Read More >>"> Meja Makan dan Piring Kaca (Rasa Yang Tertinggal) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Meja Makan dan Piring Kaca
MENU
About Us  

     Ribuan bintang berkelap-kelip dan sinar purnama menerangi langit malam itu. Raisa melihat kaca spion mobilnya, sebuah mobil mengikutinya dari belakang. Terkadang lampu depan mobil itu berkedap-kedip, menyampaikan kode aku berada di belakangmu, jangan khawatir! Raisa hanya bisa tersenyum membayangkan tingkah pengemudi di dalam mobil itu. Rasa takut yang menghampirinya hari ini berganti menjadi rasa nyaman dalam seketika.

     Shandy mengikuti Raisa dari belakang. Wiper belakang mobil Raisa bergerak naik turun memberi kode ke Shandy, aku sangat bingung saat ini! Shandy hanya bisa memainkan lampu flash mobilnya, mencoba menenangkan Raisa melalui kode-kode tertentu. Jika perasaan mereka saling mengerti, maka kode itu dapat dibaca melalui hati satu sama lain.

     Raisa menghentikan mobilnya di depan rumah, dia lalu keluar dan menemui Shandy di mobilnya.

     Shandy juga ikut menghentikan mobil setelah melihat mobil Raisa berhenti di depan sebuah rumah. Shandy keluar dari mobil, "Aku tidak mengantarmu sampai ke dalam rumah?"

     Raisa menggeleng dan tersenyum. "Aku rasa, kita berpisah di sini saja! Aku akan berbicara dengan orangtuaku terlebih dahulu. Aku tidak ingin membawamu dalam masalahku lebih jauh, aku sudah sangat merepotkanmu malam ini."

     Shandy hanya tersenyum. "Baiklah. Aku mengerti. Kamu juga harus mengerti, kalau aku melakukan semua ini dengan senang hati."

     Raisa mengangguk. "Aku harap, masalah ini hanya kita saja yang tahu. Terima kasih, ya, Shan!"

     "Tentu!" kata Shandy, "sampai bertemu besok di sekolah!" Shandy melihat senyum Raisa dan melajukan mobilnya ke rumah.

      Raisa menghela napas lalu masuk ke dalam rumah. Seperti yang sudah dia duga, kedua orangtuanya sudah menunggu di ruang keluarga. Dia sudah menyiapkan kata-kata untuk menjawab semua pertanyaan orangtuanya. "Malam, Pa! Malam, Ma!"

     Di ruang keluarga, Pak Alvin dan Bu Sonia langsung menghampiri Raisa. "Apa kamu baik-baik saja? Papa sudah menelpon bengkel, tapi mereka mengatakan, 'kamu tidak menghubungi mereka.' Bagaimana kamu bisa pulang? Papa sangat khawatir karena ponselmu juga tidak aktif."

     "Mama juga minta maaf, Mama tidak bisa meninggalkan Bu Pitha sendirian. Dia sedang kalut, karena ada masalah dengan rumah-tangganya," kata Bu Sonia.

     Ricky yang mendengar suara Raisa dari kamarnya langsung menghampiri. "Kamu tidak apa-apa, Raisa? Abang tidak bisa keluar praktek kali ini, jika tidak, nilai Abang akan hancur di semester ini. Maafkan Abang!"

     Raisa tidak mengatakan apa-apa, seluruh kosa kata yang dia siapkan dari dalam mobil hilang seketika. Air matanya keluar dan dia hanya menangis tersedu-sedu dipelukan Papa dan Mamanya. "Maafin Raisa juga, ya, Pa, Ma."

     Pak Alvin dan Bu Sonia saling tatap dan menyambut pelukan Raisa sambil mengelus kepalanya. "Segala hal yang terjadi padamu, jangan kamu pendam di dalam hati, biarkanlah hal buruk itu menjadi masa lalu, dan kamu bisa mencari hal baik di masa depan," kata Pak Alvin.

     Raisa hanya bisa menangis mendengarnya. Dan malam itu, Raisa tidak bisa tidur memikirkan kejadian sebelumnya dengan Haikal dan rasa yang masih tertinggal untuk Shandy.

   

***

 

     Keesokan harinya di dalam kelas, napas Sisca ngos-ngosan karena berlari menuju kelas untuk segera bertemu Raisa. "Raisa, kau baik-baik saja? Aku mencoba meneleponmu malam tadi, tapi ponselmu tidak aktif."

     Raisa tersenyum dan menjawab dengan tenang, "Aku tidak apa-apa, Sis. Kau lihatkan! Aku masih bisa ke sekolah."

     "Maafkan aku karena tidak menjawab panggilanmu. Aku sedang disidang papaku karena terlalu sering menonton drama Korea, sehingga aku sering telat bangun pagi hari," jelas Sisca.

     Raisa langsung tertawa mendengar penjelasan Sisca. "Iya enggak apa-apa loh. Makanya jangan keseringan nonton Korea, matamu jadi bengkak setiap pagi."

    Guru Matematika tidak hadir hari ini, jadi setiap murid diberikan tugas, dan mengerjakannya di dalam kelas. Beberapa murid bukannya mengerjakan tugas tersebut, tapi malah asyik bersenda-gurau dengan teman-teman lainnya.

     Raisa menghampiri Shandy yang sedang mengerjakan soal Matematika. "Apa aku bisa berbicara denganmu?" tanya Raisa.

     Shandy menggumam, "Hmm, ada apa?"

     "Apa kamu sudah mengambil motormu?" tanya Raisa.

     "Oh, aku berencana mengambilnya setelah pulang sekolah."

     Raisa mengangguk. "Aku harap kamu tidak melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya di sana."

     "Iya!" kata Shandy, "aku ingin bertanya padamu."

     "Aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan. Dia pacarku, Haikal. Kami sudah enam bulan berpacaran." jelas Raisa.

     Shandy terdiam sejenak, hatinya tiba-tiba bergetar tidak karuan. Rasa yang bercampur aduk setelah mengetahui bahwa pria kemarin adalah pacarnya Raisa. "Oh," katanya singkat. 

     Raisa melihat warna wajah Shandy yang berubah hitam mendengar penjelasannya. "Aku kembali ke kursiku!" kata Raisa pamit.

     Shandy hanya mengangguk sambil tersenyum tipis ke Raisa.

     Bel pergantian pelajaran tinggal tiga puluh menit lagi, tugas Matematika tersebut harus segera dikumpulkan. Murid-murid sudah siap bertempur untuk menyontek ke gacok mereka. Tapi mereka sangat terkejut melihat gacok mereka sedang duduk termenung, tanpa kegiatan menulis apa pun. "Shandy .... " panggil mereka. "Apa tugasnya sudah selasai? Bisakah kami melihatnya?"

     Shandy tersadar dari lamunannya, latihan yang berjumlah sepuluh soal hanya selesai tiga soal. "Aku belum menyelesaikannya! Bagaimana ini?"

     Jerry mengejeknya, "Gacuk kita sedang galau teman-teman." Tak lama suara sorakan pun terdengar. "Kira-kira wanita mana yang berhasil membuat seorang Shandy jadi galau seperti ini dan memiliki memar di wajahnya. Ha-ha-ha," sambung Jerry.

     "Berhentilah mengatakan omongan sampah! Lebih baik, kalian langsung menulis jawaban yang sudah aku selesaikan!" kata Shandy sambil sibuk mengerjakan soal latihan berikutnya.

 

***

 

      Sepulang sekolah, Shandy di temani Nando mengambil motornya ke kosan Haikal. Kosan itu sepi tanpa kegiatan apa pun. Sepertinya para penghuninya masih sibuk di luar dengan kegiatan masing-masing.

     "Kenapa motormu bisa sampai ke sini?" tanya Nando.

     Shandy tidak ingin mengatakan yang sebenarnya sesuai janjinya ke Raisa. "Di kos ini ada temanku, jadi aku meninggalkannya di sini!"

     Nando hanya mengangguk tanpa mencari tahu lagi. Shandy berjalan ke parkiran untuk mengambil motornya. Saat dia ingin menyalakan motor, Haikal masuk bersama satu orang temannya.

      Haikal turun dari motornya dan menghampiri Shandy. "Woi! Anak bangsat! Aku sudah menunggumu sejak pagi!" teriak Haikal.

     Nando yang mendengar suara teriakan, langsung menghampiri Shandy ke parkiran. Namun belum sampai di tempat parkir, dia dihadang oleh teman Haikal.

     "Enggak usah ikut campur!"

     Nando mengikuti perkataan teman Haikal dan mengamati apa yang akan terjadi.

     Shandy turun dari motornya. "Apa yang kau inginkan?"

     "Ada hubungan apa kau dengan Raisa?" tanya Haikal.

     "Aku hanya temannya! Kenapa?"

     "Aku tidak yakin kalau kau temannya. Kau pasti menyimpan rasa dengan Raisa."

     "Kau cemburu? Jika kau pacarnya, harusnya kau memperlakukan dia dengan baik," kata Shandy mengejek.

     "Jadi kau sudah tahu kalau aku pacarnya, untuk apa kau berlagak pahlawan demi pacar orang lain!"

     Shandy tertawa. Dia sangat membenci tipe orang seperti Haikal. "Jika kau tidak ingin pacarmu berpindah hati ke orang lain, maka rubahlah sikap burukmu itu!"

     "Bangsat!" Haikal lalu memberi pukulan ke Shandy.

     Nando mencoba membantu Shandy, namun dia juga harus melawan teman Haikal. "Awas kau, bagudung (4)!"

     Shandy kemudian membalas pukulan Haikal hingga dia terjatuh ke tanah. "Cukup! Aku sedang tidak ingin berkelahi denganmu!" kata Shandy. "Aku sudah berbaik hati tidak melaporkanmu ke polisi karena aku masih menghargai Raisa. Kita akan bertarung secara laki-laki untuk mendapatkan Raisa dan kau harus terima pada keputusan Raisa!" tantang Shandy.

     Haikal bangkit dan meludah. "Baiklah! Aku terima tantanganmu!"

     "Nan, ayo kita pergi!" teriak Shandy ke Nando. Nando mengangguk dan mereka pun pergi ke salah satu cafe untuk menenangkan diri.

     Nando menghela napasnya. "Sekarang kau katakan sebenarnya, siapa orang yang kau temui tadi?"

     Shandy akhirnya menceritakan sebenarnya ke Nando, "Dia pacarnya Raisa!"

     Nando tertawa. "Shandy, Shandy ... Kau berkelahi dengan pacar orang? Sekarang apa yang kau dapatkan selain luka memar di wajahmu? Apa Raisa sudah menerima cintamu?" tanya Nando bertubi-tubi.

     Shandy hanya melengos.

     "Sudahlah Shandy! Untuk apa mengharapkan sesuatu yang belum pasti! Jika kau terlalu berharap, maka sakit hatimu akan terlalu besar bila kau tidak mendapatkan hasil sesuai keinginanmu," terang Nando.

     "Aku hanya mencoba!" jawab Shandy singkat.

     "Enggak ada salahnya sih. Tapi aku sebagai sahabatmu hanya tidak ingin kau sakit hati," kata Nando. Nando melihat wajah Shandy yang berubah muram. "Oh iya, kau ingat dengan sepupuku?" tanya Nando kembali.

     Shandy mengingat kembali nama tersebut, "Ya, aku ingat. Ada apa dengannya?"

     "Sepupuku akan mengadakan acara ulang tahun Minggu ini. Dia mengundangmu ke acara itu dan sepertinya dia menyukaimu!"

     Shandy tertawa, mengingat kembali perkataan Nando tentang harapan semu yang berakhir luka. Tapi sekarang, dia membantu sepupunya untuk mengharap sesuatu yang belum pasti. Setidaknya Shandy menghargai usaha sepupu Nando untuk mengundangnya ke acara ulang tahun itu. "Aku akan mengatur jadwalku, tapi aku tidak berjanji untuk menghadirinya."

     "Ok. Yang penting aku sudah menyampaikan pesan sepupuku itu," ucap Nando.

 

***

 

      Di saat jam istirahat, empat orang gadis yang baru beranjak dewasa membentuk suatu perkumpulan layaknya ibu-ibu arisan. Beberapa cemilan keluar dari laci meja mereka dan mulai bercerita gosip atau berita yang menghebohkan hari ini.

     "Guys ... Aku ada kabar bahagia!" teriak Kartika pada sahabatnya di dalam kelas.

      Ketiga sahabatnya langsung ingin tahu kabar tersebut. "Ada apa, Kar?"

     "Aku bertemu dengan seorang cowok kemarin siang. Gila ... Ganteng bangeettt .... " kata Kartika dengan mata berbunga-bunga.

     Stevi merasa heran. "Masa sih? Emang ketemu di mana?"

     Kartika merasa tersinggung dengan perkataan Stevi. "Hmm. Begini, ya, Stevi. Dia adalah cowok paling ganteng dibandingkan cowok-cowok yang pernah naksir sama kamu. Aku akan segera menyatakan cintaku padanya."

     Stevi tertawa mendengar kata-kata Kartika yang terlalu percaya diri. "Emang kamu yakin dia bakalan terima cintamu. Malu dong nembak cowok duluan!"

     Kartika cemberut. "Aku yakin dia bakalan terima cintaku, karena dia sahabat sepupuku."

     "Terus kalau cowok itu sahabat sepupumu, dia bakal langsung terima kamu?" tanya Stevi heran.

     Kartika menghela napas panjang lalu menjawab pertanyaan itu, "Stevi, kamu jangan terlalu memikirkan hal itu! Aku tidak mau kamu cemburu nantinya karena aku mendapatkan cowok yang ganteng!"

     Stevi tertawa kembali. "Jangan mimpi di siang hari Kartika! Aku tidak akan pernah cemburu dengan sahabat-sahabatku!"

     Grace mencoba menghentikan keributan itu. "Sudahlah! Untuk apa sih berantam gara-gara cowok. Bagaimana setelah pulang sekolah, kita hang out ke mall? Setuju!?"

     "Setuju!" teriak Kartika dan Citra.

     "Aku tidak bisa. Adikku masuk rumah sakit. Aku akan merawatnya setelah pulang sekolah!" ucap Stevi.

     Ketiga sahabatnya tidak berniat melanjutkan rencana itu, mereka tidak mungkin pergi saat Stevi sedang dalam keadaan sedih.

     

 ***

 

      Pak Joni dan Bu Rahmah berjalan di koridor rumah sakit membawa beberapa bingkisan. Usai menerima telepon dari Bu Asri, mereka langsung menuju ke rumah sakit ditemani Rina dan Doni. Setibanya di rumah sakit, mereka mencari ruangan tempat Maliq dirawat. Setelah bertanya dengan suster, mereka menuju kamar Anggrek. Sesampainya di ruangan tersebut, mereka melihat dari kaca pintu dan  langsung dipersilahkan masuk oleh Pak Fauzi dan Bu Asri.

     "Silahkan masuk Joni dan Rahmah!" kata Pak Fauzi.

     Pak Joni, Bu Rahmah, dan kedua anaknya masuk ke ruangan itu. Di sana juga ada ketiga anak Pak Fauzi dan Bu Asri. Berhubung ruangan itu sangat luas, jadi mereka semua muat berada di dalamnya.

     "Maaf kami baru bisa datang sore ini, Zik," kata Pak Joni.

     "Tidak apa, Jon!" sahut Pak Fauzi, "lukanya tidak terlalu parah, hanya robek sedikit di bagian dahi."

     "Kami hanya bisa membawa ini," kata Bu Rahmah dengan nada rendah sambil memberikan roti tawar dan selai coklat.

     Bu Asri tersenyum. "Terima masih, Rahmah!"

     Mereka  tertawa bersama Maliq saat mendengar Maliq menceritakan kejadian itu. "Lain kali mainnya hati-hati, Maliq!" kata Bu Rahmah. Maliq hanya mengangguk dan tersenyum mendengarnya.

     Setelah beberapa jam berada di rumah sakit, keluarga Pak Joni dan Bu Rahmah berpamitan pulang karena sudah larut malam dan Maliq juga ingin beristirahat.

     "Terima kasih sudah datang dan terima kasih sudah mengkhawatirkan Maliq," ucap Maliq.

     Semua orang tertawa mendengarnya. Anak ini bisa berbicara manis di depan orang banyak.

 

Bagudung (4) : Tikus

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (29)
  • Zeee

    Menurutku tokoh Shandy terlalu perfect. (chptr 3). Seperti ... nggak ada cacatnya. Saran saja deh, ganteng, tajir, okelah. Coba masukin beberapa kekurangan. Biar agak manusiawi. Maaf komentarnya pedas. Ini cuma saran saja.

    Comment on chapter Kartu Keluarga
  • lanacobalt

    Siap @Yell akan saya perbaiki berikutnya.

    Comment on chapter Prolog
  • Yell

    Cuma saran saja. Coba perhatikan pemadatan kalimatnya. Kurangi kata yg nggak perlu. Terlalu banyak menggunakan kata hubung jadi kurang bagus. Malah bisa jatuh klise.

    Comment on chapter Prolog
  • CandraSakti

    Sukaaaaaa

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Terima kasih @radenbumerang saya akan lebih giat lagi atas pujian yang kamu berikan,

    Comment on chapter Prolog
  • radenbumerang

    Novelnya keren, diksinya sangat bagus dan mudah dicerna pembaca, baik yang awam maupun sudah pro. Yang jadi nilai plus dari novel ini adalah prolognya yang langsung menyajikan konflik (seperti tips yang disarankan oleh beberapa penulis terkenal), jadi pembaca akan langsung dibuat penasaran dengan apa yg akan terjadi berikutnya. Untuk sekarang masih saya cicil bacanya, lumayan untuk hiburan positif di sela-sela padatnya pekerjaan. Jangan lupa mampir juga di cerita saya ya, hihi.

    Comment on chapter Prolog
  • cicicantika

    Like.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    okok, kadang suka sor sendiri kalau lagi ngetik :D

    Comment on chapter Prolog
  • HasanN

    Ke mana, ke sana, ke sini, ke mari, ke arah, ke depan, ke belakang, ke samping, ke kanan, ke kiri. Kata depan ke ditulis terpisah Kak. Ceritanya keren. Saya suka. Cuma EBInya tolong dipelajari lagi. Good luck, Kak.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    oke terima kasih sarannya, saya akan pelajari dan perbaiki.

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Shane's Story
46      30     0     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?
Petrichor
128      61     0     
Romance
Candramawa takdir membuat Rebecca terbangun dari komanya selama dua tahun dan kini ia terlibat skandal dengan seorang artis yang tengah berada pada pupularitasnya. Sebenarnya apa alasan candramawa takdir untuk mempertemukan mereka? Benarkah mereka pernah terlibat dimasa lalu? Dan sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu?
Cintaku cinta orang lain
16      16     0     
Romance
"Andai waktu bisa diulang kembali ,maka aku gak akan mau merasakan apa itu cinta" ucap Diani putri dengan posisi duduk lemah dibawah pohon belakang rumahnya yang telah menerima takdir dialaminya saat merasakan cinta pertama nya yang salah bersama Agus Syaputra yang dikenalnya baik, perhatian, jujur dan setia namun ternyata dibalik semua itu hanyalah pelarian cintanya saja dan aku yang m...
Reach Our Time
316      169     0     
Romance
Pertemuan dengan seseorang, membuka jalan baru dalam sebuah pilihan. Terus bertemu dengannya yang menjadi pengubah lajunya kehidupan. Atau hanya sebuah bayangan sekelebat yang tiada makna. Itu adalah pilihan, mau meneruskan hubungan atau tidak. Tergantung, dengan siapa kita bertemu dan berinteraksi. Begitupun hubungan Adiyasa dan Raisha yang bertemu secara tak sengaja di kereta. Raisha, gadis...
School, Love, and Friends
467      227     0     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Ruang Nostalgia
8      8     0     
Short Story
Jika kita tidak ditakdirkan bersama. Jangan sesali apa pun. Jika tiba-tiba aku menghilang. Jangan bersedih, jangan tangisi aku. Aku tidak pantas kamu tangisi. Tapi satu yang harus kamu tau. Kamu akan selalu di hatiku, menempati ruang khusus di dalam hati. Dan jika rindu itu datang. Temui aku di ruang nostalgia. -Ruang Nostalgia-
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
6      6     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Strange Boyfriend
8      8     0     
Romance
Pertemuanku dengan Yuki selalu jadi pertemuan pertama baginya. Bukan karena ia begitu mencintaiku. Ataupun karena ia punya perasaan yang membara setiap harinya. Tapi karena pacarku itu tidak bisa mengingat wajahku.
Dear, My Brother
0      0     0     
Romance
Nadya Septiani, seorang anak pindahan yang telah kehilangan kakak kandungnya sejak dia masih bayi dan dia terlibat dalam masalah urusan keluarga maupun cinta. Dalam kesehariannya menulis buku diary tentang kakaknya yang belum ia pernah temui. Dan berangan - angan bahwa kakaknya masih hidup. Akankah berakhir happy ending?
Cinta dan Benci
196      112     0     
Romance
Benci dan cinta itu beda tipis. Bencilah sekedarnya dan cintailah seperlunya. Karena kita tidak akan pernah tau kapan benci itu jadi cinta atau sebaliknya kapan cinta itu jadi benci. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku, apakah ini hanya mimpi? Apakah aku harus kabur? Atau aku pura-pura sakit? Semuanya terasa tidak masuk akal"