Read More >>"> School, Love, and Friends (Chapter 22) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - School, Love, and Friends
MENU
About Us  

Mora segera beranjak dari hadapan Papi setelah mengantar Mami dan Mona menjenguk. Mami menahan tangannya, memintanya untuk duduk, tapi titah itu ditolaknya dengan gelengan halus. “Mora haus, Ma, di depan kebetulan ada tukang es kelapa muda. Nanti Mora bungkus juga buat Mami dan Mona.”

Papi yang berbalut dalam pakaian tahanan memangku Mona yang sibuk dengan boneka favoritya. Tatapan dari mata lelah Papi mengusik hati Mora, seakan ada sengatan listrik yang memancingnya mengeluarkan air mata. Mora memejamkan mata, menahannya mati-matian. Dia tidak ingin menangis. Dia benci itu. Di keluarga ini hanya dirinya yang harus bertahan dengan senyuman lebar dan mata yang tetap tegar menahan tangis. Jangan sampai dia terlarut dalam tangis seperti Mami yang menitikkan air mata setiap malam dan Mona yang menangis meraung-raung karena kangen Papi yang hanya bisa dijumpai setengah hari. Kini, hanya dia penguat dalam keluarga ini. Dia harus berdiri meskipun kakinya penuh dengan luka. Punggungnya harus tegak berdiri meskipun dipenuhi lubang yang mengucurkan darah. Dan yang paling sulit dilakukan, bibirnya harus tetap melemparkan senyum meskipun di baliknya bibirnya merintihkan rasa sakit.

Mora cepat berbalik demi menghindari munculnya sengatan di matanya. Hanya dibalasnya dengan senyuman saat Papi memanggilnya. Berbahaya berlama-lama di depan Papi, yang penting Papi tahu dirinya selalu mendukung Papi.

“Mang, bikin satu ya.” Pesan Mora sambil terduduk di kursi plastik yang telah disediakan. Tidak sampai satu menit si Mang  menyodorkan gelas besar dan tinggi berisi es kelapa muda berbarengan dengan munculnya seseorang yang terduduk di samping Mora. Hal pertama yang Mora lihat dari sosok di sampingnya yaitu wedges merah yang tak asing itu. Demi memenuhi rasa penasarannya, perlahan dari bawah hingga atas ditatapnya sosok perempuan itu.

Si Nenek lampir tersenyum lebar lalu melepaskan kacamatanya, demi mengingatkan Mora akan dirinya. Kali ini dengan midi dress hitam di bawah lutut membalut tubuh langsingnya dan tak luput syal hitam berbulu melingkari lehernya.

Mora mengernyit. Menatap heran Si Nenek lampir yang mendadak duduk di warung pinggir jalan dengan pakaian yang pantasnya dikenakan saat makan di restaurant mewah.

“Mora, kan?”

Mora menciptakan jarak dengan sedikit mengangkat kursi plastik. “Ada apa?”

“Bisa kita bicara di tempat lain?” Tanyanya, tak nyaman ditatap oleh penikmat es kelapa muda yang baru datang.

Mora menahan tawa melihat raut mengkhawatirkan itu. Jemari lentik dan bersih yang dihiasi cincin berlian si Nenek lampir mengipas-ngipas sekitar lehernya, tak kuasa berlama-lama duduk di pinggir jalan yang panas dan penuh asap kendaraan.

“Nggak bisa. Saya lagi pengen banget es kelapa muda. Lagian sayang belum juga saya nikmati masa harus dibalikin lagi.”

“Kita ngobrol di sekitar kantor polisi aja dan sekalian bawa gelasnya.”

Mora mengangkat bahu lalu mulai melahap parutan daging kelapa muda. Berlagak seakan di sampingnya tak ada orang yang berharap untuk mengajaknya mengobrol. Hingga air es kelapa muda telah habis setengahnya, si Nenek lampir masih kuat menahan diri berada di tempat yang tidak semestinya. Dipandanginya terus Mora dari samping berharap dapat memutuskan nafsu Mora yang asyik menikmati es kelapa muda.

Mora menyadari. Bagaimana pun si Nenek lampir itu seseorang yang lebih tua darinya bahkan mungkin seumuran Mami. Demi kesopanan, dia mengangkat tangan, memangil si Mang lalu memesan satu gelas lagi es kelapa muda.

“Buat Tante. Tante pasti tergoda kan lihat segarnya es kelapa muda di siang panas gini.”

Si Nenek lampir mengernyit sebal. “Tante?”

Mora mengangguk sambil mengelap bibirnya yang basah. “Terus manggil apa? Ne—” Nyaris saja sebutan itu terlontar. Tak peduli, diteruskan kembali melahap parutan daging kelapa muda. “Jadi ada apa? Mau tanya tentang Amore Karaoke?”

Si Nenek lampir mengerjap saat tiba-tiba si Mang menyodorkan segelas es kelapa muda. Sesaat dia hanya bergeming menatatp buliran air dingin itu, lalu menatap si Mang dan Mora bergantian. Mora menggerakkan dagu, memintanya untuk cepat menerima pesanan itu. Si Nenek lampir tak berminat menikmati itu, hanya digenggamnya gelas tinggi besar itu dalam tangan kirinya lalu sedikit mencodongkan tubuhnya ke arah Mora sambil menyodorkan tangan kanan. “Saya Lolina Wastari. Panggil saja Loli. Saya tidak suka ada embel-embel tante di depan nama saya.”

So, ada apa pesaing bisnis saya tiba-tiba mendekati?”

Loli tersenyum. Melihat senyuman tipis itu perlahan mengikis rasa kesal Mora saat perempuan modis itu seenaknya masuk ke Amore Karaoke dan menjelek-jelekkan warisan kakeknya.

“Saya ingin menawarankan kamu sesuatu.”

Mendengar itu, es kelapa muda mulai dicampakaan. “Apa?”

“Saya tahu tempat karaoke kalian lagi kena masalah. Saya akan membantu tapi dengan satu syarat.”

“Apa?” Tanya Mora dengan penuh heran.

Loli membalas dendam. Dia tidak serta merta menjawab, tapi malah menyedot air es kelapa muda lalu tanpa malu dengan gaya pakaiannya yang anggun, dilahapnya daging kelapa muda seperti orang tak pernah bertemu makanan bertahun-tahun. “Harusnya hari ini jadwal diet saya. Tapi gara-gara lihat kamu, perut saya nyerah untuk menahan.” Ucapnya dengan mulut yang penuh dengan serutan daging.

Mora tersenyum miris. Sungguh di balik tubuh langsing itu menyimpan cerita menahan lapar seharian. Mora membiarkan Loli menikmati es kelapa muda yang mungkin dinikmatinya setiap setahun sekali, atau mungkin ini pertama kalinya dalam hidupnya menikamati minuman dawegan itu.

“Jadi penawaran apa?” Tanya Mora setelah membiarkan Loli menghabiskan lebih dari setengah isi gelasnya.

“Bergabung dengan perusahaan saya.” Jawabnya enteng, sesantai dia menikmati minumannya.

Beruntung Mora tidak dalam keadaan menikmati minumannya. Hanya nyaris tangannya yang licin meluncurkan gelas besar itu. “Hah? Maksudnya?”

Join dengan grup keluaraga kami. Kami akan berinvestasi di sana. Membiayai semua kebutuhan Amore Karaoke, mempromosikan bisnis kalian, terutama menyelesaikan masalah yang menimpa Amore Karaoke. Dan rencananya bila kalian menerima kita akan membuka cabang di—”

Hentakan kaki yang cukup mengagetkan Loli dan menyela cerocosannya mengundang perhatian pelanggan di warung itu. Mora menyimpan gelas itu di dekat kaki kursi lalu berdiri menghampiri si Mang untuk membayar dua pesanannya.

“Maaf, kekayaan dan kekuasaan anda tidak dapat segampang itu memiliki kami.”Tegasnya lalu hengkang dengan langkah lebar menuju area kantor polisi.

“Loh?” Loli bergegas mengejar setelah menyimpan gelas. Meskipun dengan wedges yang tingginya sekitar tujuh sentimeter, dia  mampu melangkah cepat dan berhasil menyusul Mora. “Kami kan berinvestasi di tempat bisnis kamu.”

“Apa tujuan anda  sebenarnya? Mengapa tempat kecil kami? Banyak tempat karaoke yang lebih terkenal, yang tentu akan lebih memudahkan kalian. Apalagi tempat kami sedang tertimpa masalah.”

“Lebih baik membantu yang kecil karena kami akan lebih mudah mengurusnya.”

Mora mendengus. “Maksudnya mudah membodohi kami? Kami tahu ya aksi plagiat tempat karaoke kalian.”

Kedua tangan Loli terlipat di dada. Bahunya berguncang karena mendadak dia tergelak. “Kalian harus cari tahu dulu kebenarannya. Sebenarnya Kakek Hasan yang membuatkan desain salah satu romm The Song Karaoke, lalu dia tertarik juga ingin menerapka desain itu di Amore Karaoke. Dia sungguh baik, dia meminta izin juga ke saya. Ya tentu saya mengizinka karena itu karyanya. Dan setelah melihat desain room di laptop kalian saat saya ke sana tempo hari itu, saya mulai tertarik. Apalagi menurut orang kepercayaan saya yang saya perintahkan untuk mengamati kalian, kalian bertujuh sangat kompak dan bersemangat membangun tempat itu.”

“Hanya karena alasan itu?” Mora menggeleng tegas. “Nggak bisa. Karena akhirnya kalian perlahan-lahan akan mencoba mengambil alih Amore Karaoke.”

Loli maju selangkah lebih lebar ketika Mora mulai berbalik. “Apa kamu bakal bertahan dengan Amore Karaoke yang statusnya nggak jelas, di saat keadaan ekonomi keluarga kamu memburuk? Saya yakin ada sisi egois juga di hatimu, bagaimana bila kami juga membantu ayah kamu?”

Berhasil, Mora terpancing untuk berhenti dan membalikkan badan, membuat Loli tersenyum lebar dan kian percaya diri bahwa penawarannya tidak akan ditolak. Meskipun seseorang sangat menjunjung tinggi kesetiaan pada kelompoknya, tapi bila ada sesuatu yang nyaris membunuh orang itu, keegoisan pasti akan memenangkannya. Karena manusia tidaklah sempurana.

“Setuju?”

***

Tags: twm18 school

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dear You
187      81     0     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Satu Koma Satu
183      52     0     
Romance
Harusnya kamu sudah memudar dalam hatiku Sudah satu dasawarsa aku menunggu Namun setiap namaku disebut Aku membisu,kecewa membelenggu Berharap itu keluar dari mulutmu Terlalu banyak yang kusesali jika itu tentangmu Tentangmu yang membuatku kelu Tentangmu yang membirukan masa lalu Tentangmu yang membuatku rindu
A & B without C
6      6     0     
Romance
Alfa dan Bella merupakan sepasang mahasiswa di sebuah universitas yang saling menyayangi tanpa mengerti arti sayang itu sendiri.
Memoria
5      5     0     
Romance
Memoria Memoria. Memori yang cepat berlalu. Memeluk dan menjadi kuat. Aku cinta kamu aku cinta padamu
PUBER
40      29     0     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
AMORE KARAOKE
174      81     0     
Romance
Dengan sangat berat hati, Devon harus mendirikan kembali usaha karaoke warisan kakeknya bersama cewek barbar itu. Menatap cewek itu saja sangat menyakitkan, bagaimana bila berdekatan selayaknya partner kerja? Dengan sangat terpaksa, Mora rela membuka usaha dengan cowok itu. Menatapnya mata sipit saja sangat mengerikan seolah ingin menerkamnya hidup-hidup, bagaimana dia bisa bertahan mempunyai ...
Transformers
7      7     0     
Romance
Berubah untuk menjadi yang terbaik di mata orang tercinta, atau menjadi yang selamat dari berbagai masalah?
Love You, Om Ganteng
138      77     0     
Romance
"Mau dua bulan atau dua tahun, saya tidak akan suka sama kamu." "Kalau suka, gimana?" "Ya berarti saya sudah gila." "Deal. Siap-siap gila berarti."
NADI
52      43     0     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
ONE SIDED LOVE
14      11     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...