Read More >>"> Paragraf Patah Hati (Aku Cemburu, Kamu Masih Tanya?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Paragraf Patah Hati
MENU
About Us  

 

            Aku lekat memandang Resti, bendahara OSIS yang cantiknya nggak ketulungan. Senyumnya manis, apalagi dengan gingsul yang menyembul ketika ia tersenyum sambil memamerkan deretan gigi-giginya. Rasanya nggak pernah bosan memandanginya lama-lama. Aku mengakui kecantikan Resti, meski aku perempuan. Entah, rasanya tidak ada cela pada dirinya.

            Cantik, baik, pemegang peran penting di OSIS, pintar, aktif di ekstrakulikuler, dan masih banyak lagi rekam jejak prestasinya jika harus kusebutkan secara detail. Aku memandang Resti bukan tanpa alasan. Ada beberapa hal yang menggangguku dan membuat hatiku sedikit... panas?

            Disana, di barisan anggota OSIS yang ditunjuk untuk menjadi kandidat panitia inti pengadaan MOS, ada Dazel. Aku memang harus berbangga diri kalau pacarku itu ditunjuk sebagai panitia inti, mengingat dia memang populer di sekolah. Siapa tidak kenal Dazel? Bahkan jika kamu bertanya pada kakak kelas paling cupu sekalipun di sekolah ini, mereka pasti kenal Dazel.

            Bukannya aku tidak berbangga, hanya saja Dazel duduk bersama Resti. Kamu tahu kan apa yang kumaksud? Ayolah, kamu pasti paham apa yang ingin kujelaskan selanjutnya. Ya, aku cemburu. Bukan, bukan karena Resti terlihat begitu sempurna bersanding dengan Dazel, lagipula hak preogratif untuk menjadi pasangan Dazel sudah kumiliki. Hanya saja, aku sedikit tidak nyaman jika perempuan yang harus dekat-dekat dengan Dazel adalah Resti.

            Dazel menatapku sambil melayangkan sebuah senyuman. Aku tersadar sejenak, lalu membalas dengan senyum kecut. Dazel pasti tahu bahwa aku tidak menyukai kedekatan mereka. Setelah memasang ekspresi wajah yang bertanya-tanya, Dazel menatapku lama sambil menggeser posisi duduknya sedikit menjauh dari Resti.

            Dazel tahu, aku cemburu.

            Kalau saja aku tidak pernah tahu masa lalu apa yang sempat ditinggalkan oleh Dazel dan Resti, aku pasti tidak pernah merasa secemburu ini. Lagipula, aku bukan tipe perempuan yang protective. Selama berpacaran dengan Dazel pun, aku tidak pernah membatasi lingkup pertemanan Dazel. Karena aku percaya, Dazel itu orang yang setia. Tetapi jika itu tentang Resti, rasanya aku kesal sekali. Kesal, mendadak merasa rendah diri, dan merasa sangat biasa saja dibanding Resti yang hampir memiliki segalanya; pangkat dalam organisasi, kecantikan yang hakiki, prestasi melejit, popularitas, bahkan kekasih yang berparas diatas rata-rata.

            “Dulu, sebelum aku nembak kamu, sebenarnya aku ada beberapa target.” cerita Dazel waktu itu, setelah beberapa bulan resmi menjadi kekasihku. Mendengar itu, aku cukup terkejut juga sih. Bisa-bisanya dia dengan penuh percaya diri menceritakan siapa saja calon targetnya sebelum akhirnya memilihku.

            “Oh, jadi kamu playboy?”

            “Enggak lah. Itu kan sebagai bentuk pertimbangan sebelum akhirnya menemukan seseorang yang benar-benar sesuai sama kriteriaku.”

            Cih! Kalau aku tidak pernah tahu cerita ini, mungkin dari dulu aku sudah menganggap bahwa aku hanyalah satu-satunya. Dazel, aku memang mencintaimu, tapi boleh kan kalau aku sedikit kesal dengan sikapmu yang satu ini?

            “Jangan marah dulu, aku kan belum cerita.”

            “Masih perlu diceritain?” tanyaku sebal.

            “Kamu cemburu, ya?”

            “Kamu masih tanya?”

            Dazel malah tergelak. Respon yang membuatku semakin kesal. Berani-beraninya dia tertawa ketika akan menceritakan pengalaman berburu-perempuan-dan-menembaknya.

            “Kamu tahu nggak kenapa akhirnya aku pilih kamu?” kali ini, tatapan Dazel lembut meneduhkan. Dia memang selalu tahu bagaimana cara membuatku meleleh hanya dengan satu tatapan.

            “Kenapa?” tanyaku masih ketus, berusaha bertahan dengan ekspresiku yang dingin.

            “Dari tiga cewek yang sempet aku incer, kamu yang terbaik.” Dazel tersenyum membuka penjelasan. “Bukankah kita emang harus memilih yang terbaik, ya kan? Dan ketika pertama kali tahu kamu, aku langsung refleks nanya,”Nih cewek namanya siapa?” ke temenku. Kamu tahu nggak kenapa akhirnya aku fix nembak kamu walaupun cuma berselang beberapa minggu setelah kita kenal?”

            Aku mengendikkan bahu, kali ini bisa kurasakan pipiku memanas menahan malu.

            “Aku juga cemburu, sama kayak kamu sekarang.”

            “Hah? Cemburu kenapa?” kali ini aku yang kaget. Dazel tersenyum.

            “Aku cemburu lihat kamu deket banget sama Mas Danu. Bahkan, kamu juga inget kan waktu kita LDK OSIS di Pacitan dulu, kamu jalan bareng terus sama Mas Danu?”

            Aku menahan senyum melihat perubahan ekspresi wajah Dazel. “Hm. Terus?”

            “Seneng ya karena aku juga pernah cemburu?”

            “Seneng dong.”

            “Jadi dilanjutin nggak ceritanya? Tadi katanya nggak usah diceritain?”

            “Yaudah lanjutin aja.”

            “Kamu seneng ya karena aku cemburu sama Mas Danu?”

            “Apaan sih Dazeeeeel!” aku akhirnya tertawa. “Lanjutin.”

            Dazel berdehem pendek. “Dulu aku memang sempet tertarik sama Nindya, karena kita satu ekstrakulikuler di Pramuka, kan. Tapi ternyata dia punya pacar. Ya udah, gagal.”

            “Terus Resti, sempet tertarik juga sih. Tapi lama-lama kuperhatiin, ada sesuatu yang kurang. Bukan, bukannya dia nggak cantik atau apa, ada sesuatu dari kepribadian dia yang bikin aku nggak sreg. Aku nggak bisa jelasin sih bagian mananya, intinya aku nggak nyaman.”

            “Terus?”

            “Terus... aku ketemu kamu. Dan, kita jadian deh. Yey!”

            Aku tertawa. “Kok cuma bagianku doang sih yang nggak lengkap?”

            “Karena kehadiranmu udah cukup melengkapiku, Lula.” ujarnya gemas sambil mengusap-usap ujung kepalaku.

            “Apaan sih, gombal.” Aku tertawa sambil menoyor lengannya. Dazel ikut tertawa dan meraih tanganku untuk digenggamnya.

            “Sebenernya aku sedikit lega karena kamu cemburu, itu berarti kamu memang sayang beneran sama aku.”

            Aku memutar bola mataku. “Suka buat aku cemburu? Oh.”

            “Tapi aku paling nggak suka bagian ini.” Ia menatapku dengan kedua manik matanya yang terfokus sepenuhnya pada kedua mataku. Aku balik menatapnya, tak kalah sebal.

            “Apa?”

            “Setiap kali kamu ngambek, dan aku nggak bisa mengatasinya.”

            “Aku nggak ngambek, kok.” kilahku sambil berusaha melepas genggaman tangannya. “Lepas.”

            “Tuh, kan. Ngambek lagi, kan?”

            “Enggak. Nggak ngambek.”

            “Terus kenapa minta lepas?”

            “Ya lepasin aja, malu dilihatin orang.”

            “Oh, jadi kamu malu pacaran sama aku? Iya?”

            “Kok jadi ngomong gitu sih, Dazel?”

            “Ya terus kenapa minta dilepasin tangannya?”

            “Ya pengen lepas aja, kenapa sih kok jadi marah?”

            Dazel menatapku lekat. “Lula, harus kayak gimana lagi aku ngejelasin ke kamu, kalau aku cuma sayang sama kamu, bukan Resti. Kalau kamu cuma bahas Resti hanya untuk memulai pertengkaran, lebih baik kamu nggak perlu ngebahas dia.” Dazel terlihat serius dengan kata-katanya. Aku terdiam, dengan masih menyimpan rasa kesal.

            “Please, Lula. Jangan buat aku marah sama kamu. Aku nggak mau. Aku nggak pernah ingin marah sama kamu, La.” Dia mengiba, tanpa melepaskan genggaman tangannya padaku.

            “Maaf,” lirihku. Mataku berkaca-kaca menatap kesungguhan di balik manik mata Dazel yang letih memohon ibaku.

            Dazel melepas genggaman tangannya, kemudian beralih menghapus air mata yang mengendap di pelupuk mataku dengan ibu jarinya. “Ya udah, ya? Jangan bahas ini lagi. Kita kan mau makan siang. Udah, jangan nangis. Aku minta maaf, ya?”

            Aku mengangguk sambil berusaha menghentikan isak tangisku. Dazel masih sabar mengusap sisa air mata yang masih menggenang di balik mataku. “Aku udah bilang, kan, kalau kamu cantik kalau lagi senyum, bukan nangis.”

            Aku mengangguk lagi sambil berulang kali menyerukan maaf dalam hati. Dazel, kamu terlalu baik sebagai kekasihku, kamu terlalu sempurna untuk aku yang benar-benar sedang dalam kesulitan luar biasa mengendalikan egoku sendiri. Kenapa kamu harus sebaik ini mencintaiku? Membuatku sedikit menyesal karena kamu hanya dipertemukan dengan perempuan sepertiku, yang egois, kekanakan, cemburuan, dan berbagai macam sifat buruk lainnya yang tentu saja akan menguji kesabaranmu di masa depan.

            Dazel, maaf, karena kamu hanya dipertemukan dengan orang seperti aku. Jika saja aku bisa menjadi perempuan yang lebih baik untukmu, aku akan melakukannya. Dan terima kasih, untuk kesabaran tak berbatas yang selalu kamu berikan untuk menangani sikap menyebalkanku, terima kasih untuk kecintaan yang begitu baiknya untuk perempuan yang hanya seperti ini saja mencintaimu dengan hatinya.

            Tak apa, aku bisa menahan cemburu ini sedikit lagi. Mengertilah, bahwa aku tengah berperang dengan diriku sendiri, untuk mencintaimu di tengah banyaknya perempuan yang menggilaimu. Tidak pernah semudah itu, Dazel, kamu pun tahu aku sedang berusaha melakukannya.

            Setelah aku mengingat momen saat itu, aku kembali menatap Dazel. Wajahnya sedikit berubah, tak lagi serileks sebelum menemukan bahwa aku sedang menatapnya penuh cemburu. Dazel, maaf, karena aku masih saja menyebalkanmu hanya karena hal sepele. Aku tahu, kamu terganggu dengan sikap cemburuku yang kadang kelewat batas ini. Dazel, tersenyumlah. Bahkan jika aku sedang sangat kesal padamu, jangan merasa bersalah.

Ini hanya tentang, bukan berarti jika aku cemburu dengan Resti, kamu tidak boleh dekat dengan perempuan lainnya. Tidak, Dazel. Kamu boleh dekat dengan perempuan lain, asal jangan Resti. Siapapun, aku tidak akan cemburu pada mereka.

Asal jangan Resti.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • NiarAstari

    Keinget jaman muda sma anak 2000an

    Comment on chapter Prolog
  • muhamamdoktaviansyah123

    bahkan aku juga mencari puguh dan alisa di list pertemanan yang kamu ikuti di IG. wkwkw. ga nemu juga

    Comment on chapter Prolog
  • muhamamdoktaviansyah123

    tak coba search dazel di IG ada ga ya ?

    Comment on chapter Hari Senin dan Dazel di dalamnya
  • igantmaudyna

    @abbluadam Enggak juga, wkwk. Tapi kamu yang komen pertama wkwk

    Comment on chapter Prolog
  • abbluadam

    Apakah kumenjadi orang pertama yang membacanya?

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
KETIKA SENYUM BERBUAH PERTEMANAN
318      246     3     
Short Story
Pertemanan ini bermula saat kampus membuka penerimaan mahasiswa baru dan mereka bertemu dari sebuah senyum Karin yang membuat Nestria mengagumi senyum manis itu.
Mednorts
5      5     0     
Humor
Definisi anak Mednorts "Ada ya, manusia macam mereka ditengah-tengah sekolah internasional ini?"- Angkasa Putra Azharon "Harap sabar, kelas gue emang isinya anak monyet semua. Termasuk gue ...."- Dityan Casver Arzhelo "Kalian heran lihat tingkah absurd mereka? Lebih mengherankan kalau mereka anteng-anteng aja, nggak ada ulah."- Elang Adiputra
Can You Love Me? Please!!
26      10     0     
Romance
KIsah seorang Gadis bernama Mysha yang berusaha menaklukkan hati guru prifatnya yang super tampan ditambah masih muda. Namun dengan sifat dingin, cuek dan lagi tak pernah meperdulikan Mysha yang selalu melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan cintanya. Membuat Mysha harus berusaha lebih keras.
Delapan Belas Derajat
108      24     0     
Romance
Dua remaja yang memiliki kepintaran di atas rata-rata. Salah satu dari mereka memiliki kelainan hitungan detak jantung. Dia memiliki iris mata berwarna biru dan suhu yang sama dengan ruangan kelas mereka. Tidak ada yang sadar dengan kejanggalan itu. Namun, ada yang menguak masalah itu. Kedekatan mereka membuat saling bergantung dan mulai jatuh cinta. Sayangnya, takdir berkata lain. Siap dit...
Back To Mantan
13      8     0     
Romance
"kenapa lagi.."tanya seorang wanita berambut pendek ikal yang dari tadi sedang sibuk dengan gadgetnya. "kasih saran.."ujar wanita disebelahnya lalu kemudian duduk disamping wanita tadi. lalu wanita sebelahnya mengoleh kesebelah wanita yang duduk tadi dan mematikan gadgetnya. "mantan loe itu hanya masa lalu loe. jangan diingat ingat lagi.loe harus lupain. ngerti?&...
Love Warning
11      4     0     
Romance
Pacar1/pa·car/ n teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Meskipun tercantum dalam KBBI, nyatanya kata itu tidak pernah tertulis di Kamus Besar Bahasa Tasha. Dia tidak tahu kenapa hal itu seperti wajib dimiliki oleh para remaja. But, the more she looks at him, the more she's annoyed every time. Untungnya, dia bukan tipe cewek yang mudah baper alias...
The Difference
95      29     0     
Romance
Diana, seseorang yang mempunyai nazar untuk berhijab setelah ada seseorang yang mengimami. Lantas siapakah yang akan mengimami Diana? Dion, pacar Diana yang sedang tinggal di Amerika. Davin, sahabat Diana yang selalu berasama Diana, namun berbeda agama.
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
3      3     0     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...
LOVE IN COMA
355      286     7     
Short Story
Cerita ini mengisahkan cinta yang tumbuh tanpa mengetahui asal usul siapa pasangannya namun dengan kesungguhan didalam hatinya cinta itu tumbuh begitu indah walaupun banyak liku yang datang pada akhirnya mereka akan bersatu kembali walau waktu belum menentukan takdir pertemuan mereka kembali
JAR OF MEMORIES
380      278     1     
Short Story
and story about us a lot like a tragedy now