Read More >>"> When the Winter Comes (2.2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - When the Winter Comes
MENU
About Us  

Hani merasa malam ini dia harus berbicara dengan Gavril tentang apa yang sudah diceritakan oleh Aneska kemarin. Hani benar-benar merasa kesal dengan adik laki-laki satu-satunya itu.

Pintu kamar Gavril tidak terkunci. Biasanya jika keadaan begitu, Gavril sedang bersantai. Hani pun langsung membuka pintu kamar Gavril tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Ternyata Gavril sedang memainkan gitar miliknya sambil bernyanyi, tetapi Hani tidak tahu lagu apa yang dinyanyikan oleh adiknya itu. Didengar dari nada lagu tersebut, lagu itu menggambarkan perasaan Gavril yang sedang sedih.

Setelah Hani duduk di kursi dekat meja belajar Gavril, barulah Gavril menyadari kedatangan kakaknya itu. Gavril meletakkan gitarnya lalu berjalan mendekati Hani.

"Ada apa, Kak? Tumben Kakak ke sini," tanya Gavril.

Hani memang jarang datang ke kamar Gavril karena mereka lebih sering memilih ruang keluarga sebagai tempat untuk berbicara. Tapi kali ini Hani merasa ruang keluarga bukanlah tempat yang cocok.

"Kakak mau ngomong ke kamu tentang hal penting dan tolong kamu jujur ke Kakak," jawab Hani kemudian dia beranjak dari tempat duduknya lalu mempersilakan Gavril untuk duduk. Gavril hanya mengangguk lalu duduk di kursi itu.

"Kamu kenal sama Aneska?" tanya Hani. Hani memang sengaja memulai dari hal itu agar Gavril lebih mudah untuk mengetahui apa maksud dirinya mengajak Gavril berbicara.

Gavril mengangguk.

"Kenapa kamu nyuruh dia buat jagain Ella biar dia gak pacaran dan jadiin Kakak sebagai ancaman?" tanya Hani. Kali ini Hani langsung to-the-point.

Gavril tediam, dia masih memikirkan apa jawaban yang akan diberikan oleh Hani. Tapi, Gavril merasa dia harus jujur kepada kakaknya itu, harus. "Aku nyuruh dia karena aku masih sayang sama Ella, Kak. Aku gak mau Ella punya pacar lagi, karena aku bakal nembak dia lagi waktu aku udah putus sama Erlyne. Dan aku jadiin Kakak sebagai ancaman biar dia mau ikutin suruhan aku."

Hani mengangguk, sebenarnya dia sudah tahu bagaimana teori yang dibuat oleh adiknya itu. Tujuan Hani bertanya kembali adalah agar dia mengetahui apakah adiknya jujur kepadanya atau malah sebaliknya. Dan ternyata adiknya itu jujur.

"Kenapa kamu gak cerita ke Kakak kalau kamu putus sama Ella dan kamu udah jadian sama cewek itu?" tanya Hani.

"Emang Kakak peduli aku pacaran sama siapa?" tanya Gavril.

Pertanyaan Gavril benar-benar membuat Hani terdiam untuk pertama kalinya. Hani menyadari kalau dirinya sangat jarang untuk mencari tahu tentang pacar Gavril. Tapi, Hani sama sekali tidak seperti yang Gavril katakan. Hani peduli dengan Gavril, maka dari itu saat ini Hani berbicara berdua dengan Gavril.

"Kakak peduli sama kamu, makanya sekarang Kakak ada di sini. Kakak mau kamu sadar kalau apa yang kamu lakukan itu salah, Gav. Kamu tahu gak? Gara-gara ancaman kamu, Aneska jadi mikir macam-macam tentang Kakak, dia kira Kakak yang buat Kenzie hancur dan sampai ngelawan orangtua," ucap Hani panjang lebar.

Kali ini Gavril terdiam, apa yang diucapkan oleh Hani benar. Gavril sudah tahu apa yang akan diterima oleh Hani, tetapi pada saat itu, Gavril sama sekali tidak peduli akan hal itu. Dan mendengar ucapan Hani membuat Gavril merasa bersalah. Sangat-sangat bersalah.

"Kak, aku minta maaf," ucap Gavril memohon maaf kepada Hani.

"Bagus, kamu sadar akan kesalahan yang kamu buat. Dan sekarang Kakak mau kamu sadar akan satu hal," ucap Hani.

Gavril terdiam, dia menunggu hal apa yang akan diberitahu oleh Hani. Entah kenapa saat ini Gavril sedikit merasa lega karena dia sudah menceritakan sebagian kisahnya kepada Hani.

"Kakak mau kamu sadar, kalau cara kamu untuk mempertahankan Ella itu salah, Gav. Kamu gak perlu ngelakuin hal yang udah kamu lakukan sebelumnya, karena apa? Karena itu percuma, Gav. Percuma kamu berusaha mempertahanin dia apalagi dengan cara yang salah.

"Dan kamu perlu tau, Gav, Ella lagi dekat sama cowok lain, dan Kakak harap kamu jangan sampai ngerusak kebahagian mereka. Kamu relain mereka berdua, kalau kamu masih sayang sama Ella, mending kamu alihkan perasaan itu ke cewek baru kamu," ucap Hani panjang lebar.

Gavril kembali terdiam mendengar ucapan Hani. Gavril tahu semua itu. Gavril tahu kalau Ella dekat dengan laki-laki lain dan Gavril juga tahu siapa laki-laki itu.

"Kak, makasih ya," ucap Gavril pada akhirnya.

"Iya, sama-sama, dan Kakak mau kamu ngomong ke Aneska kalau kamu membatalkan semua rencana aneh kamu itu," pesan Hani kemudian dia berjalan keluar dari kamar Gavril.

Hani berharap Gavril benar-benar sadar akan kesalahannya dan mau berubah. Sekarang, Hani tinggal punya satu masalah. Masalah tentang siapa perempuan yang membuat Kenzie menjadi berubah di depan keluarganya.

Sementara Gavril, sebenarnya dia masih tidak rela kalau dia harus membiarkan Ella dengan laki-laki lain. Tetapi, dia harus melakukan hal itu, dan Gavril juga akan mencoba mengalihkan rasa sayangnya kepada Ella untuk Erlyne.

***


Aneska sedang menunggu kedatangan Farhan di depan pagar rumahnya. Tadi, Aneska memberitahu kepada Farhan kalau Kenzie pergi keluar rumah dan sepertinya Kenzie akan pergi dengan perempuan itu. Farhan pun menyuruh Aneska untuk menunggu di rumahnya dan Farhan segera menuju rumah Aneska.

"Nes," panggil seseorang dari belakang Aneska. Aneska langsung membalikkan badannya dan mendapati Farhan duduk di atas motornya. "Lo naik cepetan."

Kemudian Aneska naik ke motor Farhan.

"Kayaknya sekarang kita pergi ke club itu dulu, oh ya, lo udah izin sama Mama lo?" tanya Farhan.

Aneska mengangguk. "Udah."

Farhan pun menghidupkan kembali mesin motornya lalu mengendarainya ke club tempat Farhan melihat Kenzie dengan perempuan yang tidak diketahui identitasnya itu.

Memerlukan waktu sekitar dua puluh lima menit untuk sampai ke club itu. Menurut Aneska jarak dari rumahnya ke club itu cukup jauh. Mungkin Kenzie memilih tempat yang jauh agar tidak ketahuan oleh orang terdekatnya, tetapi sayang, Farhan mengetahuinya.

Farhan memarkirkan motornya di parkiran sebuah minimarket yang lokasinya dekat dengan club itu. Ketika mesin motor Farhan benar-benar berhenti, Aneska pun turun. Farhan juga melakukan hal yang sama dengan Aneska ketika dia sudah menaruh helm di atas motornya.

"Lo mau kita langsung masuk apa gimana?" tanya Farhan.

"Mending kita cari motornya Bang Kenzie aja dulu di parkiran sana," jawab Aneska. Aneska tidak mau mereka langsung masuk ke club itu karena menurut Aneska tidak seharusnya dia masuk ke dalam club itu.

Farhan mengangguk lalu ia berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Aneska.

Untung saja motor yang terparkir di club itu bisa terhitung oleh jari mereka, karena biasanya orang yang datang ke club itu menggunakan mobil.

"Ada gak, Nes?" tanya Farhan. Farhan tidak ikut mencari motor Kenzie karena dia tidak tahu bagaimana bentuk motor dan nomor polisi motor Kenzie.

Aneska menggeleng, dia tidak menemukan motor Kenzie. Otak Aneska tiba-tiba teringat akan satu hal, yaitu Farhan tadi pergi tidak menggunakan motor, tetapi menggunakan mobil. "Oh ya, gue baru inget, Bang Kenzie pergi naik mobil, bukan motor."

Farhan menggeleng-gelengkan kepalanya, sifat Aneska dari dulu sampai sekarang tetap saja sama, tidak berubah. "Lo inget nomor polisinya kan? Biar gue bantu cari."

"Inget, tapi sini hape lo," jawab Aneska.

Farhan pun mengambil ponsel yang ada di saku celananya kemudian memberikan kepada Aneska yang sudah menjulurkan tangannya terlebih dahulu. Setelah ponsel Farhan sudah digenggamnya, Aneska langsung mengetikkan nomor polisi mobil Kenzie. Cara seperti ini lebih mudah daripada harus menghafal, menurut Aneska. Jelas dia berpikir seperti itu karena dia adalah seorang yang mudah lupa akan sesuatu.

Aneska mengembalikan ponsel Kenzie kepada Kenzie setelah dia selesai mengetikkan nomor polisi mobil Kenzie. "Nih."

Farhan mengambil kembali ponselnya lalu membaca nomor polisi yang diketikkan oleh Aneska sebelumnya. "Ya udah, ayo, parkirannya di bawah."

Kemudian Aneska dan Farhan pun berjalan menuju parkiran mobil yang terletak di bawah. Benar saja, jumlah mobil yang terparkir di parkiran beberapa kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan motor yang terparkir tadi.

"Gue cari ke kiri, lo cari ke kanan, nanti kita bakalan ketemu kalau lo ikuti arahan gue karena ini parkiran pola persegi," suruh Farhan.

Aneska mengangguk.

"Nanti kalau lo udah ketemu, lo misscall gue aja, begitu juga gue," pesan Farhan.

Aneska mengangguk, lagi, kemudian saat Farhan sudah berjalan ke kiri, Aneska juga ikut berjalan tetapi ke arah kanan. Aneska melihat mobil-mobil yang terparkir di sisi kanan dan sisi kiri dirinya, tetapi sejauh ini Aneska belum menemukan mobil Kenzie.

Tiba-tiba ponsel Aneska bergetar, ternyata itu panggilan masuk dari Farhan, kemungkinan Farhan menemukan mobil Kenzie. Setelah panggilan dari Farhan berhenti, Aneska langsung mengirimkan pesan kepada Farhan.

Aneska Deniza: Gimana? Lo ketemu sama mobil Bang Kenzie?

Farhan Keenan: Bukan mobilnya aja, Nes, gue ketemu sama Bang Kenzienya langsung

Aneska jelas sangat kaget dan panik ketika selesai membaca pesan dari Farhan.

Farhan Keenan: Lo sekarang balik ke minimarket tadi, tenang aja, Bang Kenzie lagi mabuk jadi kalaupun lo ketemu, dia gak bakal ngenalin lo

Farhan Keenan: Biar lo gak kenapa-napa, lo jgn nunggu pas di parkirannya, lo masuk aja ke dalam minimarket itu

Farhan Keenan: Gue bakal balik sekitar sepuluh menit lagi

Aneska Deniza: Oke

Tanpa berpikir lagi, Aneska langsung mengikuti perintah Farhan. Untung saja saat hendak naik ke atas, Aneska tidak bertemu dengan Kenzie. Dan saat sudah sampai di parkiran motor club, Aneska langsung berjalan dengan cepat menuju minimarket karena dia sebenarnya takut untuk jalan sendiri saat malam hari, ditambah lagi, lokasinya sekarang bukanlah lokasi yang ia kenal.

"Selamat datang, selamat berbelanja, kami sedang ada promo yang bisa Mbak lihat di beberapa rak makanan dan minuman kami," ucap pelayan minimarket itu saat Aneska baru saja masuk ke dalam.

Aneska hanya membalas ucapan pelayan itu dengan anggukan dan senyumannya. Aneska berjalan menuju rak minuman karena tidak bisa dipungkiri, angin malam membuat dirinya sedikit mengantuk dan ingin meminum minuman. Untung saja Aneska membawa sedikit uang jadi dia bisa membeli minuman.

Aneska memutuskan untuk tidak langsung membayar minuman yang sedang ia genggam itu, karena ada dua alasan, yang pertama Aneska takut jika berada di luar sendirian dan yang kedua Aneska bisa menyejukkan badannya di dalam minimarket ini. Istilah lainnya adalah ngadem.

Farhan sudah merasa cukup dengan foto-foto perempuan yang bersama dengan Kenzie tadi, perempuan itu sama dengan yang waktu lalu dia lihat. Farhan pun segera menuju ke minimarket. Jujur, Farhan sedikit khawatir dengan keadaan dia.

Farhan tidak melihat keberadaan Aneska di parkiran, itu berarti Aneska mengikuti perintahnya untuk menunggu di dalam minimarket. Farhan masuk ke dalam minimarket dan langsung disambut oleh pelayan yang berjaga di dekat pintu masuk.

"Mbak, tadi ada cewek yang masuk sini kan?" tanya Farhan memastikan kepada si pelayan kalau Aneska benar-benar berada di minimarket ini.

"Ada, Mas, banyak banget lagi," jawab pelayan itu.

"Oh ya udah, makasih ya, Mbak," ucap Farhan lalu berjalan menjauhi pelayan itu. Farhan sengaja mempersingkat percakapan mereka karena jika Farhan tetap berbicara dengan pelayan itu, Farhan sama saja membuang-buang waktunya.

Akhirnya Farhan menemukan Aneska di rak makanan. Ya, karena merasa bosan berada di rak minuman, Aneska memutuskan untuk berpindah tempat tadi.

Belum sempat Farhan memanggil Aneska, Aneska sudah terlebih dahulu melihat kedatangan Farhan. Aneska pun berjalan mendekat ke tempat Farhan berdiri.

"Gimana, Han?" tanya Aneska.

"Gue udah dapet fotonya, nanti gue bakalan nunjukin waktu udah sampai rumah," jawab Farhan.

Aneska hanya mengangguk, Aneska tahu ini bukan tempat yang cocok untuk membicarakan hal itu. Mereka berdua keluar dari minimarket itu tetapi sebelumnya Aneska membayar terlebih dahulu minuman yang sedaritadi ia pegang.

***


Sama seperti saat mereka pergi ke club tadi, butuh waktu sekitar dua puluh lima menit untuk sampai ke rumah Aneska.

"Lo singgah kan, Han?" tanya Aneska sembari turun dari motor Farhan.

Farhan mengangguk, dia memang harus singgah sebentar di rumah Aneska untuk membicarakan temuannya tadi.

Melihat anggukan Farhan, Aneska membuka pagar rumahnya setelah itu Farhan pun mengendarai motornya agar masuk ke halaman rumah Aneska.

"Kira-kira mama lo udah tidur belum?" tanya Farhan.

"Gue gak tau sih, tapi kalau lo mau tempat yang aman, berarti kita harus ke lapangan basket Bang Kenzie," jawab Aneska.

"Ya udah, ayo," ajak Farhan.

Mereka berdua duduk di kursi yang merupakan tempat Kenzie biasa duduk jika dia sedang istirahat saat bermain bola basket.

"Ini fotonya," ucap Farhan sambil menunjukkan layar ponselnya kepada Aneska.

Tetapi yang Aneska lihat bukanlah sebuah foto tetapi sebuah pemberitahuan bahwa ada panggilan masuk. Farhan tidak menyadari hal itu karena dia mematikan notifikasi ponselnya.

"Ada incoming call," ucap Aneska.

Farhan melihat layar ponselnya. "Bentar, ya." Kemudian Farhan beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan sedikit agar Aneska tidak dapat mendengar pembicaraannya dengan orang yang menghubunginya. Jelas Farhan tidak mau, karena yang menghubunginya adalah pacarnya.

Hampir lima menit kemudian, barulah Farhan kembali duduk di samping Aneska. "Maaf tadi itu-"

"Iya gue udah tau," kata Aneska memotong ucapan Farhan. Aneska sudah tahu itu karena tadi dia melihat nama orang itu.

Entah kenapa Farhan merasa bersalah kepada Aneska, padahal seharusnya Farhan tidak perlu merasakan perasaan itu.

"Udah, lo gak usah gitu. Oh ya, mana fotonya?" tanya Aneska mengalihkan pembicaraan mereka ke pembicaraan sebenarnya. Aneska benar-benar tidak mau rencananya kali ini gagal hanya karena sesuatu yang seharusnya sudah tidak penting lagi.

Farhan sedikit lega karena Aneska sudah dapat bertingkah lebih dewasa sekarang. Kemudian Farhan kembali membuka aplikasi galeri lalu menunjukkan layar ponselnya kepada Aneska.

"Bentar deh, kok kayaknya cewek itu mirip sama seseorang?" tanya Aneska kepada Farhan.

"Nah kan, gue udah bilang sama lo, gue pernah lihat dia di sekolah," jawab Farhan.

"Kalau masih di sekolah mungkin gue bisa cari tau sendiri. Lo kirim deh fotonya ke gue," suruh Aneska.

"Nanti bakalan gue kirim, tenang aja. Dan gue juga bantu lo kalau gue ketemu sama cewek itu di sekolah," ucap Farhan.

"Makasih ya, Han, lo udah mau bantu gue sampai akhirnya gue tau muka cewek gila itu," ucap Aneska berterima kasih kepada Farhan yang sudah mau membantunya sampai malam hari seperti sekarang.

"Iya sama-sama, kalau gitu gue pulang dulu, ya? Udah malam soalnya," pamit Farhan.

Aneska mengangguk. "Hati-hati ya, Han. Btw, lo tutup pager sendiri bisa kan?"

"Bisalah, kayak gak pernah ke sini aja gue lo buat," jawab Farhan lalu berjalan menjauhi Aneska.

Saat Aneska masuk ke rumah, dia mendapati ibunya baru saja keluar dari kamar. Itu berarti ibunya belum tidur. Aneska segera menghampiri ibunya itu.

"Mama, belum tidur?" tanya Aneska.

"Mama kebangun karena ada suara pagar, itu siapa? Kenzie?" tanya Rena.

Aneska menggeleng. "Tadi itu Farhan, Ma. Kan Aneska pergi sama dia tadi."

"Oh iya, Mama lupa, tapi Kenzie kemana ya? Kamu tau gak?" tanya Rena.

Aneska diam sejenak, dia sedang memikirkan jawaban atas pertanyaan mamanya barusan. Tidak mungkin jika Aneska langsung mengatakan kalau Kenzie sedang mabuk.

"Bang Kenzie nginap di kost temannya, Ma, soalnya ada tugas kelompok gitu katanya," jawab Aneska, jelas berbohong. Aneska tahu Kenzie tidak mungkin pulang makanya dia menjawab seperti itu.

"Oh, ya udah, Mama tidur lagi, ya? Kamu jangan tidur larut malam," pesan Mama lalu kembali ke kamarnya.

"Maafin Anes, Ma," ucap Aneska sambil berjalan menuju kamarnya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (60)
  • turinahrohibbah

    Duh gila. Keren banget ini mahhh

    Comment on chapter Prolog
  • maratus1234

    Wah, baru nemu nih cerita korea tapi ada unsur misterinya. KEREN

    Comment on chapter Prolog
  • Ahraahn221

    Huaa, gila. Keren banget. Berasa nonton drama korea ini maahhh

    Comment on chapter Prolog
  • Arrachung21

    Duh, inikah namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Hehe, aku suka banget ama ini ceritaaaaaaaa

    Comment on chapter Prolog
  • ReonA

    @kimmie912 Iya kak, makasih

    Comment on chapter Prolog
  • ReonA

    @Kangchi77 Iya, makasih kak

    Comment on chapter Prolog
  • ReonA

    @nananggg Makasih kak :)

    Comment on chapter Prolog
  • ReonA

    @AriffRahman Makasih kak :D

    Comment on chapter Prolog
  • AriffRahman

    Kereeeennnnnn keren banget ceritanya. Berasa nonton KMis. Korean mystery.

    Comment on chapter Prolog
  • nananggg

    Kereeeeeenn

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
If Is Not You
264      159     0     
Fan Fiction
Kalau saja bukan kamu, mungkin aku bisa jatuh cinta dengan leluasa. *** "Apa mencintaiku sesulit itu, hmm?" tanyanya lagi, semakin pedih, kian memilukan hati. "Aku sudah mencintaimu," bisiknya ragu, "Tapi aku tidak bisa melakukan apapun." Ia menarik nafas panjang, "Kau tidak pernah tahu penderitaan ketika aku tak bisa melangkah maju, sementara perasaank...
For Cello
105      69     0     
Romance
Adiba jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu ia gapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang ia sanggup menikmati bayangan dan tidak pernah bisa ia miliki. Seseorang yang hadir bagai bintang jatuh, sekelebat kemudian menghilang, sebelum tangannya sanggup untuk menggapainya. "Cello, nggak usah bimbang. Cukup kamu terus bersama dia, dan biarkan aku tetap seperti ini. Di sampingmu!&qu...
Sekilas Masa Untuk Rasa
92      69     0     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Aku benci kehidupanku
8      8     0     
Inspirational
Berdasarkan kisah nyata
Black World
68      48     0     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
When Heartbreak
86      58     0     
Romance
Sebuah rasa dariku. Yang tak pernah hilang untukmu. Menyatu dengan jiwa dan imajinasiku. Ah, imajinasi. Aku menyukainya. Karenanya aku akan selalu bisa bersamamu kapanpun aku mau. Teruntukmu sahabat kecilku. Yang aku harap menjadi sahabat hidupku.
Pilihan Terbaik
146      84     0     
Romance
Kisah percintaan insan manusia yang terlihat saling mengasihi dan mencintai, saling membutuhkan satu sama lain, dan tak terpisahkan. Tapi tak ada yang pernah menyangka, bahwa di balik itu semua, ada hal yang yang tak terlihat dan tersembunyi selama ini.
Pangeran Benawa
417      192     0     
Fan Fiction
Kisah fiksi Pangeran Benawa bermula dari usaha Raden Trenggana dalam menaklukkan bekas bawahan Majapahit ,dari Tuban hingga Blambangan, dan berhadapan dengan Pangeran Parikesit dan Raden Gagak Panji beserta keluarganya. Sementara itu, para bangsawan Demak dan Jipang saling mendahului dalam klaim sebagai ahli waris tahta yang ditinggalkan Raden Yunus. Pangeran Benawa memasuki hingar bingar d...
Rela dan Rindu
219      134     0     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
13      12     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...