Read More >>"> Love Escape (Part 7. Hard Rock) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Escape
MENU
About Us  

Part 7. Hard Rock

 

“Eh, besok malam ada temanku main di Hard Rock, kita ke sana, yuk?" Ajak Charlie kemarin siang di rumahnya. Tanpa pikir panjang, langsung saja kuiyakan. And here we are! Duduk selang beberapa meja dari depan panggung. Menyejajarkan kedua kursi kayu di satu sisi meja yang sebelumnya berposisi saling menghadap. Supaya lebih enak aja liat ke arah stage.

Soalnya, posisi meja kita sebelumnya itu menyampingi panggung. Suasana Hard Rock lumayan penuh malam ini. Walau tidak semua meja terisi, tapi terlihat sang waitress sibuk mondar mandir sedari tadi melayani pesanan pengunjung. Aku dan Charlie sendiri hanya memesan dua botol bir, satu porsi onion ring dan satu porsi chicken wing buat nyemil. Katanya jam sembilan bandnya main. Dan sekarang masih pukul 08.45, waktu Bali.

 

"Besok flight jam berapa?" kata Charlie.

"Jam 09.50."

"You should go home before mid."

"Tenang aja, nggak bakal telat kok. Aku kan nggak kebluk orangnya."

"Kebluk?"

"Oh, it is, mmh... Such a... sleepy person. Ya, some kind of... sleepy person." Setelah kuputar bola mataku ke segala arah sambil garuk-garuk kepala, hanya itu penjelasan dari kata kebluk yang ada di perbendaharaan bahasa inggrisku.

"Oh..." Charlie cuma manggut-manggut. Aku yakin. Dia pasti nggak ngerti.

 

Tidak lama kemudian, muncul sekitar empat orang di atas panggung. Semuanya laki-laki. Satu di bass, satu di gitar, satu di drum dan satu lagi di piano sambil menghadap microphone. Terdengar beberapa pengunjung kemudian bertepuk tangan.

 

"Good night everyone. Thank you for coming. We are "The Humming", and... This is such a pleasure for us of being here. Performing few songs to you all guys! We hope you enjoy it."

 

Begitu kata si vokalis sambil duduk di depan pianonya. Satu lagu pembuka, langsung up beat, "Sugar" dari Maroon five. Beberapa pengunjung terlihat ada yang ikut bernyanyi juga, termasuk aku. Terutama pada bagian Chorus.

 

"Your Sugar. Yes, please."

"Won't you come and put it down on me."

 

Lagu pertama bener-bener bikin mood naik, sih. Efek suara musik yang keras, membuat aku dan Charlie jadi tidak banyak bicara. Dia emang belum pernah melihatku bernyanyi sebelumnya. Mungkin juga Charlie tidak suka nyanyi, makanya sedari tadi yang kulihat dari ekor mataku, dia hanya menenggak birnya dan senyam senyum sendiri melihatku bergoyang sambil bernyanyi. Mungkin juga, sebetulnya dia memertawai suaraku yang fales.

Anggota band tersebut semuanya tampak produk pribumi. Memasuki lagu kedua, kudengar sebuah intro gitar yang melengking melantun dengan sangat familiar. Aku yakin, tidak ada orang yang tidak kenal dengan intro lagu ini. Lagu lawas dari Gun n Roses, "Sweet Child'O Mine." Lagu andalan yang sering diputar di kafe-kafe. Beberapa bartender kulihat juga mulai ikut bergoyang. Aku ikut bertepuk tangan dan bersorak ketika si vokalis beranjak dari pianonya dan mengambil sebuah gitar.

 

"She's got smile that it seems to me."

"Reminds me of childhood memories.”

 

Aku pun kembali ikut bernyanyi. Menggoyang-goyangkan badan sesuai irama sambil sesekali menyaplok Onion Ring. Aku melirik ke arah Charlie, sekarang dia juga ikut menghentakan kaki dan menganggukan kepalanya. Aku tersenyum kepadanya. Membuat tanda bahwa aku sangat menikmati malam ini. Dia membalas senyumku. Lalu seketika kurasakan hangat tangannya di balik kursi merangkul pinggangku. Membuat kursiku jadi sedikit tertarik ke arah kursinya. Tidak ada satu kata yang terucap

Entah belajar dari mana, si pria Bule ini emang pinter banget memberi kejutan dalam body gesture-nya. Dia selalu berhasil membuatku merasa hangat seketika, nyaman seketika, tanpa banyak ba-bi-bu dan kata-kata. Karena sekarang tubuhku seperti sedang berada dalam  bed-cover mahal. Hangat, empuk dan nyaman sekali. Sampai lagu kedua berakhir, aku pun berkahir di pelukan Charlie.

 

"Oke! That was our two songs. And now, the third song we're gonna play, is the song from one of my best friend's request. Ya, he called me this noon, suddenly. He said, this is the song for his girl, the song that reveal his feeling about... his someone's special. My Friend, Charlie, said to me, ‘he is gonna love you, like he is gonna lose you, Luna.’"

 

Kata sang vokalis sambil menunjukan tanganya ke arah aku dan Charlie. Beberapa pengunjung sontak melihat ke arah kami berdua.

Si vokalis melepaskan gitarnya dan kembali duduk di depan pianonya. And shit! I'm blushing! Aku sama sekali tidak mampu menatap Charlie. Aku cuma mampu menunduk sambil senyum-senyum. Jadi, jangan tanya aku tentang ekspresi Charlie saat ini, aku sendiri juga nggak sanggup lihat.

 

"I found myself dreaming,"

"In silver and gold."

"Like a scene from a movie,"

"That every boken heart knows."

 

Suara musik dan sang vokalis merdu melantun di telingaku. Membuatku tahu persis apa yang pria di sebelahku rasakan padaku. ‘The seweet Charlie,’ rasanya itu julukan yang pas kusematkan padanya. Aku mendadak mellow, suasana meriah di dua lagu sebelumnya, mendadak berubah menjadi suasana romantis. Aku melingkarkan lenganku di pinggangnya. Menyandarkan kepalaku di dadanya. Mulutku mangap-mangap tanpa suara mengikuti lirik lagu 'Like I'm Gonna Lose You' yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinya Meghan Trainor dan John Legend. Si band memainkannya dengan versi solo

"I love you too..." Lirih kuucap di balik dada Bule itu seusainya lagu. Rasanya mataku mendadak panas.

Lagu ketiga pun selesai. Beralih ke lagu keempat yang masih berirama pelan, lagu lawas dari seorang penyani wanita. Namun tetap terdengar renyah saat si vokalis band melantunkannya, 'It Must Have Been Love' dari Roxatte. Walau si vokalis sekarang tidak mendeskripsikan untuk siapa ini lagu. Tapi kok, aku rada kesindir ya. Nah kan, aku jadi mulai baper, kan

Lalu, "This will be our last song, 'Granade' from Bruno Mars." Si band pun memainkan lagu terakhirnya.

 

Aku mengangkat tubuhku yang sudah sedari tadi bersandar di dadanya. Menghabiskan Chicken Wing yang tinggal dua potong lagi dan menenggak birku. Masih salah tingkah, aku belum berani memulai pembicaraan dengan Charlie.

 

"You like it?" spontan aku kaget melihat wajah Bule berambut ikal itu berada di dekat wajahku. Mendengar pertanyaannya, memaksaku jadi menatap wajahnya. Aku hanya tersenyum. Kulingkarkan lenganku di balik lehernya. Hanya dengan sedikit tarikan lenganku, bibirku menyentuh bibirnya. Walau tidak sampai seminggu, tapi aku rindu sekali rasa ini. Aku merasa benar-benar tidak mau pulang besok. Aku tidak sanggup meninggalkan rasa nyaman ini, dan harus kembali berjuang dengan segala rasa asing yang ada di Jakarta.

Bibir kami saling tarik menarik, ada emosi yang lambat lahun frekuensinya meningkat. kulonggarkan lingkaran lenganku, lalu berhenti saat telapak tanganku sampai di belakang lehernya. Kudorong pelan tengkuknya ke arahku lagi, kurasakan kedua telapak Charlie makin erat memegang pinggangku. Hangat telapak kirinya lalu kurasakan berpindah naik ke atas, dari samping pinggang menuju samping punggungku. Aku bebas memainkan jemariku di rambut ikalnya. kadang kubelai, kadang kutarik. Is it gonna be our last kiss? Berat rasanya mau menjawab pertanyaan yang kulontarkan sendiri.

Lampu di panggung mulai mati seiring menyalanya lampu di ruangan kafe. Aku menarik diriku dari pelukannya. Walau di Bali semua bebas, tapi, aku masih agak sungkan berciuman di sekitar orang banyak. Charlie pun melepaskan pelukannya. Kuluhat wajahnya memerah, sedikit menunduk, menggigit bibir bawahnya dan mengatur nafas.

"Pulang, yuk!" Ajakku.

***

Kita sampai di depan rumahku sekitar pukul sebelas malam. Dia menolak saat aku ajak masuk. Suasana romantis, mendadak berubah menjadi haru. Sikap Charlie terasa lebih dingin. Aku tidak melihat tawanya lagi sedari kami lepas berciuman tadi.

"Are you okay?" tanyaku di depan pintu rumah.

"Yeah, I'm good." Udah, gitu doang jawabannya.

 

Kutangkupkan kedua telapak tanganku di pipinya yang dingin akibat kena angin di motor.

 

"Aku janji, aku akan balik ke sini lagi. You still have my number. Kita masih bisa keep contact. We are not separated." Cuma itu seuntai kalimat yang bisa kuucap untuk menghiburnya. Aku juga sedih harus pergi. Tapi ya, mau bagaimana lagi. Aku harus kembali ke Jakarta

"Okay." Jawabannya singkat. Duh, ini Bule kenapa bikin baper banget sih. "Take a good sleep. have a nice dream. Aku pulang, ya." pamitnya. Aku mengangguk, tersenyum. Tapi tidak ada senyum balasan yang kulihat. Charlie langsung membalikan badannya dan berjalan berlalu dari depan rumahku. Aku pun membuka kunci pintu rumah

"Luna," Charlie berhenti beberapa meter dari depan rumahku.

"Iya?"

"Take a safe flght tomorrow. Maaf, aku kayaknya nggak bisa antar."

"Its okay." jawabku, lalu aku melambaikan tangan.

 

Aku masuk ke dalam rumah, gelap. Kunyalakan semua lampu di dalamnya. Perasaan sepi tetiba menyeruak sampai ke dada ini. Padahal biasanya nggak pernah gini, lho. Masa cuma karena gelap doang aku takut. Please deh, emang anak-anak, takut gelap. Selesai cuci muka dan ganti baju, aku mengecek handpone-ku. Lima missed call dari Nino, tadi jam setengah sepuluhan. Suara dering handphone-ku sama sekali tidak terdengar. Pasti gara-gara suara lagu di kafe tadi.

***

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Memoria
1      1     0     
Romance
Memoria Memoria. Memori yang cepat berlalu. Memeluk dan menjadi kuat. Aku cinta kamu aku cinta padamu
CALISTA
3      3     0     
Fantasy
Semua tentang kehidupan Calista, yang tidak hanya berisi pahit dan manis. Terdapat banyak rasa yang tercampur di dalamnya. Ini adalah kisah dimana seorang Calista yang mendapatkan pengkhianatan dari seorang sahabat, dan seorang kekasih. Disaat Calista berusaha menyelesaikan satu masalah, pasti masalah lain datang. Akankah Calista dapat menyelesaikan semua masalah yang datang padanya?
Bullying
5      5     0     
Inspirational
Bullying ... kata ini bukan lagi sesuatu yang asing di telinga kita. Setiap orang berusaha menghindari kata-kata ini. Tapi tahukah kalian, hampir seluruh anak pernah mengalami bullying, bahkan lebih miris itu dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Aurel Ferdiansyah, adalah seorang gadis yang cantik dan pintar. Itu yang tampak diluaran. Namun, di dalamnya ia adalah gadis rapuh yang terhempas angi...
Got Back Together
3      3     0     
Romance
Hampir saja Nindyta berhasil membuka hati, mengenyahkan nama Bio yang sudah lama menghuni hatinya. Laki-laki itu sudah lama menghilang tanpa kabar apapun, membuat Nindyta menjomblo dan ragu untuk mempersilahkan seseorang masuk karna ketidapastian akan hubungannya. Bio hanya pergi, tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka. Namun apa artinya jika laki-laki hilang itu bertahun-tahun lamanya...
FORGIVE
10      6     0     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
Melankolis
10      7     0     
Romance
"Aku lelah, aku menyerah. Biarkan semua berjalan seperti seharusnya, tanpa hembusan angin pengharapan." Faradillah. "Jalan ini masih terasa berat, terasa panjang. Tenangkan nafsu. Masalah akan berlalu, jalan perjuangan ini tak henti hentinya melelahkan, Percayalah, kan selalu ada kesejukan di saat gemuruh air hujan Jangan menyerah. Tekadmu kan mengubah kekhawatiranmu." ...
North Elf
9      3     0     
Fantasy
Elvain, dunia para elf yang dibagi menjadi 4 kerajaan besar sesuai arah mata angin, Utara, Selatan, Barat, dan Timur . Aquilla Heniel adalah Putri Kedua Kerajaan Utara yang diasingkan selama 177 tahun. Setelah ia keluar dari pengasingan, ia menjadi buronan oleh keluarganya, dan membuatnya pergi di dunia manusia. Di sana, ia mengetahui bahwa elf sedang diburu. Apa yang akan terjadi? @avrillyx...
Senja Kedua
29      10     0     
Romance
Seperti senja, kau hanya mampu dinikmati dari jauh. Disimpan di dalam roll kamera dan diabadikan di dalam bingkai merah tua. Namun, saat aku memiliki kesempatan kedua untuk memiliki senja itu, apakah aku akan tetap hanya menimatinya dari jauh atau harus kurengkuh?
Bukan kepribadian ganda
59      16     0     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
Oh My Heartbeat!
4      3     0     
Romance
Tentang seseorang yang baru saja merasakan cinta di umur 19 tahun.