Read More >>"> Pangeran Benawa (Penaklukan Panarukan 15) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pangeran Benawa
MENU
About Us  

Ki Gurasan meskipun hanya menghadapi dua orang lawan, namun kekuatan Kang Tanur dan kelincahan Pangeran Benawa telah membuang waktunya. Sementara itu ia harus secepatnya pergi meninggalkan padepokan serta membawa Pangeran Benawa sebelum kedatangan Ki Buyut Mimbasara.

Sedangkan di lingkaran-lingkaran perkelahian yang lain, kawan-kawan Ki Gurasan agaknya telah menemukan keseimbangan. Mereka perlahan-lahan mampu melucuti senjata-senjata cantrik yang sebenarnya memang  berada jauh dibawah lapisannya. Tongkat dan cambuk mereka seperti terhisap oleh kekuatan yang tak berwujud dari lawannya. Senjata mereka berhamburan ke segala arah. yang menghadapinya. Maka para cantrik Ki Buyut kini berkelahi dengan apa saja yang dapat mereka raih sebagai senjata. Mereka adalah orang-orang yang menempatkan keselamatan Pangeran Benawa diatas keselamatan sendiri, lantas para cantrik tetap bertempur dengan garang. Dalam hati, mereka berharap agar Ki Buyut datang lebih cepat sehingga kawanan penyusup itu dapat segea diringkus dalam keadaan hidup.

Tetapi pada saat itu, satu bayangan berkelebat cepat menembus malam yang pekat. Ibarat seekor burung hantu yang berburu mangsanya dalam gelap, bayangan ini berloncatan mengacaukan susunan gelar cantri padepokan. Kekuatannya yang dahsyat segera membuat susunan itu porak poranda seperti daun kering yang terhempas oleh beliung.

Kang Tanur pun kemudian menjadi gelisah melihat keadaan yang tidak menguntungkan saudara seperguruannya. Oleh karena itu, ia menarik lengan Pangeran Benawa untuk bertempur lebih dekat dengannya. Pangeran Benawa yang tanggap dengan keadaan lantas mengikuti perubahan gerak Kang Tanur. Mereka saling beradu punggung. Perubahan itu membuat Ki Gurasan semakin kesulitan untuk mendekati Pangeran Benawa. Tubuh kecil Jaka Wening selalu terlindung dalam jangkauan pertahanan Kang Tanur yang kokoh.

Bahwa kemudian Ki Gurasan menghentak kemampuannya hingga lapisan puncak untuk membongkar pertahanan Ki Gurasan ketika ia melihat bayangan yang menyambar ganas setiap lingkaran. Tetapi Ki Gurasan masih membutuhkan waktu sedikit lama karena setiap celah pertahanan Kang Tanur ternyata dapat ditutup oleh gerak Pangeran Benawa.

“Gandrik!”  umpat Ki Gurasan dalam hatinya,”Aku tidak peduli lagi apakah bocah ini akan mati atau hidup!” Demikian tekad Ki Gurasan hingga ia melipatgandakan serangannya seperti angin ribut. Serangannya benar-benar membadai dari segala penjuru.

Benturan demi benturan yang dialami Pangeran Benawa setiap kali ia menangkis serangan Ki Gurasan membuatnya kewalahan. Seringkali ia merasa bagian dalam lengan dan kakinya tergetar hebat, bahkan sesekali rasa panas menjalari hingga rongga dadanya. Penglihatan Pangeran Benawa lambat laun mulai terganggu, meski demikian ia masih mampu mengikuti gerak pertahanan Kang Tanur. Namun begitu, ia tetap berani membenturkan kekuatannya untuk menjaga Kang Tanur dari serangan ganas Ki Gurasan.

Kang Tanur yang mulai gelisah dengan keadaan Pangeran Benawa, kini kegelisahan itu semakin menusuk hatinya saat Pangeran Benawa terguling roboh. Sebenarnyalah kekuatan Pangeran Benawa berada diluar jangkauan nalar bila dibandingkan dengan ukuran tubuh dan usianya yang belia, tetapi kekuatan yang tersimpan dalam hatinya telah membuatnya kembali bangkit berdiri setelah kehilangan kesimbangan. Serangan Ki Gurasan yang berpusar ganas masih mampu ditahannya bersama-sama Kang Tanur.

Sedangkan di enam lingkaran yang lainnya, kawan-kawan Ki Gurasan agaknya mulai menguasai keadaan. Meski para cantrik tetap menggeliat melakukan perlawanan, namun kehadiran orang yang berambut panjang berwarna putih keperakan itu membuat gelar mereka menjadi berantakan. Dengan demikian ketika seorang demi seorang dari kawanan Ki Gurasan memulai serangan, maka selalu saja ada cantrik yang terguling roboh. Tetapi mereka adalah cantrik Ki Buyut Mimbasara, seorang tokoh sepuh yang sangat disegani di seluruh tlatah Demak sehingga mereka tetap berusaha bertahan setiap kali badai serangan datang menerjang.

Ketika ia melihat kawanan Ki Gurasan telah berada di atas angin, pada saat itulah orang yang telah membuat gelar para cantrik berantakan meloncat mendekati Pangeran Benawa. Namun tanpa disangka-sangka, Kang Tanur telah mengurai cambuknya dan melecutkannya dengan lambaran tenaga inti tepat menyambar kaki orang itu saat akan menjejak tanah. Tetapi orang itu mengejutkan Kang Tanur, betapa ia membiarkan kakinya terlilit oleh cambuk. Lalu dengan ringan ia menggoyangkan kaki dan tiba-tiba Kang Tanur terpental surut lalu bergulingan roboh.

Ketahanan Kang Tanur dalam menerima serangan memang benar-benar luar biasa, ia telah tegak berdiri namun kemudian ia melihat cambuknya tergeletak beberapa langkah darinya.

Dalam remang malam yang membungkus halaman tengah, Kang Tanur merasa serba sedikit seperti mengenali orang yang tegak berdiri berhadapan dengan Pangeran Benawa.

Namun kecemasan datang menyengat hatinya dengan cepat. Semacam rasa putus asa pun sempat bergelayut dalam perasaannya betapa Pangeran Benawa telah dikelilingi oleh dua orang yang berkemampuan sangat tinggi. Tetapi Kang Tanur agaknya masih berusaha untuk mengulur waktu agar ia sendiri mempunyai kesempatan untuk bergeser lebih dekat dengan Pangeran Benawa.

“Kiai Rontek!” lantang Kang Tanur berkata.

“Lebih baik kau perintahkan mereka untuk menyerah, Tanur,” kata Kiai Rontek. Ia berpaling pada Kang Tanur lalu katanya,” Ketahuilah bahwa kau tidak akan dapat mempertahankan padepokan ini lebih lama lagipula kau tentu tidak mengira bahwa aku akhirnya akan datang kemari dan mengambil milik Adipati Pajang yang paling berharga.”

Kang Tanur tidak berkata-kata, ia melangkah maju,”Dengan ilmu yang kau miliki, aku dapat katakana bahwa kau dapat lakukan apa saja terhadap padepokan ini. Mungkin kami tidak akan mampu menahan kalian semua, tetapi menculik Pangeran Benawa adalah satu-satunya kesalahan yang tidak akan terampuni.”

Kiai Rontek terbahak keras. Setelah ia menarik nafas panjang, kemudian ia berkata,”Aku tidak membutuhkan pengampunan.” Lalu dengan setengah berbisik, ia melanjutkan ucapannya,” Justru aku ingin berkata padamu bahwa menjadikan Mas Karebet sebagai Adipati aakan menjadi dosa tak termaafkan bagi orang-orang Demak.” Kang Tanur tercenung mendengar kata-kata Kiai Rontek betapa ia memang menyadari tujuan sebenarnya Kiai Rontek. Tetapi ia tidak pernah membicarakan pergerakan itu dengan siapa saja termasuk Ki Buyut Mimbasara. Kang Tanur merasa bahwa ia bukanlah orang yang tepat untuk turut campur dalam tata pemerintahan. Melalui cara yang sederhana, Kang Tanur hanya ingin dapat melewati hari-harinya dengan kedamaian. Sehingga perkenalannya dengan Kiai Rontek saat melawat bagian selatan Merapi pun dianggapnya sebagai satu bagian perjalanan hidupnya yang tidak istimewa. Kini ia tidak menyangka bahwa Kiai Rontek ternyata sungguh-sungguh ingin memberi pelajaran pada Mas Karebet.

Kang Tanur mengingat dengan jelas perkataan Kiai Rontek pada saat Mas Karebet mampu menundukkan lembu jantan yang mengguncang Demak.

“Jaka Tingkir tidak seharusnya dapat menguasai lembu jantan itu,” kata Kiai Rontek pada Kang Tanur belasan tahun silam.

“Bukankah tidak ada kecurangan yang dilakukan Jaka Tingkir,Kiai?” bertanya Kang Tanur.

“Kecurangan itu tidak harus dilakukan pada saat seperti sekarang ini. Jaka Tingkir tidak mempunyai kemampuan yang cukup meskipun untuk menundukkan lembu jantan. Ia hanya mempunyai keberuntungan. Tidak lebih dari itu,” Kiai Rontek menjawabnya dengan tatap mata tajam mengarah pada Jaka Tingkir yang sedang berjalan melintas di depan mereka.

“Lalu apa yang akan Kiai lakukan terhadapnya?” Kang Tanur mengejarnya dengan penasaran.

“Tidak ada yang dapat aku lakukan saat ini,” Kiai Rontek berpaling pada Kang Tanur,”Aku akan duduk dan melihat perkembangan selanjutnya. Tetapi untuk saat ini, lebih baik kita berpisah. Kau dapat mendatangi padepokan Kebo Kenanga dan berguru padanya. Aku selalu berharap kau mampu menemukan jalan terbaik bagi dirimu sendiri.”

“Lalu Kiai akan pergi kemana?” sorot mata Kang Tanur seperti enggan berpisah dengan Kiai Rontek yang dianggapnya mempunyai ilmu sangat tinggi hati dan rendah hati.

Kiai Rontek memandangnya dengan senyuman, lalu ia menjawab,”Aku akan menunggu di suatu tempat. Dan menyertaiki sekarang ini sudah pasti hanya akan membawamu menyusuri kesuraman.”

Maka Kang Tanur memandang Kiai Rontek dengan perasaan seperti tersengat seekor kalajengking. “Apakah selama ini Kiai Rontek hanya menunggu untuk menuntaskan rasa dengkinya? Apakah saat seperti ini yang ia maksudkan?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    nice story broh. ditunggu kelanjutannya :)

    Comment on chapter Penaklukan Panarukan 1
Similar Tags
Like Butterfly Effect, The Lost Trail
45      15     0     
Inspirational
Jika kamu adalah orang yang melakukan usaha keras demi mendapatkan sesuatu, apa perasaanmu ketika melihat orang yang bisa mendapatkan sesuatu itu dengan mudah? Hassan yang memulai kehidupan mandirinya berusaha untuk menemukan jati dirinya sebagai orang pintar. Di hari pertamanya, ia menemukan gadis dengan pencarian tak masuk akal. Awalnya dia anggap itu sesuatu lelucon sampai akhirnya Hassan m...
Varian Lara Gretha
41      14     0     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
Everest
26      10     0     
Romance
Yang kutahu tentangmu; keceriaan penyembuh luka. Yang kaupikirkan tentangku; kepedihan tanpa jeda. Aku pernah memintamu untuk tetap disisiku, dan kamu mengabulkannya. Kamu pernah mengatakan bahwa aku harus menjaga hatiku untukmu, namun aku mengingkarinya. Kamu selalu mengatakan "iya" saat aku memohon padamu. Lalu, apa kamu akan mengatakannya juga saat aku memintamu untuk ...
Cintaku cinta orang lain
5      5     0     
Romance
"Andai waktu bisa diulang kembali ,maka aku gak akan mau merasakan apa itu cinta" ucap Diani putri dengan posisi duduk lemah dibawah pohon belakang rumahnya yang telah menerima takdir dialaminya saat merasakan cinta pertama nya yang salah bersama Agus Syaputra yang dikenalnya baik, perhatian, jujur dan setia namun ternyata dibalik semua itu hanyalah pelarian cintanya saja dan aku yang m...
CINTA DALAM DOA
23      11     0     
Romance
Dan biarlah setiap doa doaku memenuhi dunia langit. Sebab ku percaya jika satu per satu dari doa itu akan turun menjadi nyata sesungguhnya
IZIN
27      9     0     
Romance
Takdir, adalah sesuatu yang tidak dapat ditentukan atau disalahkan oleh manusia. Saat semua telah saling menemukan dan mencoba bertahan justru runtuh oleh kenyataan. Apakah sebuah perizinan dapat menguatkan mereka? atau justru hanya sebagai alasan untuk dapat saling merelakan?
NADI
23      15     0     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Double F
6      3     0     
Romance
Dean dan Dee bersahabat sejak lama. Dean tahu apa pun tentang Dee, tapi gadis itu tak tahu banyak tentangnya. Seperti cangkang kapsul yang memang diciptakan untuk menyamarkan bahkan menutupi rasa pahit serta bau obat, Dean pun sama. Dia mengemas masalah juga kesedihannya dengan baik, menutup pahit hidupnya dengan sempurna. Dean mencintai Dee. Namun hati seorang Dee tertinggal di masa lalu. Ter...
Past Infinity
8      2     0     
Romance
Ara membutuhkan uang, lebih tepatnya tiket ke Irak untuk menemui ibunya yang menjadi relawan di sana, maka ketika Om Muh berkata akan memenuhi semua logistik Ara untuk pergi ke Irak dengan syarat harus menjaga putra semata wayangnya Ara langsung menyetujui hal tersebut. Tanpa Ara ketahui putra om Muh, Dewa Syailendra, adalah lelaki dingin, pemarah, dan sinis yang sangat membenci keberadaan Ara. ...
Starlight and Integra
81      16     0     
Fantasy
Siapakah sebenarnya diriku? Apa saja yang sebenarnya disembunyikan oleh orang-orang di sekitarku? Dimana kekeasihku Revan? Mungkinkah dia benar-benar telah tewas saat peristiwa pelantikan prajurit itu? Atau mungkinkah dia ditangkap oleh Kerajaan Integra, musuh kerajaanku? (Roselia Hope, warga Kerajaan Starlight)