Bab IV – Untuk Zico
Nadila tersenyum manis, menatap jendela kamarnya yang masih basah sisa hujan sejam yang lalu. Otaknya lagi memutar rekaman kesehariannya bersama dengan Aldika selama seminggu ini. Nadila merasa memiliki bunga bunga yang bertebaran dalam hatinya.
Getaran ponsel yang tergeletak di atas kasur mengalihkan perhatian Nadila. Dengan senyuman masih menghiasi wajah, Nadila bangkit dari kursi belajarnya kemudian melangkah menuju kasurnya, meraih ponselnya. Nama Zico tertulis di layar sebagai penelpon.
Dalam gerakan lambat, Nadila memilih terima. Nadila mendekatkan ponselnya ke telinga, seketika terdengar suara berat khas perokok milik Zico menyapanya dengan semangat. Nadila balas menyapa.
“Gue sudah memutuskan, Nad”
“Memutuskan apa, Zic?”
“Gue sama lo jalan hari ini”
“Hah?”
“Gue didepan rumah lo sekarang”
“Zico, lo yang jelas deh”
“Gue mau ngajak lo kencan hari ini, nggak boleh nolak, cuma boleh terima”
“Maksa banget”
“Gue tunggu”, ucap Zico kemudian mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Mata Nadila menatap tajam layar ponselnya seolah-olah layar ponselnya CCTV Zico atau minimal menampilkan wajah Zico. Nadila tidak suka di paksa dan Zico melakukan itu. Nadila mendengus.
Nadila tidak punya pilihan lain selain menerima ajakan Zico. Zico itu pacarnya dan selama enam bulan terakhir ini, pria itu sudah cukup setia menemaninya, mengantarnya pergi-pulang sekolah atau kemana saja.
Nadila mendekat ke lemarinya, mengeluarkan dress selutut berwarna putih polos berhiaskan mutiara pink di bagian pinggang. Nadila mengenakan dress itu kemudian menata rambutnya didepan cermin, lalu diam menatap pantulan wajahnya.
Mata Nadila berkaca-kaca. Dengan gerakan cepat dan kasar, Nadila mengusap kedua matanya. Mencegah air matanya menetes. Kenapa dirinya mudah sekali menangis? Nadila menyesali setiap saat dirinya menangis. Terlihat terlalu lemah, membenarkan pendapat yang berlaku di masyarakat, cewek itu lemah.
Nadila meraih tas santainya kemudian keluar dari kamarnya. Nadila menuruni anak tangga satu persatu dengan malas karena senyuman Aryan yang menggelikan. Nadila menatap galak Aryan dan cowok itu malah memberi respon dengan ketawa. Benar benar mengesalkan.
Nadila lewat didepan Aryan, sengaja, menginjak kaki kanan cowok itu. Aryan meringis kesakitan. Aryan kesal dan ingin protes akan tetapi menemukan Nadila ketawa lebar membuat ia beralih memilih tersenyum hangat. Aryan menyukai Nadila yang ketawa.
Nadila berlalu. Nadila tidak tahu jika Aryan setia menatapnya, tersenyum sembari melambaikan tangan untuknya. Nadila menyapa Zico yang sedang duduk menundukkan kepala di atas motornya.
“Hey”, sapa balik Zico lembut. Tetap duduk dengan kepala terangkat, mata menatap Nadila.
“Lo kesurupan setan apa hingga ngajak gue kencan, Zic?”, tanya Nadila sembari mendekat ke Zico.
“Memangnya harus kesurupan dulu baru ngajak pacar kencan?”, Zico bertanya balik. Menyodorkan helm putih bergambar hello kitty ke Nadila.
“Nggak juga, tapi ini terasa bukan lo”, jawab Nadila sembari menerima kemudian memakai helm sendiri.
“Gue pastiin lo nggak akan pernah nyesel jalan sama gue hari ini”
“Percaya diri banget”, ucap Nadila sembari naik di jok belakang motor Zico.
“Peluk”, ucap Zico setelah menyalakan mesin motornya.
“Nggak usah”, tolak Nadila. Biasanya Nadila pegangan sama tas Zico tapi cowok itu hari ini nggak bawah tas.
“Nanti lo jatuh”
“Nggak bakalan”
Zico mengalah. Motor melaju pelan keluar dari area halaman rumah Nadila. Berhenti sebentar sebelum kemudian melaju cepat menyusuri jalan raya yang ramai oleh kendaraan lainnya.
Nadila melirik kanan-kirinya bergantian. Cuaca cerah, aktivitas tepi jalan raya berjalan lancar. Penjual keliling terlihat beramai ramai memasarkan barang dagangannya, mulai dari bakso, es krim, cendol, ketoprak, es buah, dan lain sebagainya.
Nadila terlihat lebih senang ketika menyadari Zico membawanya memasuki area taman bermain. Nadila turun dari motor, melepaskan helm yang ia pake, meletahkan di jok belakang, kemudian pergi lebih dulu, meninggalkan Zico dibelakang. Nadila melangkah dengan semangat menyusuri jalan kecil taman. Menatap keramaian sekitar. Gerombolan anak-anak kecil yang asyik bermain balon. Pasangan kekasih yang duduk di taman, dengan kepala si cewek menyandar nyaman dibahu si cowok. Pasangan suami-istri yang melangkah beriringan, sang suami merangkul dan mengusap lembut rambut si istri. Keluarga yang bahagia, papa-mama yang tertawa bersama memanjakkan anak mereka yang bermain ayunan.
“Nad, kencan itu jalan berdampingan, beriringan, bukan sendiri-sendiri”, ucap Zico sembari menautkan jari-jari tangannya dengan jari-jari tangan Nadila.
Nadila jadi kebingungan sendiri harus memberi respon bagaimana. Zico menyadari itu. Zico mengusap lembut rambut Nadila dengan tangannya yang bebas. Nadila jadi semakin kebingungan sendiri.
“Nad, jangan mikirin apa-apa lagi, fokus sama kencan kita hari ini, ya?”
“Gue nggak mikirin hal lain, Zic”, ucap Nadila sembari menghadapkan tubuhnya ke Zico. “Gue sedang berpikir, respon terbaik gue atas sikap lo yang beda banget hari ini”, lanjut Nadila, kembali menghadapkan tubuhnya ke depan, kepala tertunduk.
Zico menganggukkan kepala. Zico tahu sejak awal hubungannya dengan Nadila itu hambar. Dirinya memang mengantar-jemput Nadila, tapi itu nggak spesial, tukang ojek juga bisa. Zico berpikir sejenak kemudian menoleh ke kiri-kanan dan langsung tersenyum ketika melihat penjual bunga.
“Gue tahu hubungan kita selama ini hambar dan gue harap hari ini gue bisa memberi warna baru dalam hubungan kita, Nad”
Nadila diam saja, otaknya masih memproses. Zico menganggukan kepala kemudian membawa Nadila ke penjual bunga. Mata Nadila membulat seketika, berhasil memahami perubahan Zico.
“Zic”, ucap Nadila pelan. Menahan tangan Zico yang baru akan membuka pintu toko bunga.
Zico menoleh ke Nadila, cewek itu menggelengkan kepala. Zico mengulas senyuman tulus dan hangat, mengusap lembut rambut Nadila. Zico sebenarnya selama ini sangat paham kalau Nadila tidak pernah yakin sayang atau hanya sekedar suka pada dirinya dan ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri kalau hari ini ia akan mengubah, membuat cewek itu menjadi yakin, suka, sayang pada dirinya.
“Accept the sweet moment from me, Nad”, ucap Zico pelan, menatap lembut Nadila.
Ucapan terdengar memohon di telinga Nadila. Tatapan menyiratkan permohonan di mata Nadila. Nadila menutup mata, meyakinkan dirinya untuk tidak mengecewakan Zico. Nadila membuka matanya perlahan lahan, tatapan menanti langsung tertangkap. Cewek itu mengulas senyuman.
“Awas kalo gue berakhir dapat lelahnya aja”
Zico ketawa mendengar ucapan Nadila barusan. Cowok itu menyentil pelan kening Nadila yang langsung di respon Nadila dengan tatapan tajam. Zico pura-pura memasang wajah ketakutan yang langsung di sambut Nadila dengan ketawa jahat.
“Ayo”, ajak Zico.
Zico mendorong santai pintu kaca toko bunga tanpa mengalihkan pandangan matanya dari Nadila. Lengkap dengan gestur tubuh, Zico mempersilahkan Nadila untuk masuk lebih dulu. Nadila tertawa kecil untuk itu.
Nadila memilih sisi kiri sementara Zico memilih sisi kanan. Zico melepaskan tautan jari jemari mereka. Nadila tersenyum, sedikit menundukkan kepala untuk menghirup aroma bunga. Membuat tenang seperti aroma lilin pewangi yang biasa Trisna buatkan untuknya. Nadila jadi ke inget Trisna.
“Apa kabar, Tris? Lo baik baik saja, kan? Maafin gue yang pergi malam itu”, ucap Nadila dalam hati. Satu dua tetes air mata milik dirinya menyapu wajahnya. Nadila mengusap wajahnya.
“Nad”, panggil Zico.
Nadila membalikkan tubuhnya. Tersenyum ceria ke Zico agar cowok itu nggak tahu kalau ia lagi kacau memikirkan Trisna. Nadila meraih ke delapan tangkai bunga yang sedang Zico sodorkan kepadanya.
“Makasih”, ucap Nadila.
“Bunganya cantik seperti lo, Nad”
“Hahaha”, gombalan Zico terdengar kaku di telinga Nadila.
Zico ikut ketawa. Zico menyadari dirinya bukan cowok romantis. Zico merangkul Nadila, membawa Nadila keluar dari toko bunga menuju bagian tengah taman bermain yang berhiaskan bunga dan air mancur.
“Duduk manis tunggu gue disini, ya, Nad?”
Nadila menganggukan kepala. Tidak bertanya Zico mau kemana. Zico pun hanya mengulas senyuman kemudian berlari meninggalkan Nadila.
Nadila menatap ke depan setelah menaruh ke delapan tangkai bunga pemberian Zico di sisi kanannya. Nadila bersenandung menikmati pandangan didepannya. Pasangan anak kecil yang sedang bermain ayunan.
Nadila menjadi nggak sadar akan hal lain di sekitarnya. Zico yang kembali sembari membawa dua gelas es krim rasa cokelat tersenyum melihatnya, senang melihat senyuman dan ketenangan Nadila.
Zico mendekat dan duduk di sisi kiri Nadila. Menyodorkan segelas es krim Nadila tanpa mengatakan apa-apa dan mengikuti arah pandang Nadila.
“Makasih”, ucap Nadila sembari menerima segelas es krim yang Zico sadarkan tanpa mengalihkan pandangan matanya.
“Lo pernah salah tingkah karena gue, Nad?”, ucap Zico tanpa mengalihkan pandangan matanya.
“Hah?”, Nadila menoleh, menatap kaget Zico.
“Nggak pernah, ya? Gue tunggu, Nad”
“Zic, lo nyadar nggak, sih, hari ini, lo itu nggak konsisten, kadang jelas, kadang nggak jelas”
“Gue mau kita sama seperti pasangan yang lainnya, Nad”
Nadila diam.
@Sama,BerbedaSemuanyaMenyenangkanDiSituasiTerbaik@
Nadila dan Zico memilih makan siang di pinggir jalan. Semangkuk bakso untuk Nadila dan sepiring batagor untuk Zico. Segelas air dingin untuk Nadila dan segelas teh dingin untuk Zico. Mereka diam, sama-sama sibuk menyantap makanan masing-masing.
Selesai makan dan bayar, Zico membawa Nadila ke studio foto. Zico ingin setidaknya mereka pernah sekali berfoto bersama, dirinya memiliki foto yang bisa dijadikan bukti kalau Nadila itu pacarnya. Zico tersenyum lebar ke kamera sementara Nadila hanya mengulas senyuman tipis.
Selesai foto, Zico membawa Nadila keliling nggak jelas dengan motornya. Nadila menutup mata, merentangkan kedua tangannya, menikmati angin. Zico memperhatikan Nadila melalui spion motornya. Zico tersenyum.
“Lo mau boneka, Nad?”, tanya Zico.
“Cewek itu nggak suka ditanya-tanya, Zic”
Zico tertawa. Zico mengarahkan motornya untuk belok memasuki halaman parkir sebuah mall besar. Zico memarkirkan motornya. Nadila turun dari motor dalam keadaan bingung.
“Kita kesini mau ngapain, Zic?”
“Banyak, nonton, makan, nyalon, belanja”
“Gue nggak suka nonton, nggak laper, nggak tertarik nyalon dan nggak lagi butuh sesuatu”, Nadila tidak melepas helmnya.
“Nad”
“Pulang aja, yuk?”, ajak Nadila.
“Gue mau kita sama seperti pasangan lainnya, Nad”, tolak Zico sembari melepaskan helm dari kepala Nadila.
Nadila merapikan rambutnya. Zico memandanginya sambil mengulas senyuman. Nadila harus konsisten, dirinya untuk hari ini secara khusus tidak akan mengecewakan Zico. Nadila menganggukan kepala sembari mengulas senyuman tulus.
Zico langsung merespon. Zico menggenggam pergelangan tangan Nadila, membawa cewek itu masuk ke dalam mall bersamanya.
Lantai satu yang penuh dengan berbagai pakaian dan sepatu bermerek, Zico dan Nadila telusuri. Lantai dua yang penuh dengan berbagai bahan masakan dan peralatan dapur, Zico dan Nadila telusuri juga. Terakhir, lantai tiga yang penuh dengan aneka permainan yang nge-tren di tahun 2012 tidak hanya ditelusuri, mereka bermain.
Zico memenangkan permainan, menghadiahkan boneka raksasa berbentuk beruang untuk Nadila. Nadila tersenyum ketika menerimanya, bahkan memeluknya. Makan es krim di kafe adalah kegiatan terakhir mereka di mall tersebut. Nadila benar benar nggak mau nonton.
@Sama,BerbedaSemuanyaMenyenangkanDiSituasiTerbaik@
Pilihan Terbaik
78
39
0
Romance
Kisah percintaan insan manusia yang terlihat saling mengasihi dan mencintai, saling membutuhkan satu sama lain, dan tak terpisahkan.
Tapi tak ada yang pernah menyangka, bahwa di balik itu semua, ada hal yang yang tak terlihat dan tersembunyi selama ini.
Who Is My Husband?
223
99
0
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?!
Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku.
Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??
About us
339
163
0
Romance
Krystal hanya bisa terbengong tak percaya. Ia sungguh tidak dirinya hari ini.
CUP~
Benda kenyal nan basah yang mendarat di pipi kanan Krystal itulah yang membuyarkan lamunannya.
"kita winner hon" kata Gilang pelan di telinga Krystal. Sedangkan Krystal yang mendengar itu langsung tersenyum senang ke arah Gilang.
"gue tau"
"aaahh~ senengnya..." kata Gila...
Hati Yang Terpatahkan
31
20
0
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
As You Wish
5
5
0
Romance
Bukan kisah yang bagus untuk dikisahkan, tapi mungkin akan ada sedikit pelajaran yang bisa diambil.
Kisah indah tentang cacatnya perasaan yang biasa kita sebut dengan istilah Cinta.
Berawal dari pertemuan setelah 5 tahun berpisah, 4 insan yang mengasihi satu sama lain terlibat dalam cinta kotak. Mereka dipertemukan di SMK Havens dalam lomba drama teater bertajuk Romeo dan Juliet Reborn.
Karena...
Sanguine
80
30
0
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
Cinta Tak Terduga
52
41
0
Romance
Setelah pertemuan pertama mereka yang berawal dari tugas ujian praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia di bulan Maret, Ayudia dapat mendengar suara pertama Tiyo, dan menatap mata indah miliknya. Dia adalah lelaki yang berhasil membuat Ayudia terkagum-kagum hanya dengan waktu yang singkat, dan setelah itupun pertemanan mereka berjalan dengan baik. Lama kelamaan setelah banyak menghabiskan waktu...
Mencintaimu di Ujung Penantianku
51
33
0
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti...
Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal..
Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti...
Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi...
Tak ada yang menetap dalam keabadian...
Dan aku...masih disini...
Why Joe
9
9
0
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
Petualang yang bukan petualang
59
35
0
Fantasy
Bercerita tentang seorang pemuda malas bernama Ryuunosuke kotaro yang hanya mau melakukan kegiatan sesuka kehendak nya sendiri, tetapi semua itu berubah ketika ada kejadian yang mencekam didesa nya dan mengharuskan dia menjadi seorang petualang walupun dia tak pernah bermimpi atau bercita cita menjadi seorang petualang. Dia tidaklah sendirian, dia memiliki sebuah party yang berisi petualang pemul...
Duh gila. Keren banget ini mahhh
Comment on chapter Prolog