Read More >>"> Aku Tidak Berlari (Waktu Melindas, Semuanya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Tidak Berlari
MENU
About Us  

Satu lompatan panjang, melambung dan terukur, menjejakkan tumit pada bak pasir. Tepuk tangan, riuh redam, ucapan selamat. Takjub dan salut. Dari arah yang berbeda, datang teriakan lantang dari tengah lapangan, nyanyian paduan suara, derap sepatu tiga pengibar bendera. Kujejakkan kaki di pinggir lapangan, mengitari pandangan, berusaha untuk lebur bersama keramaian para murid. Kubayangkan reaksi mereka yang memendam curiga pada seorang lelaki dengan pakaian kusut, berdiri di pinggir lapangan, mengamati sekelilingya dengan tatap tak pasti. Sedang menawarkan produk apa lelaki itu? Apakah dia sedang mengintai salah satu dari kita? Bisa saja mereka berpikir seperti itu. Bisa saja, dan boleh saja. Tapi tidak demikian.

 

Aku tidak pernah tertarik dengan perempuan yang jauh di bawah usiaku. Aku juga bukan sales, dan tidak menawarkan produk apa pun. Malah, aku memandang diriku sendiri sebagai produk. Produk sekolah ini.

 

Selajur keringat turun dari pelipisku. Terdedah di bawah matahari, hanya diteduhi dahan yang minim daun, aku tak bisa menjangkau sedikit pun gelegak semangat yang mereka pancarkan. Waktu telah melindas masa-masa itu menjadi sebatas kilas-kilas. Aroma keringat sehabis olahraga, degup jantung menjelang Ujian Nasional, serta perasaan gelisah akan terbawa ke mana hidup ini, semua itu kerap melingkupi sekujur tubuhku, bercampur dengan udara yang sama sekali tak bisa digenggam. Kini, setelah melalui semua itu, aku sama sekali tak sekokoh tiang bendera, juga tak sebangga bendera itu sendiri, yang berkibar-kibar merengkuh awan.

 

Di pinggir lapangan, aku lebih mirip kaleng minuman yang penyok teronggok di samping sepatuku, abai pada dirinya sendiri. Satu hembusan angin datang, menerbangkan debu, sampah plastik, juga rok para siswi. Waktu itu, mungkin aku akan langsung membatu, berkelahi dengan diri sendiri, memutuskan apakah ikut mata-mata yang lain, menebak-nebak warna paha yang tersingkap. Kuhela nafas, dalam dan panjang. Sekarang, dengan beban yang semakin berat tertahan di punggung dan hatiku, bahkan desahan paling erotis di dunia ini tidak mampu mengangkat ereksi di dalam celanaku. Aku berbalik, menjauh dari pinggir lapangan, melangkah ke sana; ke ruang khusus bagi mereka yang bermasalah. Ruang BK*.

 

Seperti asap, aku menelusur koridor, diterangi lampu redup yang hidup-mati dan menegluarkan bunyi desing yang aneh. Setiap kali aku berpapasan dengan siapa saja, tidak ada mata yang mengenaliku. Tidak ada sapaan selamat datang, atau lama tidak jumpa, atau sekarang bekerja di mana. Aku terus berjalan,  menjelajah anak tangga, meresapi dingin pada pegangannya yang memantulkan bayang wajahku. Lalu, aku mendapati bahwa ruang itu masih di tempat yang sama. Aku merasa sedikit lega. Setidaknya, jauh perjalananku ke sini membuahkan hasil.

 

Setelah kuketuk pintu, butuh waktu lima menit bagiku untuk tahu bahwa ada orang di dalam ruangan itu. Sempat aku hendak berlari, membatalkan niat awalku untuk masuk.

 

“Ya, bisa saya bantu?”

 

Suara tua. Rambut putih yang menyeluruh. Punggung yang agak membungkuk. Guru itu masih orang yang sama, namun dengan sampul yang telah berbeda. Tentu saja, pikirku. Waktu telah melindas semuanya.

 

Kami berjabat tangan. Kuperkenalkan diri, dan meski kulihat ia diselaput ragu, akhirnya Guru BK itu mengizinkan aku untuk masuk. Kutarik punggung kursi, kusilangkan kaki, dan jam, pada angka berapa pun yang ia tunjuk, langsung memberi peringatan, bahwa pintu menuju lorong kelam itu telah resmi ia buka. Detik-detiknya adalah sandi, yang hanya mengizinkan diriku untuk paham, bahwa akan ada penyesalan setelah ini.

 

“Ada hal yang ingin saya ceritakan.”

 

*

 

Kipas angin berhasil mengenyahkan gerah di balik pakaianku. Setidaknya aku akan bercerita dalam kondisi yang nyaman, sehingga tidak boleh ada alasan bagiku untuk terbata-bata dengan alasan ruang yang sempit terlalu banyak buku, juga panas. Begitu kukatakan bahwa ada hal yang ingin kuceritakan, mengenai seorang siswi yang bernama Yana, Guru BK menghadang kelanjutan kata-kataku dengan telapak tangannya. Ia beranjak dari kursi, ke luar ruangan, dan kembali lagi dengan secangkir teh hangat.

 

“Polyana,” kata Guru BK. Entah mengapa saat ia mengucapkan nama itu, leherku meremang. Masih ada keraguan di dalam hatiku untuk membebaskan semua cerita ini. Tapi jika bukan pada orang yang ada di depanku sekarang, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi yang dapat kupercaya sebagai wadah untuk menampung semuanya. Semua kegelisahan yang terus menerus kutahan, yang tak menghasilkan apa-apa selain rasa bersalah dan kehampaan. Hanya pada orang ini, hanya di dalam ruang ini. aku membatin, berkali-kali.

 

“Apa yang ingin kau ceritakan tentang Polyana?”

 

“Semuanya.”

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Purple Ink My Story
0      0     0     
Mystery
Berawal dari kado misterius dan diary yang dia temukan, dia berkeinginan untuk mencari tahu siapa pemiliknya dan mengungkap misteri yang terurai dalam buku tersebut. Namun terjadi suatu kecelakaan yang membuat Lusy mengalami koma. Rohnya masih bisa berkeliaran dengan bebas, dia menginginkan hidup kembali dan tidak sengaja berjanji tidak akan bangun dari koma jika belum berhasil menemukan jawaban ...
Flower
3      3     0     
Fantasy
Hana, remaja tujuh belas tahun yang terjebak dalam terowongan waktu. Gelap dan dalam keadaan ketakutan dia bertemu dengan Azra, lelaki misterius yang tampan. Pertemuannya dengan Azra ternyata membawanya pada sebuah petualangan yang mempertaruhkan kehidupan manusia bumi di masa depan.
Bukan kepribadian ganda
64      17     0     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
66      18     0     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
That Snow Angel
54      3     0     
Romance
Ashelyn Kay Reshton gadis yang memiliki kehidupan yang hebat. Dia memiliki segalanya, sampai semua itu diambil darinya, tepat di depan matanya. Itulah yang dia pikirkan. Banyak yang mencoba membantunya, tetapi apa gunanya jika dia sendiri tidak ingin dibantu. Sampai akhirnya dia bertemu dengannya lagi... Tapi bagaimana jika alasan dia kehilangan semuanya itu karena dia?
About us
161      38     0     
Romance
Krystal hanya bisa terbengong tak percaya. Ia sungguh tidak dirinya hari ini. CUP~ Benda kenyal nan basah yang mendarat di pipi kanan Krystal itulah yang membuyarkan lamunannya. "kita winner hon" kata Gilang pelan di telinga Krystal. Sedangkan Krystal yang mendengar itu langsung tersenyum senang ke arah Gilang. "gue tau" "aaahh~ senengnya..." kata Gila...
School, Love, and Friends
159      31     0     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Cinta dan Benci
69      9     0     
Romance
Benci dan cinta itu beda tipis. Bencilah sekedarnya dan cintailah seperlunya. Karena kita tidak akan pernah tau kapan benci itu jadi cinta atau sebaliknya kapan cinta itu jadi benci. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku, apakah ini hanya mimpi? Apakah aku harus kabur? Atau aku pura-pura sakit? Semuanya terasa tidak masuk akal"
As You Wish
2      2     0     
Romance
Bukan kisah yang bagus untuk dikisahkan, tapi mungkin akan ada sedikit pelajaran yang bisa diambil. Kisah indah tentang cacatnya perasaan yang biasa kita sebut dengan istilah Cinta. Berawal dari pertemuan setelah 5 tahun berpisah, 4 insan yang mengasihi satu sama lain terlibat dalam cinta kotak. Mereka dipertemukan di SMK Havens dalam lomba drama teater bertajuk Romeo dan Juliet Reborn. Karena...
I FEEL YOU AS A HOME
27      5     0     
Romance
Ini seriusan, lho. Bagi Lentera Kamasean, dikejar-kejar cowok sekece Al Virzha Diemen Salim bukanlah berkah, melainkan musibah. Karena, sejak kehadiran cowok itu, hidupnya yang setenang langit malam di tengah samudra mendadak kacau kayak kota yang baru disapu puting beliung. Kesal, sebal, benci, marah, dan muak, semua itu Lentera rasakan serta lalui seorang diri sampai pahlawannya datang. Lalu ...