya.

     Haikal semakin emosi, karena tidak menerima jawaban dari Raisa. Dia lalu menampar Raisa dan berkata kasar, "Jawab ketika aku sedang bertanya, gadis manja!"

     Raisa menangis menahan tamparan di pipinya, hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan untuknya. "Aku beruntung mengetahui sifat aslimu sekarang sebelum aku memutuskan memiliki hubungan lebih jauh denganmu," kata Raisa ketus.

     "Kau akhirnya menyesal telah mengenalku? Hah?!"

     "Iya!" jawab Raisa dengan pasti. Hingga dia harus menerima tamparan untuk kedua kalinya.

     "Cukup Haikal! Apa yang ingin kau lakukan sekarang? Jika kau ingin membunuhku, silahkan jika kau merasa puas!" tantang Raisa.

     Haikal tertawa. "Aku akan menerima tantanganmu, tapi sebelum aku membunuhmu, aku akan menikmati tubuhmu."

     Raisa menjerit meminta pertolongan, tapi semua itu percuma karena musik dari dalam ruangan itu terlalu kuat, teriakannya tidak akan menembus dinding kamar. Kondisinya terjepit, dia teringat kembali dengan perkataan papanya tentang Haikal yang seorang anak berandalan. Selama ini dia selalu menyangkal untuk membela Haikal dan akhirnya dia harus menyetujui perkataan itu pada kondisi seperti ini.

     Haikal sudah membuka baju kausnya, otaknya sudah dirasuki oleh iblis jahat. Dia mulai mendekati Raisa yang mencoba menutupi seluruh tubuhnya dengan kedua tangannya di sudut kamar sambil menjerit meminta tolong.

     Shandy melihat mobil Raisa terparkir di depan sebuah kos-kosan, dia lalu memarkirkan motornya, dan masuk ke dalam kos-kosan tersebut. Dia sudah mulai merasa cemas karena alamat yang diberikan Raisa adalah kos-kosan pria. "Sedang apa Raisa berada di sini malam hari?" tanyanya dalam hati. Dia bergegas mencari ruangan yang dikirim Raisa dan bertemu dengan tiga orang pria yang sedang duduk sambil bermain gitar.

     "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya salah seorang pria.

     Shandy berkata bohong, "Aku sedang mencari kamar nomor dua belas. Aku adalah keluarganya."

     Pria itu mengangguk. "Kamarnya di sebelah sana!" katanya sambil menunjuk sebuah kamar.

     "Baiklah. Terima kasih!" ucap Shandy. Dia menuju kamar tersebut, dari luar terdengar suara musik rock yang sangat kuat. Dia mengetuk pintu tersebut, tidak ada jawaban dari dalam dan pintu itu juga tidak terbuka. Dia menyenderkan telinganya ke daun pintu untuk menguping dan mendengar sayup-sayup teriakan meminta tolong. Tanpa pikir panjang, Shandy mendobrak pintu itu. Betapa terkejutnya dia ketika pintu itu terbuka, dia melihat seorang pria sudah bertelanjang dada dan Raisa dalam keadaan menangis dengan wajah ketakutan.

     Pria itu terkejut. "Siapa kau? Beraninya masuk ke kamarku!"

     Shandy langsung masuk menghampiri dan memberi pria itu satu pukulan keras. Pria itu terhoyong ke dinding. Shandy lalu menarik Raisa, "Kamu tidak apa-apa?"

     Raisa hanya menggeleng dan meluruskan pakaiannya.

     Haikal menyeka darah di ujung bibirnya, emosinya bangkit kembali dan berniat untuk membalas pukulan anak laki-laki yang masuk ke kamarnya. Pukulannya berhasil ditangkis oleh anak laki-laki itu. Walaupun dia lebih tua dari anak laki-laki itu, tapi mereka memiliki tinggi yang sama dan kekuatan yang sama kuatnya. Hingga terjadi beberapa perkelahian sengit antar keduanya.

     Raisa berlari keluar dan meminta pertolongan pada orang-orang yang berada di sana.

     "Siapa kau sebenarnya?" kata Haikal saat dia sudah berada di kekalahannya.

     Shandy teringat Maliq saat-saat seperti ini. Jika dia sedang berada dalam posisi seperti ini bersama Maliq, maka Shandy akan mengatakan kalau dia sebenarnya adalah 'Batman'. Shandy tertawa sejenak, lalu kembali sadar. "Jangan mengganggu Raisa lagi. Mulai sekarang, aku adalah orang yang akan selalu menjaganya," kata Shandy mempertegas.

     Beberapa pria mendatangi kamar Haikal. "Apa yang terjadi?" tanya mereka. Mereka akhirnya melihat keributan di dalam dan segera melerai keduanya.

     Shandy menjauh dari pria itu. "Kau akan menerima ganjaran dari semua ini!" dia lalu mengambil tas Raisa dan membawa Raisa keluar dari tempat tersebut. Shandy menuju motornya dan memberi kunci cadangan, lalu dia meminta kunci mobil Raisa, "Berikan kunci mobilmu!"

     Raisa mengambil kunci mobilnya di tas. "Bagaimana dengan motormu?"

     "Aku sudah memberi kunci cadangan, aku akan mengambilnya esok hari," jawabnya, "sekarang lebih baik kita cepat meninggalkan tempat ini!"

     Raisa mengikuti perintah Shandy dan mereka berdua masuk ke dalam mobil.

 

****

 

     Selesai makan malam, Stevi dan Sherly kembali ke kamar tidur untuk beristirahat dan mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Begitu juga para pembantu di rumah itu, mereka sudah masuk ke kamar untuk beristirahat. Sedangkan Maliq, dia masih sibuk mencari kalung mamanya yang hilang. Dia mencari di setiap sudut ruangan; tong sampah, kamar mandi, kamar mamanya, dan dapur. Dia tetap belum bisa menemukannya.

     Maliq ke dapur mengambil simpanan coklat di lemari es. Dia selalu meletakkan beberapa coklat di sana, agar coklat-coklat itu dingin saat dia ingin memakannya. Beberapa lampu dapur sudah mulai dimatikan Bi Iyem, tapi karena Maliq takut ketahuan memakan coklat di malam hari sesudah menyikat gigi, dia memakannya di dapur. Saat sedang menikmati coklatnya, matanya tertuju pada suatu yang bersinar di tempat gelap. Benda itu dia yakini adalah kalung mamanya yang dia cari selama beberapa jam ini. Seperti mendapatkan harta karun, Maliq merasa senang tak terkirakan. Dia menuju benda yang bersinar itu, di atas sebuah rak piring yang tinggi. Kemungkinan kalung tersebut tersangkut saat mamanya mengambil peralatan makan. Rak piring itu terbuat dari rangka stainlees steel yang cukup tinggi, jadi Maliq tidak bisa meraih kalung tersebut. Dia lalu mendorong kursi ke arah rak piring dan berniat menaiki kursi untuk meraih kalung tersebut.

     Maliq menaiki kursi dan akhirnya berhasil meraih kalung tersebut, dia merasa sangat senang sekali atas usahanya. Kalung tersebut dia masukkan ke dalam saku celananya dan kemudian dia berniat melompat dari kursi seperti adegan di serial film Superman yang sering dia tonton. Penggemar selalu melihat setiap sisi dari idolanya, aku akan merasa bangga jika berhasil menirunya. 

     Maliq melompat setelah melakukan ancang-ancang layaknya Superman. Pendaratannya ternyata tidak sempurna, jubahnya tersangkut di bagian rak piring. Dia terjatuh, namun tidak terlalu menyakitkan. Tapi akibat dari jubahnya yang tersangkut dan dorongan dari tubuhnya, rak piring tersebut jatuh ke arah depan dan menjatuhkan beberapa piring dan gelas ke arahnya. Suara gemuruh benda-benda jatuh dan pecahan kaca terdengar ke seluruh ruangan.

     "Aduuhh!" jerit Maliq. Kepalanya terbentur piring dan mengoyakkan kulit di bagian dahinya. Darah mulai bercucuran, dia tidak menangis namun mencoba menahan perih.

     Stevi, Sherly, dan orang-orang di rumah, keluar dari kamar dan melihat sumber dari suara tersebut. Bi Iyem menemukan Maliq lebih dulu dalam keadaan yang menyakitkan. Dia lalu berteriak, "Non! Den Maliq terjatuh!"

      Stevi dan Sherly menuju dapur, mereka melihat dahi Maliq yang sudah bercucuran darah. "Maliq sedang apa sih di dapur?" tanya Stevi dengan ekspresi ketakutan melihat darah di dahi Maliq. Maliq tidak menjawab apa-apa hanya meringis kesakitan. Stevi sangat bingung, dia kemudian menelepon Shandy.

     Di dalam mobil, Raisa dan Shandy masih diam membisu. Kejadian yang tidak bisa dilupakan seumur hidup Raisa, kesalahan dalam menentukan suatu pilihan akan menimbulkan masalah yang akan dikenang dan menjadi luka terdalam. Sesuai kata pepatah, Pengalaman adalah pelajaran yang paling berharga dalam hidup ini.

     "Terima kasih!" kata Raisa membuka pembicaraan. Dia melihat ke arah Shandy, wajahnya memiliki beberapa memar. "Maaf sudah meneleponmu dan mengganggumu malam ini."

     Shandy tersenyum bahagia. Bagi seorang laki-laki, menjadi orang yang dibutuhkan oleh seorang perempuan yang ia cintai adalah kesempatan yang paling berharga. "Lain kali jika kamu membutuhkan pertolongan, jangan sungkan untuk meneleponku. Aku sangat senang melakukannya," kata Shandy tulus, "aku akan mengantarmu ke rumah!"

     Raisa mengangguk menyetujui dan memberi senyuman kecil.

     Ponsel Shandy berdering menampilkan nama 'Stevi' di layar ponselnya. "Halo!" kata Shandy setelah mengangkat panggilannya.

     "Bang! Ada masalah di rumah! Maliq terjatuh dan kepalanya berdarah karena tertimpa benda-benda kaca! Bagaimana ini?" kata Stevi panik.

     Shandy ikutan panik. "Abang tidak bisa segera ke sana, lebih baik kamu mengantarkan Maliq ke rumah sakit bersama supir. Kita akan bertemu di sana, karena jika terlalu lama, Maliq akan kehilangan banyak darah."

     "Tapi supir sedang tidak di rumah, Bang? Bagaimana?"

     "Abang lupa. Kamu harus menyetir sekarang. Jangan takut dan jangan cemas!"

     "Baiklah, Bang! Aku akan ke rumah sakit bersama Sherly!"

     "Abang akan menelepon papa dan mama lalu segera menyusul ke sana," kata Shandy dan menutup panggilan telepon itu.

     Raisa memasang wajah heran. "Apa yang terjadi?"

     Shandy menepikan mobil. "Adikku mendapat musibah, dia terjatuh dan dahinya terluka. Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang. Aku akan naik taksi. Kamu bisa pulang sendiri."

      Sebelum Shandy membuka pintu mobil, Raisa menarik tangannya. "Tidak!" kata Raisa, "biarkan aku ikut bersamamu ke rumah sakit."

     Shandy tidak yakin untuk mengajak Raisa, tapi karena Raisa terus memaksa, akhirnya Shandy mengajak Raisa ke rumah sakit. "Baiklah!" ucap Shandy. Dia melajukan mobil itu kembali dan menuju ke Rumah Sakit.

     Shandy menelepon papanya, "Halo, Pa. Maliq terjatuh dan kepalanya terluka. Kami sedang menuju rumah sakit sekarang. Baik, Pa."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (29)
  • Zeee

    Menurutku tokoh Shandy terlalu perfect. (chptr 3). Seperti ... nggak ada cacatnya. Saran saja deh, ganteng, tajir, okelah. Coba masukin beberapa kekurangan. Biar agak manusiawi. Maaf komentarnya pedas. Ini cuma saran saja.

    Comment on chapter Kartu Keluarga
  • lanacobalt

    Siap @Yell akan saya perbaiki berikutnya.

    Comment on chapter Prolog
  • Yell

    Cuma saran saja. Coba perhatikan pemadatan kalimatnya. Kurangi kata yg nggak perlu. Terlalu banyak menggunakan kata hubung jadi kurang bagus. Malah bisa jatuh klise.

    Comment on chapter Prolog
  • CandraSakti

    Sukaaaaaa

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Terima kasih @radenbumerang saya akan lebih giat lagi atas pujian yang kamu berikan,

    Comment on chapter Prolog
  • radenbumerang

    Novelnya keren, diksinya sangat bagus dan mudah dicerna pembaca, baik yang awam maupun sudah pro. Yang jadi nilai plus dari novel ini adalah prolognya yang langsung menyajikan konflik (seperti tips yang disarankan oleh beberapa penulis terkenal), jadi pembaca akan langsung dibuat penasaran dengan apa yg akan terjadi berikutnya. Untuk sekarang masih saya cicil bacanya, lumayan untuk hiburan positif di sela-sela padatnya pekerjaan. Jangan lupa mampir juga di cerita saya ya, hihi.

    Comment on chapter Prolog
  • cicicantika

    Like.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    okok, kadang suka sor sendiri kalau lagi ngetik :D

    Comment on chapter Prolog
  • HasanN

    Ke mana, ke sana, ke sini, ke mari, ke arah, ke depan, ke belakang, ke samping, ke kanan, ke kiri. Kata depan ke ditulis terpisah Kak. Ceritanya keren. Saya suka. Cuma EBInya tolong dipelajari lagi. Good luck, Kak.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    oke terima kasih sarannya, saya akan pelajari dan perbaiki.

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Violetta
4      4     0     
Fan Fiction
Sendiri mungkin lebih menyenangkan bagi seorang gadis yang bernama Violetta Harasya tetapi bagi seorang Gredo Damara sendiri itu membosankan. ketika Gredo pindah ke SMA Prima, ia tidak sengaja bertemu dengan Violetta--gadis aneh yang tidak ingin mempunyai teman-- rasa penasaran Gredo seketika muncul. mengapa gadis itu tidak mau memiliki teman ? apa ia juga tidak merasa bosan berada dikesendiri...
My Big Bos : Mr. Han Joe
1      1     0     
Romance
Siapa sih yang tidak mau memiliki seorang Bos tampan? Apalagi jika wajahnya mirip artis Korea. Itu pula yang dirasakan Fraya ketika diterima di sebuah perusahaan franchise masakan Korea. Dia begitu antusias ingin segera bekerja di perusahaan itu. Membayangkannya saja sudah membuat pipi Fraya memerah. Namun, apa yang terjadi berbeda jauh dengan bayangannya selama ini. Bekerja dengan Mr. Ha...
Teru Teru Bozu
4      4     0     
Short Story
“Teru-teru bozu, make tomorrow into a bright day and i’ll bring you something”
OWELL’S TALE
262      210     4     
Short Story
A children sgort story about an albino otter called Owell
JATUH CINTA
11      5     0     
Romance
Cerita cinta anak SMA yang sudah biasa terjadi namun jelas ada yang berbeda karena pemerannya saja berbeda. Dia,FAIZAR HARIS AL KAFH. Siswa kelas 10 SMAN 1 di salah satu kota. Faizar,seorang anak yang bisa dibilang jail dengan muka sok seriusnya itu dan bisa menyeramkan disaat tertentu. Kenalkan juga, ALYSA ANASTASIA FAJRI. seorang gadis dengan keinginan ingin mencari pengalaman di masa S...
Manusia
26      9     0     
Romance
Manu bagaikan martabak super spesial, tampan,tinggi, putih, menawan, pintar, dan point yang paling penting adalah kaya. Manu adalah seorang penakluk hati perempuan, ia adalah seorang player. tak ada perempuan yang tak luluh dengan sikap nya yang manis, rupa yang menawan, terutama pada dompetnya yang teramat tebal. Konon berbagai macam perempuan telah di taklukan olehnya. Namun hubungannya tak ...
Langit Jingga
31      13     0     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Summer Rain
4      4     0     
Fan Fiction
Terima kasih atas segala nya yang kamu berikan kepada aku selama ini. Maafkan aku, karena aku tak bisa bersama dengan mu lagi.
LOVE IN COMA
355      286     7     
Short Story
Cerita ini mengisahkan cinta yang tumbuh tanpa mengetahui asal usul siapa pasangannya namun dengan kesungguhan didalam hatinya cinta itu tumbuh begitu indah walaupun banyak liku yang datang pada akhirnya mereka akan bersatu kembali walau waktu belum menentukan takdir pertemuan mereka kembali
Throwback Thursday - The Novel
170      31     0     
Romance
Kenangan masa muda adalah sesuatu yang seharusnya menggembirakan, membuat darah menjadi merah karena cinta. Namun, tidak halnya untuk Katarina, seorang gadis yang darahnya menghitam sebelum sempat memerah. Masa lalu yang telah lama dikuburnya bangkit kembali, seakan merobek kain kafan dan menggelar mayatnya diatas tanah. Menghantuinya dan memporakporandakan hidupnya yang telah tertata rapih.