Read More >>"> The Reason (CHAPTER - 13.1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Reason
MENU
About Us  

Matahari merona, langit berwarna jingga. Suasana yang indah untuk dinikmati. Tapi pemandangan itu seakan tak berpengaruh bagi Sean.

Sean memarkir Volvo putihnya dengan sembarangan di depan pintu rumah dan bergegas masuk.
"Bibi Mer.... Bi...." suara lantangnya menggema di ruang tamu luas yang didominasi warna cream hangat. Tatanan meja dan kursi terlihat rapi, perapian mati, angin berhembus pelan dari jendela besar yang terbuka lebar. Menampakkan halaman depan yang menghijau. Tak ada jawaban, ruangan sepi.

Setengah berlari, ia mengarah ke ruangan lain yang tak jauh dari ruang tamu. Tempat ia dan Aland biasa menonton teve atau bermain game. Ruangan luas itu juga terlihat sepi. Televisi layar datar yang tertanam di tembok mati, konsol God of War PS4™ Pro, platinum wireless headset, Aim plus gaming wirelles controller, bergeletakan di karpet. Membuat Sean mendengus sambil bergidik melihat kekacauan di depannya. Sudah pasti itu ulah Aland.

Ia berbalik, menuju ke ruang makan yang dekat dengan dapur. Jaraknya hanya beberapa langkah. Berharap orang yang ia cari berada di sana.

"Bibi Mer..."
"Ada apa, Sean?" Suara Bibi Mer menyahut dari dapur. Dengan segera, Sean menuju sumber suara, dan menemukan perempuan paruh baya itu sedang sibuk dengan berbagai bahan masakan. Dua orang asisten lain terlihat membantu.
"Bibi, aku ingin bicara."
"Sekarang? Disini?" Bibi Mer melepas celemek dan memberi instruksi pada asisten lainnya untuk melanjutkan pekerjaan. Mereka sedang menyiapkan makan malam. Sean tak lantas menjawab, ia memandang sekeliling. Dan seakan paham, Bibi Mer mengangguk
"Baiklah, kita cari tempat lain."
Tanpa menunggu, Sean berbalik dan melangkah ke taman belakang. Ia memilih duduk di sofa taman di samping kolam renang luas. Bibi Mer mengambil tempat disampingnya.

?


"Katakan, ada apa?" Bibi Mer memandang Sean dengan sorot mata penasaran. Membuat pria itu mengusap wajah dengan gusar.
"Aku bingung harus mulai dari mana."
"Apakah ini tentang karirmu?"
"Bukan. Pekerjaanku baik-baik saja."
Bibi Mer menghela napas pelan melihat Sean yang seakan tak berdaya. Ia menyandarkan kepala di sandaran sofa empuk. Tampangnya kusut.
"Kau yakin jika karirmu baik-baik saja? Sudah melihat berita hari ini?"
"Berita apa?"
"Astaga... kukira sudah tau. Kau itu punya ponsel pintar tapi tidak dimanfaatkan. Coba search namamu sendiri di mesin pencari."
"Aku tidak pernah melakukannya."
"Kalau begitu lakukan sekarang."
Dengan segera, Sean melakukan perintah Bibi Mer.

Dalam hitungan detik, berita tentang konsernya semalam membanjiri halaman pertama google. Setelah mengernyit sebentar, Sean mengklik salah satu laman dengan judul yang membuatnya tertarik.
"The Different of Sean"
Butuh waktu beberapa menit hingga akhirnya Sean selesai membaca sepotong artikel itu. Isinya cukup membuatnya terdiam. Memikirkan perbedaan konser semalam dengan yang sudah-sudah.

Beberapa nada terdengar tidak tepat, tempo terlalu lambat, beberapa saat kemudian terlalu cepat. Tapi semua tertutupi oleh sesuatu hal yang membuat penonton terhanyut, bahkan tak sedikit yang mengusap sudut mata, terharu, tersentuh.

Pihak panitia juga berinisiatif memadamkan seluruh lampu di bangku penonton, kemudian menampilkan kerlip cahaya, mengkoordinasi semua yang ada disana. Membuat penampilan Sean semakin menakjubkan.

Ditambah satu hal yang tak pernah terjadi, sebuah senyum samar dan ekspresi lembut yang hadir di wajahnya, membuat semua orang merasa melihat malaikat tampan, meski hanya beberapa detik.

"Apa benar semua ini?"
Setengah tak percaya, Sean bergumam. Seakan mendapat jawaban, ponselnya bergetar, menandakan sebuah pesan diterima. Dari Jhon.

Buka emailmu sekarang.

Tanpa salam pembuka, dan hanya sebaris kalimat. Cukup membuatnya penasaran.

"Bibi, aku ke kamar sebentar." Dengan gegas, Sean masuk ke rumah, menaiki anak tangga dua-dua sekaligus, membuka pintu kamar dan menyalakan lampu. ruangan yang didominasi warna abu itu benderang seketika. Sementara di halaman belakang, Bibi Mer terpaku. Belum sempat ia bertanya tentang apa yang akan Sean tanyakan. Tapi pria itu sudah pergi setelah menerima pesan.

Dengungan halus dari laptop berlogo separuh buah itu menyebar ke penjuru kamar Sean yang cukup luas. Dengan tak sabar, ia menunggu loading, hingga layarnya mulai menampilkan wallpaper eifel saat hujan. hasil bidikan kamera ponselnya saat senggang.

Sean terpaku saat melihat tayangan ulang konsernya semalam. Dari awal sampai akhir. Yang dikirim Jhon melalui email.

Apa yang tersebar di internet memang benar. Ia berulang kali mem-pause video di bagian-bagian tertentu. Masih belum sepenuhnya yakin jika sosok yang ia lihat adalah dirinya. Terlebih ketika raut wajahnya ditampilkan secara close up.

Iblis yang menjelma jadi malaikat

Bagian terpenting, apakah Kinan melihatnya?
Tak bisa dihindari. Tiba-tiba saja pemikiran tentang gadis itu mendadak muncul. Membuatnya kembali teringat Bibi Mer dan pertanyaan yang tertunda.

Pemikiran akan karirnya yang mungkin terganggu hanya gara-gara sedikit ketidak tepatan nada, rasanya tak penting lagi. Mengingat penyebabnya adalah gadis itu.

Tanpa menshutdown laptopnya, Sean kembali ke bawah. Menemui Bibi Mer yang mempersiapkan makan malam.

"Merasa lebih baik?" Sambil menata aneka hidangan di meja makan, Bibi Mer bertanya.
"Lebih kacau, Bi." Sean duduk di tempatnya seperti biasa. Di bagian ujung. Hingga beberapa saat kemudian, asisten rumah tangga yang lain mengambil tempat di sisi kiri kanannya. Termasuk Aland.

Ia terbiasa seperti itu. Makan di ruangan dan meja yang sama. Karena Sean menganggap mereka sudah seperti keluarga. Meski ia tak terang-terangan menunjukkan.

"Apa yang kacau, Boss?" Tanpa permisi, Aland menimpali obrolan dan duduk di samping Sean. Cuek saat melihat Bibi Mer melotot ke arahnya. Menyuruhnya diam.
"Hidupku."
"Karena berita hari ini?"
"Bukan."
"Karena seseorang?"
Tepat sekali. Tapi Sean memilih diam.
serius menikmati setiap suapan beef burguignon yang terasa sedap.
"Makan Al. jangan sambil bicara."
"Iya... iya..."
Teguran Bibi Mer menyelamatkannya dari keharusan menjawab pertanyaan Aland.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Du Swapped Soul
70      25     0     
Fantasy
Apa kamu pernah berasumsi bahwa hidupmu lah yang paling sempurna? Apakah kamu pernah merasakan rasanya menjalani kehidupan orang lain? Dan apakah... kamu pernah mempunyai sahabat yang aneh, tapi setia? Kalau belum, kau akan menemukan semuanya di sini, di kehidupan Myung-Joo yang akan diperankan oleh Angel.
Jawaban
5      5     0     
Short Story
Andi yang digantung setelah pengakuan cintanya dihantui penasaran terhadap jawaban dari pengakuan itu, sampai akhirnya Chacha datang.
The Black Envelope
12      3     0     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
KATAK : The Legend of Frog
2      2     0     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
Republik Kerusuhan
18      3     0     
Romance
Putih abu-abu kini menjadi masa yang tidak terlupakan. Masa yang mengenalkan pada cinta dan persahabatan. Hati masih terombang-ambing kadang menjadi sesuatu yang mengecewakan, menyedihkan, kesenangan dan rasanya nano-nano. Meski pada akhirnya menjadi dewasa pada suatu masa dan membuat paham atas segala sesuatu. Serunya masa, mimpi yang setinggi angkasa, pertengkaran, di sini pula akan ada pemaham...
Dream
379      304     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
122      26     0     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
LELATU
3      3     0     
Romance
Mata membakar rasa. Kobarannya sampai ke rongga jiwa dan ruang akal. Dapat menghanguskan dan terkadang bisa menjadikan siapa saja seperti abu. Itulah lelatu, sebuah percikan kecil yang meletup tatkala tatap bertemu pandang. Seperti itu pulalah cinta, seringkalinya berawal dari "aku melihatmu" dan "kau melihatku".
ENAM MATA, TAPI DELAPAN
2      2     0     
Romance
Ini adalah kisah cinta sekolah, pacar-pacaran, dan cemburu-cemburuan
DELION
21      6     0     
Mystery
Apa jadinya jika seorang perempuan yang ceria ramah menjadi pribadi yang murung? Menjadi pribadi yang dingin tak tersentuh, namun dibalik itu semua dia rapuh sepert bunga i Dandelion tapi dia tidak bisa menyesuaikan dirinya yang mulai hidup di dunia baru dia belum bisa menerima takdir yang diberikan oleh tuhan. Kehilangan alasan dia tersenyum itu membuat dirinya menjadi kehilangan semangat. Lal...