Usai sudah kejadian penangkapan polisi yang di alami Jaka. Jaka telah satu minggu berada di balik jeruji. Beberapa kali ibunya mondar mandir bolak balik menjenguk Jaka. Sungguh Jaka merasa kasihan pada ibunya karena terlalu mengkhawatirkannya. Sementara polisi masih memintai keterangan yang jelas sampai dia bisa bebas. Ini bukan tentang dia salah atau benar. Jaka hanya ingin menunjukkan keberaniannya dalam menjadi kesatria. Itu menurutnya. Karena dia hanya seorang remaja SMA yang belum punya kebijaksanaan dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.
Ini adalah kali pertama Jaka merasakan sunyinya hidup di balik jeruji besi. Tiada lagi ibu yang ngomel-ngomel setiap pagi, tiada juga Arum yang biasanya dia godain setiap ketemu. Hanya Joni yang berada di sampingnya. Duduk, selalu menempel dengannya. Bahkan terkadang merengek seperti anak TK yang sudah kehilangan induknya.
“Mak, maafin joni mak.” katanya merengek. “Joni anak nakal mak, maafin joni.” suaranya semakin keras.
“Kau ini Jon macam bayi aja. Udahlah tenang, kita kan gak salah. Mereka aja yang nantang kita.”
“Tapi bos, apes kita sekarang. Gimana nasibku 5 tahun ke depan kalau sudah kayak gini.”
“Jon...jon... Ngakunya preman, gini aja udah takut.”
Joni menoleh. “Iya bos orang kaya. Mau di penjarapun masih bisa cari kerja di luaran. Nah aku bos. Aku orang biasa bos. Makku cuma PNS yang gajinya minim kali bos.”
“Kau Jon, jauh amat mikirnya. Lulus sekolah aja belum. Tenang aja.” Jaka menepuk pundak Joni.
“Kan katanya kalau udah pernah di penjara susah cari kerja bos.” Joni terus sedih memikirkan masa depannya. Wajahnya tampak kusam seperti di penuhi debu-debu noda gurun pasir. Sungguh menyedihkan.
“Eh aku kasih tahu. Mudah kok dapet kerjaan.”
“Apa bos?” Joni penasaran.
“Ngerjain polisi.” Jaka tertawa.
“Kirain serius. Ah... ” Joni mendesah.
“Kau gak dapat kerja gara-gara di tangkap polisi. Kerjain aja polisinya. Kan sama, namanya kerjaan.”
“Kan gak dapat uang bos. Kita butuh uang.”
“Kau mau kaya?”
“Iya kayak bos. Enak jadi orang kaya.”
“Pergi ke gunung kawi.”
“Lah pesugihan dong.”
“Salah.”
“Lha trus?”
“Jual gunung kawinya.”
“Lhah.” Joni melongo.
“Kalau ada yang nanya soal sertifikat bilang aja gini. Suratnya dibawa eyang Jugo.”
“Ah bos gila. Kan dia uda wafat.”
“Di bangunin aja.”
“Emangnya vampir.” Joni tertawa.
“Bukan. Zombi.” Jaka pun tertawa.
Gunung Kawi adalah gunung di wilayah sebelah barat Malang yang gunungnya bisa di lihat dari arah Kepanjen. Di sana terdapat pesarean pemakaman Kanjeng Kyai Zakaria II yang di kenal dengan sebutan Eyang Djugo yang menjadi tempat spiritual yang sekaligus menjadi situs untuk memohon rezeki bagi para tionghoa dan sering ramai di saat-saat tertentu. Ok hanya sedikit info. Jika tertarik datangi saja. Siapa tahu bener bisa kaya. Haha..
“Husss gak boleh ngomongin orang yang sudah wafat.”
“Gak ngomongin macem-macem.” kilah Jaka. “Kalau dia datang ngomong aja. Sepuntene Eyang, kulo nuwun ngapunten ingkang kathah. Sak meniko kulo namung guyonan mawon.” kata Jaka dengan bahasa jawa Kromonya yang acak adul. Maksudnya (Maaf Eyang, saya minta maaf banget. Sebenernya saya cuma bercandaan)
“Ada-ada saja.” joni tertawa.
Beberapa saat kemudian datang polisi memanggilnya untuk di interogasi lagi. Jadi mereka berdua di panggil di sebuah ruangan khusus untuk di mintai keterangan.
“Kamu duduk.” kata pak polisi. Jaka melihatnya sesaat namanya Pak Sugih Waras.
“Injeh,” jawab Jaka santun. Artinya iya. Jonipun ikut duduk juga.
“Bener kalian kemarin di serang?” tanya pak sugih.
“Leres pak.” Jaka mengangguk. Artinya benar.
“Tapi kenapa musuhmu malah yang babak belur.”
“Gak sengaja pak. Kan saya kesatria. Baru di senggol saja dianya langsung KO.”
“Wah sakti dong.”
“Iya pak. Saya kan keturunan orang sakti.”
“Heleh...anak kecil ngaku sakti.”
“Bapak gak percaya. Saya keturunannya Wali.” Kata Jaka belagak serius.
“Wali apa?”
“Wali bapak saya.” jawab jaka ngelantur. Si polisi ketawa. Jonipun ketawa.
“Kau pandai bercanda juga. Jangan ketawa.” bentaknya. Jonipun diam seketika. Namun, wajah polisi itu masih saja membuat Joni ingin ketawa. Secara wajahnya mirip pemeran pak Raden dalam si unyil. Kumisnya sepanjang pagar kantor kabupaten. Seolah-olah jika dipelintir ujungnya,badai puting beliung akan menimpa. Matanya sebulat terong bulat.
“Sebentar. Kenapa kalian bisa berkelahi seperti itu. Apa ada dendam sebelumnya?”
“Kan saya sudah katakan ke bapak. Kalau saya ini hanya melawan saja. Katanya kesatria itu tidak boleh dendam. Tidak boleh juga menantang. Harusnya bisa mengalahkan penantang. Saya hanya ingin menjadi kesatria.”
Pak Sugih manggut-manggut.
“Kemarin ayahmu telefon. Besok dia akan datang kemari. Dia akan menebus kalian berdua.”
“Alhamdulillah....” Joni teriak girang.
Jaka hanya diam. Dia akan mendapat kutukan dari ayahnya.
######
Esok yang dijanjikan oleh Tuhan kembali datang. Hari dimana mbawa kabar gembira untuk Joni namun tidak untuk Jaka. Ayahnya telah datang ke kantor polisi untuk menebus Jaka beserta Joni. Di balik kesenangan Joni ada Jaka yang sungguh akan mendapat marah yang luar biasa dari ayahnya. Meski ayahnya tidak pernah di rumah dan memberikan perhatian selayaknya seorang ayah namun Jaka tetaplah menghargai ayahnya. Karena dia, Jaka bisa menikmati fasilitas yang di bilang mewah di tahun 1997an itu.
Jaka masih terdiam di dalam jeruji besi. Joni sumringah.
“Hore bos kita keluar hari ini.”
Jaka hanya menyeringai.
“Bos gak senang?” tanya Joni.
“Aku bakal kena gamprat bapaku Jon.”
“Iya ya. Aku kok gak kepikiran.” jawab Joni.
“Otakmu hilang.”
“Hilang.” Joni seolah bertanya pada diri sendiri dan terus menggaruk kepalanya.
“Iya otakmu termakan virus. Kebanyakan makan tape.”
“Kok tape?”
“Tape kan panas. Karena panas otakmu kebakar. Jadinya otakmu hilang.”
Joni ketawa. “Haha...Bos bisa aja. Bos tau aja kalau aku suka tape.”
“Jangankan tape. Celanamu hilang saat renang aja aku ingat.”
Joni tertawa lagi semakin terkekeh. Dia ingat saat sedang melakukan terjun dari atas waktu olahraga renang. Celananya yang kedodoran tanpa di izinkan mlorot nyangkut di atas sementara dia terjun kebawah tanpa celana. Coba bayangkan betapa itu sungguh memalukan.
“Bos,itu memalukan sekali.”
Jakapun tersenyum ingat kejadian konyol itu.
“Kau kan biasanya memang malu-maluin.” balas Jaka.
“Tapi makku bangga.”
“Ya kali jon. Miris amat hidupmu kalau sampai makmu gak bangga. ” Jaka tertawa.
Beberapa saat kemudian ayah Jaka datang bersama ibunya. Dari kejauhan pak polisi sudah menghampir untuk mengeluarkan Jaka dan Joni.
“Kalian boleh keluar.” Kata Pak Sugih.
“Maturnuwun pak.” kata Jaka mengangguk. Artinya terimakasih.
Sesampainya di depan. Dia melihat ayahnya yang gagah berdiri memandangnya. Jaka hanya membalas menatap mata ayahnya. Baginya memandang mata seseorang itu perlu karena itu adalah bentuk kekuatan dari diri sendiri.
Ceplakkk....
Ayah jaka menampar pipi Kanan Jaka. Jaka hanya menunduk saja. Ibunya pun diam menahan tangis.
“Kau selalu saja buat masalah Jak. Selalu bikin malu ibumu. Gak masalah jika kamu bikin malu bapakmu ini. Bapak gak peduli, tapi lihat ibumu ini.”
Jaka memandang ibunya. Benar, wajah ibunya terlihat lebih kusut dari sebelumnya. Mungkin karena memikirkan Jaka terlalu banyak.
“Jangan tidur di rumah. Terserah kamu mau tidur di emperan toko apa kolong jembatan. Bapakmu sudah gak peduli.”
“Pak, uwis. Ojo ngamuk-ngamuk nang kene. Isin pak, isin....” Kata ibunya menenangkan. Maksudnya. (Jangan marah-marah di sini, malu...)
“Jarno buk. Pancen arek iki kudu di gawe ngene. Tuman.” balas ayah Jaka. Artinya. (Biarin bu. Bener anak ini harus di beginikan. Kapok)
Pak polisi yang ada di sana berusaha menenangkan amarah ayah Jaka. Setelah tenang Jaka pamitan pada polisi yang ada di sana. Meski begitu sudah selama seminggu polisi-polisi itu melakukan tugasnya dengan baik. Meski keras, mereka tetap memperhatikan Jaka dan joni dengan memberikan makanan yang bukan sekedarnya. Maksudnya layak untuk di makan sebagai tahanan mewah. Kenapa mewah? Menu makanannya sate ayam bakar, nasi padang dan lain-lain karena si polisi suka lelucon Jaka.
“Jak jangan di ulangi. Sehat terus ya. ” kata pak Sugih.
“Iya pak. Bapak juga sehat teruuuuusssss. Selalu sehat malah. Gak sakit-sakit.”
“Lo kok iso?” tanyanya.
“Kan pak Sugih Waras. Berarti kaya kesehatan terus dong. Mantap itu pak.” kata Jaka.
“Haha...” Pak polisi tertawa kekeh. Dia sempat lupa namanya adalah sugih waras.
“Saya pergi dulu pak.” pamit Jaka.
Sesampainya di rumah Jaka di usir dan dia tidur di rumah Joni. Sesampainya di rumah Joni mereka mendapat surat dari sekolah bawha mereka di skorsing dan tidak masuk sekolah sampai selesai rapat tentang mereka berdua.
Joni dan ibunya was-was. Sangat takut jika Joni bakal di keluarin dari sekolahnya. Saat tidur Joni hanya gulang guling seperti kambing guling. Hal itu membuat Jaka tidak nyaman.
Sampai besok tiba Jonipun tidak tidur dengan baik hingga menjelang subuh tiba.
tepat pukul 9.00 Jaka berpamitan sebentar untuk keluar. Dia diam-diam pergi kerumahnya untuk melihat ibunya. Saat sampai di gerbang ayahnya melihatnya dengan tatapan murka. Tapi Jaka berusaha tenang meski jantungnya menderu tidak karuan.
“Ngapain pulang?” Tanya ayahnya.
Jaka tidak menjawab.
“Kau sudah makan?” tanya ibunya.
“Sudah bu.”
“Masuk le.” minta ibunya. Le adalah panggilan untuk anak laki-laki.
“Aku hanya kesini untuk ini buk.” Jaka mengambil surat di kaki burungnya. Lalu dia meletakkan sebuah surat lagi. Lalu burung itu di terbangkan oleh Jaka.
“Aku pergi dulu,” kata Jaka.
“Ya pergi. Pulang kalau kamu sudah sadar.” teriak ayahnya.
Tanpa kata lagi Jaka pergi.
Di dalam angkot dia membuka surat itu. Sementara ini dia naik angkot karena sepedanya telah di sita oleh ayahnya.
Isi suratnya seperti ini :
Arum.
Kini aku tahu. Aku tidak yakin apabila aku tak peduli jika kamu menghilang.
Jaka tersenyum mendapat surat pendek itu.
Jakapun rindu pada Arum. Akan tetapi diapun belum bisa menemui Arum. Karena Jika tahu maka Arum akan membencinya selama-lamanya. Itu perkiraan Jaka.
Di bagian lain. Arum merasa gelisah sendiri memikirkan Jaka. Sudah seminggu Jaka tak terlihat batang hidungnya. Terakhir kali dia berbuat aneh seolah itu adalah terakhir kalinya dia bertemu dengan mengatakan kalimat jika dia akan menghilang.
“Jaka aku tak bermaksud mengacuhkanmu saat itu.” gumam Arum lirih.
Sementara di bagian jauh lainnya Jakapun menggumam. “Arum maafkan aku yang tidak pernah bisa jujur tentang siapa diriku dan maafkan aku yang sudah berani merindukanmu.”
#####
4 hari berlalu. Rapat telah diputuskan. Jaka kembali masuk sekolah seperti biasa. Joni juga mulai masuk sekolah. Suara bel terdengar merdu. Jaka dan Joni memasuki kelas.
Saat pelajaran hendak di mulai. Jaka dan Joni dipanggil ke ruangan BP. Tampak pak Heri memandang Jaka menyeringai murka. Beberapa guru berkumpul dan juga kepala sekolah.
“Jaka duduk.” kata kepala sekolah.
Jakapun mengikutinya.
“Kau anak yang pandai Jak. Kau juga memiliki prestasi yang cemerlang..... ” Sejenak terhenti. Jaka mulai penasaran. Apa maksudnya bertele-tele.
“Kau juga jon. Kau anak baik. Bapak tahu itu.” imbuhnya lagi.
Mereka berdua diam. Jantunh Joni berdesir tidak karuan.
“Tapi maaf....kalian harus di keluarkan dari sekolah ini.”
Joni tersentak. Dugaannya selama ini menjadi kenyataan.
Jaka tetap tenang.
“Pak. Kalau saya saja yang di keluarkan gak masalah. Tapi jangan Joni.” minta Jaka.
“Tapi, kalian sudah mencoreng nama baik sekolah ini.” sahut pak Heri.
“Coba pikirkan pak. Jika ada penjajah yang datang ke negara kita. Apa bapak mau diam saja?” jaka memandang semua guru. “Saya hanya memperjuangkan diri saya sendiri pak. Apa salah. Saya hanya melindungi wilayah saya. Apa salah?”
“Tetap saja kau membuat onar. Sudah membuat malu.”
“Apa menjadi pahlawan itu memalukan? Jika bapak berkata seperti itu. Berarti para pahlawan yang berada di kuburan itu sudah memalukan.”
Semua diam.
“Saya di serang. Saya hanya melawan. Apa ini sungguh adil. Ketika saya di rampok dan saya membela diri lalu si rampok tewas lantas saya harus di penjara?”
“Maaf Jak.” kata kepala sekolah.
“Saya maafkan.” kata Jaka tenang. “Biarkan Joni sekolah di sini.” minta Jaka.
“Tidak bisa.” seru pak Heri.
Jaka memandang tajam mata pak Heri.
“Jika Joni keluar. Saya bakar sekolah ini. Biar sekalian gak sekolah semua.” Imbuh Jaka.
Mendengar itu. Kepala sekolah menciut. Seorang Jaka selalu nekat dalam melakukan aksinya. Bahkan ketika dia di tuduh mencorret-coret tembok sekolah sementara bukan dia pelakunya. Esoknya tembok itu malah penuh dengan coretan yang lebih banyak dari semula. Katanya dituduh tapi gak salah. Berusaha jujur tapi semua gak percaya. Lebih baik melakukan yang menjadi tuduhan biar semakin jelas katanya.
Kepala sekolah mempertimbangkan lagi rapat dengan semua guru. Dan pada akhirnya memutuskan hanya Jaka yang di keluarkan.
Ibu Jaka sempat syok. Namun dia berusaha tegar dan berusaha mencari sekolah lain untuk Jaka.
Jauh dari jarak keberadaan Jaka. Ada arum yang menerima surat dari burung merpati milik jaka.
Isinya seperti ini.
Perpisahan bukanlah akhir. Ada awal lebih iindah menunggu di ujung waktu.
LASKAR BIRU
51
14
0
Science Fiction
Sebuah Action Science-Fiction bertema Filsafat tentang persepsi dan cara manusia hidup. Tentang orang-orang yang ingin membuat dunia baru, cara pandang baru, dan pulau Biru.
Akan diupdate tiap hari yah, kalau bisa. Hehehe.. Jadi jangan lupa dicek tiap malamnya. Ok?
Last Voice
11
5
0
Romance
Saat SD Aslan selalu membully temannya dan gadis bernama Hina yang turut menjadi korban bully aslan.akibat perbuatannya dia membully temannya diapun mulai dijauhi dan bahkan dibully oleh teman-temannya hingga SMP.dia tertekan dan menyesal apa yang telah dia perbuat.
Di SMA dia berniat berubah untuk masa depannya menjadi penulis."aku akan berusaha untuk berubah untuk mengejar cita-citaku&quo...
Tenggelam dalam Aroma Senja
3
3
0
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.
Mr. Kutub Utara
3
3
0
Romance
Hanya sebuah kisah yang terdengar cukup klasik dan umum dirasakan oleh semua orang. Sebut saja dia Fenna, gadis buruk rupa yang berharap sebuah cinta datang dari pangeran berwajah tampan namun sangat dingin seperti es yang membeku di Kutub utara.
Black Roses
373
60
0
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
krul
27
13
0
Action
perjalan balas dendam seorang gadis yang berujung dengan berbagai kisah yang mengharukan,menyedihkan,menyakitkan,dan keromantisan,,,
Pillars of Heaven
25
10
0
Fantasy
There were five Pillars, built upon five sealed demons. The demons enticed the guardians of the Pillars by granting them Otherworldly gifts. One was bestowed ethereal beauty. One incomparable wit. One matchless strength. One infinite wealth. And one the sight to the future. Those gifts were the door that unleashed Evil into the World. And now, Fate is upon the guardians' descendants, whose gifts ...
BACALAH, yang TERSIRAT
120
18
0
Romance
Mamat dan Vonni adalah teman dekat. Mereka berteman sejak kelas 1 sma. Sebagai seorang teman, mereka menjalani kehidupan di SMA xx layaknya muda mudi yang mempunyai teman, baik untuk mengerjakan tugas bersama, menghadapi ulangan - ulangan dan UAS maupun saling mengingatkan satu sama lain. Kekonyolan terjadi saat Vonni mulai menginginkan sosok seorang pacar. Dalam kata - kata sesumbarnya, bahwa di...