Read More >>"> When the Winter Comes (Bab 11) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - When the Winter Comes
MENU
About Us  

Pagi itu hujan lebat menyirami Surabaya dan sekitarnya, kemudian berhenti pada siang hari, namun cuaca masih mendung dan kemungkinan untuk hujan lagi sangat besar. Udara menjadi sejuk namun sama sekali tidak mempengaruhi kinerja mereka yang bekerja di rumah sakit.

Jean sedang berada di ruang IGD menangani seorang balita lelaki lucu berusia 3 tahun yang menderita sakit perut akut lewat dari 24 jam. Menurut diagnosa dr. James, kemungkinan besar balita itu menderita invaginasi intestine--usus bergeser ke dalam usus itu sendiri. Penyakit yang sangat jarang terjadi pada anak dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. James langsung menghubungi dokter anak dan bedah anak untuk berdiskusi dan mendapat diagnosa lanjutan untuk penanganan medis lebih jauh.

Wajah balita itu mulai kebiruan dan bibirnya pecah-pecah karena menangis tanpa henti. Ia tidak dapat diberikan minum karena apapun yang masuk kedalam mulutnya akan dimuntahkan. Jean hanya bisa membantu memasangkan infus yang mana cukup sulit mengingat balita itu terus bergerak gelisah. Ibu si balita dilarang masuk karena respon emosionalnya dapat mengganggu pasien lainnya. Hanya ayahnya yang menunggu di dalam sambil memegangi tangan balita tersebut dan tak henti-hentinya berdoa dan memberikan kata-kata penghiburan. Mata Jean berkaca-kaca melihatnya.

James kembali bersama beberapa dokter tepat saat bayi kehilangan kesadaran. Jean segera memanggil dokter untuk bergerak cepat. James meneriakkan beberapa macam obat sementara dr. Lisa--dokter bedah anak--meminta Jean menyiapkan ruang operasi. Sebelum melesat pergi, ia mencengkram lengan James dan memohon, "selamatkan dia James."

 

 

Lagi? Kemari? Devlin menarik nafas di depan pintu maple dengan papan nama hitam berhias huruf emas--dr. Cassandra. Devlin mengetuk tiga kali kemudian mendorong gagang pintu terbuka. Cas mempersilahkan Devlin duduk setelah pintu ditutup.

"Ada temuan baru Cas? Kupikir semua laporan sudah selesai tiga hari lalu waktu aku kemari untuk interogasi korban peledakan kapal?" Devlin bertanya sembari dikelilinginya pandangan ke sekitar ruangan. Jendela di samping tempat duduknya memperlihatkan pemandangan diluar yang mendung. Awan hitam mulai bergerak menyelimuti langit, pemandangan jam tiga sore itu seperti jam lima sore.

Cassandra menarik nafas, matanya terpaku pada jari tangannya yang dimainkan. Ia tidak tau memulai dari mana. "Dev, maafkan aku. Hari ini aku tidak memanggilmu untuk membahas kasus."

Devlin mencondongkan tubuhnya, "ada apa Cas? Dimana kau butuh bantuanku?"

"Kau tidak sibuk, betul?" katanya menatap mata Devlin. Baru kali ini Devlin melihat ke mata sedih Cas, biasanya mata itu selalu tertawa dan berkilat riang.

"Kalau aku sibuk, aku tidak akan berada disini Cas. Kau tau pekerjaan nomor satu untukku." Benarkah? Pikiran sinis terlintas dalam pikirannya. Setelah pertemuan dengan Jean terkahir kali, Devlin merasa hari-harinya lebih hidup. Ia bangun setiap hari dengan harapan bisa bertemu Jean. "Aku bahkan kemari dengan menumpang mobil Setyo. Aku pikir hari ini akan seharian di kantor jadi tidak perlu bawa mobil."

"Dev, aku ingin tau ... ," suaranya mengambang di udara. "Mengenai kau dan Jean."

Devlin terpaku sebentar kemudian mendengus sinis. "Kurasa kalau itu kau bisa bertanya lewat telepon, Cas." Gantian Devlin menatap ke jari-jarinya yang memainkan tempat pensil Cas yang terletak di pinggiran meja. "Itu hal yang sama sekali tidak penting."

"Benarkah, Dev?" Cas seakan-akan menyuarakan apa yang ada di pikirannya. Devlin menghela nafasnya dengan berat.

"Ya." Bohong.

"Kalau begitu aku tetap ingin tau siapa Jean. Masa lalu kalian." Desak Cas memajukan tubuhnya. Dibetulkannya letak kacamatanya yang berbingkai perak.

"Untuk apa, Cas? Apa hubungannya denganmu?" Devlin menjadi sedikit tersinggung dengan desakan Cas untuk mengetahui masa lalunya terutama dengan Jean. "Hubungan kita strictly professional."

"Menurutmu begitu?" Cas seperti terpukul dan segera memundurkan tubuhnya ke sandaran tinggi kursi putarnya. "Apakah kau tau kalau ... kalau aku menyukaimu? Nah, sudah kukatakan sejujurnya kalau aku menyukaimu, sangat."

Devlin menatap tidak percaya, maksudnya dia selalu tau Cas menyukainya namun tidak pernah terpikir Cas akan menyuarakan perasaannya. Apakah dia orang yang kejam yang alih-alih menolak atau menghindar dari wanita yang menyukainya, Devlin cenderung memprovokasi mereka untuk menyatakan perasaannya.

"Cas, kau bercanda ya? Baik, kalau kau mau tau, akan kuberitau semuanya. Tanyalah." Ketimbang membahas perasaan Cas terhadapnya yang mana Devlin tau bahwa pada akhirnya dia akan harus mematahkan hati Cas, akan lebih baik jika membahas mengenai dirinya, mengenai Jean.

"Siapa Jean?" Cas memajukan lagi tubuhnya, kini matanya berkilat penasaran.

"Tidakkah aku mendapatkan kopi mungkin atau teh? Ruangan ini begitu dingin."

"Ah~ ikut aku." Cassandra bangkit dan meninggalkan ruangan diikuti Devlin. Mereka naik satu lantai ke lantai tiga untuk privasi. Lorong lantai tiga itu diperuntukkan pemeriksaan dengan alat-alat medis canggih seperti mesin MRI, CT scan, Cath-lab, mesin-mesin fisioterapi, serta di sayap sebelahnya berjejer ruang operasi. Lorong itu agak sepi hari ini, hanya beberapa orang keluarga pasien duduk di ruang tunggu menanti hasil operasi.

Di lorong itu pasangan suami istri menangis. Sang istri bahkan tidak sanggup berdiri dan harus ditopang suaminya. Ketika mengalihkan pandangannya, matanya bertemu mata James, dan ekspresi mereka berdua mengeras. Jean sedang dalam pelukan James, terisak-isak. Cassandra menyadari tatapan dingin keduanya seperti dua ksatria beradu pedang es. Dan menggandeng setengah menarik lengan Devlin melewati James, sementara James memeluk lebih erat, mengubur Jean di dadanya.

Cas dan Devlin masuk ke ruang pantry lantai tiga dan Devlin duduk disana. Hening. Cas menyalakan lampu dan tangannya bekerja membuat kopi dengan mesin kopi instan. Beberapa menit kemudian kopi sudah tersaji di depan mereka.

"Kau masih mengatakan tidak ada apa-apa dengan Jean?" Kata Cas tajam. Devlin hanya melihat tanpa emosi kearah Cas.

"Memang tidak ada apa-apa antara aku dan Jean. Tidak dulu dan tidak sekarang, Cas. Kami hanya teman. Sekarang sulit untuk bahkan mengatakan kami berteman." Devlin menyeruput Americano-nya perlahan dan meniupkan udara panasnya ke telapak tangannya. Cas dengan sabar menunggu Devlin melanjutkan.

"Luka-luka ditubuhku sembuh karena tangannya. Jean menyelamatkanku, berkali-kali. Luka parah maupun ringan. Jadi aku seperti bergantung padanya, kami menjadi dekat. Sangat dekat." Devlin menyeruput lagi perlahan sambil mengulang masa-masa perkenalannya dengan Jean, ketika mereka masih manusia lugu. Devlin tersenyum pada dinding kosong. Cas bahkan tidak menyentuh kopinya.

"Kemudian kukenalkan dia pada Mike, teman yang seperti saudaraku. Mike menikahinya setahun kemudian. Kami tetap berteman, sampai di suatu operasi berbahaya, Mike meninggal." Cas memperhatikan wajah Devlin yang berubah warna seakan-akan darahnya ditarik gravitasi bumi.

Devlin menarik nafas dan melihat cangkirnya yang hampir kering dan direguknya sekaligus. "Kemudian, ada tawaran pindah ke Surabaya dan aku menerimanya. Kami putus kontak setelah itu. Baru di acara sponsorship kemarin aku bertemu Jean lagi setelah dua tahun tanpa kabar." Devlin menatap Cas dan seakan baru sadar dimana dia sekarang, dia mengerjap-ngejapkan matanya. "Apakah kau akan minum latte-mu?"

"Neah ... untukmu, minumlah." Cas menyodorkan cangkir kopinya ke Devlin. "Kau mencintainya."

Devlin terbatuk-batuk mendengar kata-kata Cas barusan, itu bukan pertanyaan, itu pernyataan. "Perlu kuluruskan sesuatu padamu Cas. Aku tidak akan jatuh cinta pada siapapun." Satu kebohongan lainnya, pikirnya pahit.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (60)
  • Kangchi77

    Wih keren. Latar korea tapi misteri. Mantaaappp

    Comment on chapter Prolog
  • kimmie912

    Wadaw mantap,latar korea tapi genrenya misteri. Kereenn,

    Comment on chapter Prolog
  • aisalsa09

    Korea broooo asek

    Comment on chapter Prolog
  • ReonA

    @tytyland kagak sad kok heheh. Makasih ya kak udh mau mampirr

    Comment on chapter Prolog
  • tytyland

    Sad ????, bagus semangat ?

    Comment on chapter Prolog
  • ReonA

    @Gichan Wahh makasih kak. Kalau berkenan, tolong like and review yaa ????

    Comment on chapter 1. Meeting
  • Gichan

    Keren.. Keren. Saya suka.

    Comment on chapter 1. Meeting
  • ReonA

    @Ayu_chyn hehe makasihh kk

    Comment on chapter 2. [Not] Same
  • Ayu_chyn

    Kak ceritanya keren, aku baru pertama kali baca crita kyk gini?

    Comment on chapter 2. [Not] Same
  • Ardhdee

    Wihh mantap ceritanyaaa. First time nemu cerita korea SPY giniii.

    Comment on chapter 1. Meeting
Similar Tags
Rela dan Rindu
193      125     0     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
Kinanti
0      0     0     
Romance
Karena hidup tentang menghargai yang kamu miliki dan mendoakan yang terbaik untuk masa nanti.
Nafas Mimpi yang Nyata
12      12     0     
Romance
Keinginan yang dulu hanya sebatas mimpi. Berusaha semaksimal mungkin untuk mengejar mimpi. Dan akhirnya mimpi yang diinginkan menjadi nyata. Karna dengan Usaha dan Berdoa semua yang diinginkan akan tercapai.
Shades Of Nuance
61      46     0     
Romance
"seandainya kita diciptakan untuk menjadi satu, pasti suatu saat kita akan bertemu – Putri Zein" "aku selalu teringat tentang pertama kali aku bertemu dengan mu, kau hanya menatapku datar bukan tatapan memuja. Seorang siswi pindahan yang selalu membuatku muak, dengan kelakuan nya yang selalu ikut campur urusan orang lain. – Choi Min Ho" "mata kami saling bertemu, m...
With you ~ lost in singapura
11      10     0     
Fan Fiction
Chaeyeon, seorang siswi SMA yang sangat berani untuk pergi menyusul Tae-joon di Paris. Chanyeol, seorang idol muda yang tengah terlibat dalam sebuah skandal. Bagaimana jika kedua manusia itu dipertemukan oleh sebuah takdir?
UnMate
33      25     0     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
SHEINA
6      6     0     
Fantasy
Nothing is Impossimble
DanuSA
970      408     0     
Romance
Sabina, tidak ingin jatuh cinta. Apa itu cinta? Baginya cinta itu hanya omong kosong belaka. Emang sih awalnya manis, tapi ujung-ujungnya nyakitin. Cowok? Mahkluk yang paling dia benci tentu saja. Mereka akar dari semua masalah. Masalalu kelam yang ditinggalkan sang papa kepada mama dan dirinya membuat Sabina enggan membuka diri. Dia memilih menjadi dingin dan tidak pernah bicara. Semua orang ...
High School Second Story
102      67     0     
Romance
Pekrjaan konyol yang membuat gadis berparas cantik ini kembali mengingat masa lalunya yang kelam. Apakah dia mampu menyelesaikan tugasnya? Dan memperbaiki masa lalunya? *bayangkan gadis itu adalah dirimu
Flowers
12      12     0     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.