Read More >>"> Sekotor itukah Aku (Trying to Flee) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekotor itukah Aku
MENU
About Us  

Ali sudah berdiri di depan gerbang laboratorium tua yang ditemukannya pagi tadi. Dipandanginya gerbang itu, selain digembok, gerbang itu juga diikat rantai, seolah menegaskan kalau tidak ada seorang pun yang boleh memasukinya. Dan di balik gerbang itu, sebuah bangunan tua dengan cat yang sudah mengelupas seolah menantang Ali untuk memasukinya jika pria itu memiliki keberaninan. Ali tampak berpikir sejenak.

Dengan ketinggian salju, aku rasa cukup mustahil bagiku dapat memasuki laboratorium itu tanpa diketahui.

Ali berjalan mengelilingi dinding yang memeluk gedung laboratorium itu dengan sangat posesif. Ali berharap dapat menemukan jalan masuk lain. Harapannya terkabul saat menemukan sebuah lubang yang cukup besar di dinding bagian belakang gedung itu. Cukup besar untuk dimasuki seorang pria dewasa dengan cara merayap. Dan anehnya, lubang itu seolah jarang tersentuh salju, sebuah fakta yang menguatkan dugaan Ali.

Dari dekat, gedung laboratorium tua itu terlihat amat tidak terawat dan sedikit menakutkan. Bukan hanya hampir semua catnya sudah mengelupas, beberapa kayu penyangganya terlihat sudah lapuk seolah gedung itu bisa runtuh kapan saja. Rumput liar hampir setinggi betis yang kini berselimut salju tampak tumbuh di sekelilingnya, begitu juga dengan semak dan pohon besar yang rantingnya tumbuh liar. Mereka seolah berusaha menyembunyikan keberadaan laboratorium itu.

Ali melangkah hati–hati menuju pintu yang terlihat sudah rusak, engsel yang paling bawah sudah terlepas dari kayu kusennya membuat pintu itu seolah setengah menggantung di sisi kusen. Dengan perlahan, Ali menyusupkan tubuhnya ke sela–sela pintu dan memasuki laboratorium tua itu.

Bagian dalam bangunan itu tidak jauh lebih baik dari yang terlihat dari luar. Tidak ada penerangan, pada bagian langit–langitnya hanya terdapat fitting plafon tanpa lampu. Kaca jendela yang kusam hanya mengijinkan sedikit cahaya dari luar menembusnya. Ruang pertama yang menyambut Ali hanya terdiri dari dua buah sofa panjang, sebuah meja dan sebuah dispenser di sudut ruangan. Sepertinya disinilah tempat para peneliti beristirahat sejenak.

Ali terus melangkah ke dalam dengan hati–hati tanpa melonggarkan tingkat kewaspadaannya. Setelah melewati koridor yang tidak terlalu panjang, Ali tiba di sebuah ruangan yang terlihat sangat berantakan, seolah pernah terjadi sebuah pergulatan hebat di ruangan itu. Dan walaupun terlihat samar, Ali dapat melihat noda darah di banyak tempat pada ruangan itu.

Sepertinya ini tempat mereka melakukan penelitian. Seharusnya aku bisa mendapatkan sesuatu dari tempat ini.

Ali menyisir ruangan itu, berusaha menemukan apa pun yang dapat dijadikannya petunjuk. Tabung reaksi, jarum suntik, monitor rusak, jeruji besi, dan... mata Ali tertumbuk pada sebuah benda yang menarik perhatiannya. Ali mendekat dan memperhatikan benda itu dengan seksama.

Aku rasa ini bisa menjadi petunjuk. Tapi aku perlu bantuan seseorang untuk itu.

Ali segera mengambil benda itu, tepat saat itu matanya kembali menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya.

♥♥♥♥♥

 

Acara makan malam tadi benar–benar terasa sangat tidak nyaman. Pandangan curiga dan tuduhan masih terlontar di antara mereka. Rena dan Karl yang merasa sangat tidak nyaman dengan aura permusuhan dan saling curiga langsung keluar tanpa suara dari kafetaria begitu menghabiskan makan malam mereka. Tidak lama setelah keduanya pergi, Annette yang merasa canggung dan sedih juga keluar dari kafetaria. Sementara professor Gregory terlihat berbincang dengan Elizabeth dan Nicolas.

Karl melangkahkan kakinya menuju ruangan General Service Department untuk melakukan sesuatu yang sudah ditundanya beberapa kali. Kali ini Karl sudah meyakinkan dirinya kalau dia harus melakukannya sekarang. Karl harus segera menemukan apa yang diinginkannya dan segera keluar dari pabrik ini.

Sedangkan Rena memutuskan untuk mencari referensi lain dan melanjutkan pekerjaannya yang terbengkalai sejak mereka berdelapan terkurung di pabrik. Setidaknya dengan larut dalam pekerjaan, Rena tidak akan terlalu memikirkan hal lain yang tidak penting baginya. Tapi ada sesuatu yang tidak disadari gadis itu, ada sepasang mata yang sejak  tadi mengawasi dirinya.

Rena sedang berjalan di koridor menuju perpustakaan ketika sepasang lengan yang kokoh terulur ke arahnya dari sisi kanannya. Telapak tangan yang lebar dan kuat langsung membekap mulut Rena sedangkan tangan lainnya melingkar melewati pinggangnya dan mencengkram erat pergelangan tangan kanan Rena. Tubuh Rena kemudian menghilang dari koridor, masuk ke dalam sebuah ruangan tertutup yang sangat gelap.

Tapi sepertinya ruangan itu tidak terlalu gelap bagi sosok yang menyergapnya. Karena sosok itu terus menggiring Rena ke salah satu sisi ruangan itu dan gadis mengikutinya tanpa perlawanan. Rena terlalu terkejut untuk dapat berpikir, apalagi melakukan perlawanan.

Rena dapat merasakan hembusan nafas pemilik sepasang tangan itu di puncak kepalanya, nafas itu terasa sedikit memburu. Dan ketakutan mulai merambati gadis itu, segala keberanian yang tadi pagi ditunjukannya saat menantang Ali seperti menguap entah kemana. Rena bahkan lupa dengan keberadaan botol spray berisi larutan asam yang berada di saku kanan celananya. Secara intuitif, Rena mencoba menggapai lengan yang membekap mulutnya dengan tangan kirinya yang bebas. Sedikit cakaran mungkin bisa membuat bekapannya mengendur, atau setidaknya itu yang diharapkan Rena.

Ternyata harapan Rena tidak menjadi kenyataan. Saat kuku–kukunya menyentuh lengan penyergapnya, Rena merasakan cengkraman di tangan kanannya makin kuat dan membuatnya meringis. Sepertinya kalau sampai Rena menancapkan kuku–kukunya di lengan penyergapnya, pergelangan tangannya hampir dapat dipastikan akan diremukkan. Rena membatalkan niatnya dan sebagai ganti menancapkan kukunya, gadis itu melingkari pergelangan tangan penyergapnya.

Si... siapa? Tangan ini... tangan ini terlalu besar dan kokoh untuk ukuran oj?–sama6) angkuh itu... dan ini... orang ini memakai pakaian lengan panjang? Apa mungkin... Fred? Atau jangan–jangan... Nicolas? Tapi kenapa dan... untuk apa? Apa aku akan menjadi korban selanjutnya?

“Aku akan melepaskan bekapannya hanya kalau kau berjanji tidak akan berteriak,” suara penyergapnya terdengar mengancam.

Rena mengangguk lemah. Detik berikutnya, bekapan pada mulut Rena perlahan mengendur sampai benar–benar terlepas. Begitu pula dengan cengkraman di pergelangan tangan kanannya, perlahan–lahan mengendur sampai benar–benar terlepas. Ada kelegaan menjalari hati Rena, tapi di saat yang sama gadis itu juga merasa tegang dan takut.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Berteriak minta tolong? Tapi apakah akan ada seseorang yang akan mendengar teriakanku dan datang menolongku atau hasilnya sama saja dengan melakukan hara–kiri? Atau mungkin sebaiknya aku lari dari sini... tapi kemana, ruangan ini terlalu gelap...

♥♥♥♥♥

 

Sementara itu, Karl yang sudah tiba di ruangan General Service Department langsung mulai melakukan pencariannya. Karl ingat pernah melihat benda incarannya di meja Ian Liu, berarti dia harus memulai pencariannya dari meja kerja Ian. Dan itu tidak akan menjadi hal yang mudah mengingat kondisi meja kerja Ian yang dipenuhi kertas dan benda–benda lain secara tidak beraturan.

“Berengsek! Kenapa meja kerjanya berantakan seperti ini? Raksasa putih itu harus belajar untuk lebih terorganisasi,” sungut Karl sambil berusaha merapikan meja kerja Ian.

Karl langsung larut dalam pekerjaan barunya, berusaha menyingkirkan tumpukan kertas yang berantakan di atas meja kerja Ian. Waktu sudah berlalu 20 menit dan Karl masih larut dalam pekerjaan barunya sampai tidak menyadari kalau ada seseorang yang memasuki ruangan. Sosok itu terlihat berdiri tidak jauh di belakangnya, memperhatikannya dengan penuh rasa ingin tahu.

Karl baru menyadari sosok itu lima menit kemudian. Saat merasa ada yang sedang mengawasinya, Karl langsung menyentuh kunci Inggris yang tergantung di pinggang dengan tangan kanannya. Kemudian pria berbalik dengan cepat, bersiap untuk menghantamkan kunci Inggris itu ke kepala siapa pun yang tadi mengendap–endap masuk tanpa disadarinya dan sedang mengawasinya sampai saat ini.

“DEMI BERUANG PANGGANG!!” pekik Karl terkejut saat mendapati siapa yang sedang mengawasinya.

Dengan susah payah, Karl berusaha menghentikan tangan kanannya mengayunkan kunci Inggris ke kepala seseorang yang saat ini berdiri di hadapannya

“Annette Bakker, berapa kali kubilang, jangan diam saja kalau berdiri di belakangku?” Karl memasang wajah masam kemudian mendekat lalu menyentil pelan dahi gadis di hadapannya dengan jari–jarinya yang besar.

“Jangan salahkan aku, Karl. Kau sendiri yang terlalu serius bekerja sampai tidak menyadari kehadiranku!” Anne mengerucutkan bibir mungilnya sambil mengelus lembut dahinya yang sama sekali tidak sakit.

“Memangnya apa yang sedang kau cari?” tanyanya kemudian.

“Kunci mobil,” jawab Karl santai.

“Nah, ayo cepat bantu aku mencarinya. Kalau ketemu, akan kutraktir pancake favoritmu nanti,” sambung Karl.

Sebuah senyuman lebar langsung tersungging di wajah Anne. “Benar yah, traktir… janji lho.”

Karl tampak meringis sebelum akhirnya tertawa keras dan menjawab, “Tentu saja, kau boleh memesan apa pun yang kau suka pada Maddie nanti.”

“Kalau cari kunci mobil, coba cari di laci bagian bawah. Biasanya Ian menyimpannya disana.”

Karl langsung menarik laci bagian bawah meja kerja Ian. Anne memang benar, di dalamnya memang terdapat kunci mobil. Tapi bukan hanya sebuah kunci mobil, di dalam laci itu terdapat banyak kunci, termasuk kunci gudang, kunci gembok dan kunci lainnya.

“Sial!” rutuk Karl.

Pria itu melemparkan kunci–kunci di tangannya hingga terdengar bunyi gemerincing sementara sepasang matanya tampak menerawang jauh.

“Karl, untuk apa kau mencari kunci mobil? Apa kau mau bermobil di badai salju seperti ini?”

“Eh? Oh… mungkin saja, Anne, jika ada kendaraan yang sesuai.”

“Tentunya dengan persiapan yang matang, termasuk bahan bakar cadangan, bekal makanan dan beberapa minuman “penghangat”. Jauh lebih baik dari pada menunggu diam disini, bukan?” sambung Karl.

“Kau akan membawa kami semua keluar dari sini?”

Sebuah pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh Karl. Rasanya dia tidak mungkin mengajak semuanya pergi, bagaimana jika pelaku pembunuhan Nieru memang salah seorang di antara mereka? Pelakunya pasti akan dengan mudah menghilangkan semua bukti yang ada dan lagi ada kemungkinan pelakunya kembali melancarkan aksi dalam perjalanan mereka.

“Itu... tergantung kendaraan yang aku temukan tapi... mungkin akan lebih baik kalau hanya beberapa orang saja yang pergi mencari bantuan,” jawab Karl dengan hati–hati sambil memperhatikan reaksi Annabell.

“Hmmmmm... aku rasa kau ada benarnya, Karl. Beberapa orang saja yang pergi mencari bantuan.”

“Bagaimana kalau kita yang pergi mencari bantuan?” tawar Carl hati–hati.

“Kedengarannya menyenangkan. Tapi... aku takut kecerobohanku justru akan menyusahkan.”

Karl hanya bungkam mendengar jawaban Annette.

“Anne...”

Annette menengadahkan wajahnya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar cara Karl memanggil namanya. Pria bertubuh tambun itu tampak memandanginya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Aku akan pergi ke hanggar dan melihat kuda besi apa yang akan kutemukan di sana. Dan selama aku tidak ada di dekatmu, berjanjilah satu hal padaku.”

Annette hanya mengerjapkan matanya bingung. Karl tersenyum tipis.

“Berjanjilah untuk menjaga dirimu, jangan biarkan seorang pun menyakitimu.”

“Uuuuhm... tentu saja, aku janji padamu, Karl,” jawab Annette sedikit ragu.

Kemudian, tanpa diperintah, tangan kanan Karl terjulur melewati bahu kiri Annette dan mendarat di punggung gadis itu. Perlahan, Karl menarik gadis itu mendekat ke dalam pelukannya. Karl memeluk gadis itu sebentar kemudian melepaskannya setelah sebelumnya mengecup lembut puncak kepala Annette.

Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Kalau begini, bukankah aku tidak jauh berbeda dengan pria Hispanic itu, sial!

“Nah, jaga dirimu, Anne,” kata Karl kemudian cepat–cepat berbalik dan berjalan menuju hanggar.

Aku berjanji Anne, aku akan segera mengeluarkanmu dari tempat terkutuk ini. Aku akan menemukan kendaraan untuk keluar dari tempat ini dan memastikan tidak akan ada seorang pun yang dapat menyakitimu. Tidak seorang pun.

♥♥♥♥♥

 

Rena masih berdiri mematung ketika penyergapnya meraih pergelangan tangan kanannya, gadis itu terkesiap. Jantungnya berdetak begitu cepat dan tanpa sadar Rena menahan nafasnya.

“Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin meminta bantuan,” kata penyergapnya seolah mengetahui apa yang dirasakan gadis itu.

“A... aku... aku tidak takut,” jawab Rena sambil mengumpulkan keberaniannya yang tadi sempat tercecer.

“Bagus.”

Penyergapnya membimbing Rena ke suatu tempat kemudian menyalakan sebuah lampu. Cahaya temaramnya langsung memenuhi ruangan itu. Sekarang Rena dapat melihat ruangan tempatnya disekap, sebuah gudang yang sudah tidak terpakai. Rena memperhatikan ruangan itu sampai sepasang matanya menangkap sosok yang tadi menyergapnya.

“K...”

Sebelum Rena sempat berseru lantang, tangan kanan pria di hadapannya langsung membungkam mulutnya untuk kedua kalinya. Rena menatap pria di hadapannya dengan tatapan marah. Sementara pria itu hanya menghembuskan nafas kesal.

“Sudah kubilang, aku hanya ingin minta bantuanmu. Saat ini tidak ada seorang pun yang bisa kupercaya. Apa kau mau membantuku?” kata pria itu.

Rena tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menganggukan kepalanya.

“Bagus, dan ingat... jangan berteriak,” kata pria itu sebelum akhirnya melepaskan bekapannya perlahan–lahan.

“Jadi, apa yang kau inginkan?” tanya Rena angkuh.

“Dengar... tadi aku menyusup masuk ke laboratorium tua,” pria itu sengaja memberi jedah untuk melihat reaksi Rena.

Sepasang mata Rena tampak tak acuh. Di sisi lain, gadis itu merasa sedikit kagum dengan keberanian Ali menyusup ke dalam laboratorium tua itu.

“Mau tahu apa yang kudapatkan?” Ali tampak tersenyum memikat membuat jantung Rena berdetak sedikit lebih cepat, hanya sedikit lebih cepat.

“Jangan bertele–tele, langsung katakan saja apa yang kau inginkan,” kata Rena berusaha bersikap ketus.

“Aku menemukan ini,” Ali menyodorkan beberapa lembar kertas yang tadi diambilnya dari sebuah clip board yang tergeletak di lantai laboratorium ke hadapan Rena.

“Aku hanya mengambil beberapa lembar agar tidak dicurigai,” jelas Ali saat Rena meraih lembaran–lembaran itu dan mulai membacanya.

Gadis itu melihat penuh minat ke arah catatan dan grafik yang terlihat di atas kertas itu. Sudah lama sekali Rena tidak melihat catatan dan grafik seperti ini, tepatnya sejak gadis itu memutuskan untuk bekerja di Brown Chemical Company.

“Ini terlihat seperti laporan penelitian transgene,” gumam Rena.

“Aku juga menemukan ini,” Ali menyodorkan beberapa preparat dan sebuah cawan petri yang didapatkannya.

“Apa itu specimen GMO7)?” Tanya Rena penuh rasa ingin tahu sambil menatap kedua tangan Ali.

“Mung... dengar, per... nona yang tahu segalanya, kalau aku tahu apa ini maka kau tidak akan berada disini,” jawab Ali ketus sambil menggoyang–goyangkan preparat di tangan kanannya.

“Hei... hati–hati!” Seru Rena sambil mengambil preparat dan cawan petri dari tangan Ali.

Rena memperhatikan preparat itu dengan seksama. Dia menduga–duga sel apa yang kemungkinan ada di dalamnya, sel tanaman, sel serangga, sel mikroorganisme, atau sel tikus dan hewan mamalia lain yang biasa dijadikan kelinci percobaan. Tapi percobaan untuk apa, menemukan obat dari suatu penyakit, menciptakan spesies super, atau membuat senjata biokimia?

“Apa kau bisa mencari tahu eksperimen apa yang sedang mereka lakukan?” pertanyaan Ali yang terdengar sedikit tidak sabar langsung menyadarkan Rena.

“Entahlah... aku tidak yakin bisa memberikan apa yang kau inginkan. Tapi kelihatannya menarik, aku akan berusaha mencari tahu,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari cawan petri di tangan kirinya dan beberapa preparat di tangan kanannya.

“Tapi sebelum itu, aku harus mencari mikroskop,” gumam Sera pada dirinya sendiri.

“Bagus! Satu lagi, jangan beritahukan siapa pun tentang ini. Termasuk kepada tua bangka itu,” kata Ali setengah mengancam.

Rena tertegun. Saat ini memang tidak ada seorang pun yang dapat dipercaya. Dan jika Ali meminta bantuannya berarti pria itu juga mencurigai Fredie. Tapi kenapa? Rena memperhatikan benda–benda yang didapatkannya dari Ali dan membiarkan berbagai hal menari–nari di kepalanya.

Akhirnya Rena mengangguk mantap, “Aku mengerti, saat ini memang sulit untuk mempercayai seorang pun,” katanya.

“Bisakah kau melakukannya dengan cepat? Masih ada banyak hal lain yang harus dipastikan dan semua jawabannya harus didapat sebelum bulan purnama,” kata Ali sedikit hati–hati.

“Kenapa harus sampai bulan purnama?”

“Entahlah... Instingku mengatakan kalau korban berikutnya akan muncul saat bulan purnama.”

Instingmu? Kenapa aku harus mempercayai instingmu? Tapi... lebih cepat jawabannya ditemukan lebih baik, bukan? Aku rasa untuk kali ini aku terpaksa mempercayai pria ini.

“Lalu... bagaimana caranya kita keluar dari sini tanpa dicurigai?” tanya Rena akhirnya.

“Mudah saja... kau keluar duluan, tidak usah pedulikan aku,” jawab Ali santai.

Rena tergoda untuk memprotes usul pria itu, tapi pada akhirnya dia menurutinya. Sera menyembunyikan semua benda yang diberikan Ali di balik jas labnya kemudian bergegas keluar ruangan itu.

♥♥♥♥♥

 

Begitu tiba di hanggar, Karl langsung mengernyitkan keningnya. Tidak ada satu pun kendaraan yang terpakir di sana. Karl baru saja hendak keluar ketika matanya menangkap sesuatu yang tersembunyi di sudut hanggar. Karl melihat sesuatu yang ditutupi kain terpal berwarna kecokelatan yang berdebu dan terlihat terabaikan.

Perlahan tapi pasti, Karl mendekati benda itu. Dari kejauhan, tampaknya benda yang ditutupi terpal itu adalah semacam mobil besar, mungkin jeep. Begitu tiba di sisi benda itu, Karl langsung menarik terpal penutupnya. Debu berterbangan, membuat Karl terbatuk–batuk dan menghalangi pandangannya untuk beberapa saat. Ketika badai debu itu berakhir dan Karl dapat melihat dengan jelas, sepasang matanya tampak membulat tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Karl menyeringai senang sambil menatap sebuah mobil Humvee8) tua di hadapannya.

Karl berjalan mengelilingi Humvee tua itu dengan pandangan kagum. Kendaraan ini memang tidak sebaik snowcat sebangsa Tucker Sno–Cat atau Hägglunds Bandvagn 206 di jalan bersalju. Tapi bukankah lebih baik ada daripada tidak ada sama sekali? Dan siulan mulai terdengar dari bibir Karl.

Baiklah, mari kita lihat apakah ada salah satu kunci yang sesuai dengan Kakek tua ini ?

Karl mengelus lembut bagian atap mobil tersebut kemudian mulai memasukkan kunci satu persatu ke pintu Humvee tua yang baru ditemukannya itu. Percobaan pertama tidak berhasil tapi Karl tidak menyerah. Dan ketika salah satu kunci masuk dengan sempurna ke lubang kunci pada sisi pintu Humvee tua itu, Karl bersiul senang. Apalagi ketika Karl berhasil memutar kunci di tangan kanannya sampai pintu Humvee tua itu terbuka.

Keliahatannya memang sudah sedikit tua, tapi siapa tahu mesinnya masih sangat bandel. Nah... sekarang, lebih baik aku lihat kondisi Kakek tua ini... aku mengandalkanmu, Pak Tua

Karl segera memasuki Humvee tua itu sambil bersiul riang dan duduk di belakang kemudinya. Tapi siulannya terhenti ketika Karl memutar kunci kontak mobil itu, mesinnya tidak hidup sama sekali. Sekali... dua kali... bahkan hingga percobaan kelima mesin Humvee tua itu sama sekali tidak menyala. Karl memukul kemudi Humvee tua itu dengan kesal.

Sial, apa masalah Kakek tua ini? Indikasi bahan bakarnya tidak menyala merah, berarti bukan itu masalahnya. Apa mungkin sistem perapiannya? Atau jangan–jangan aliran bahan bakarnya terganggu? Aku harap masalahnya tidak parah.

Karl keluar dari Humvee tua itu kemudian segera membuka kapnya dan memeriksa si Kakek Tua. Tidak perlu waktu lama bagi Karl untuk tenggelam dalam pekerjaan barunya, mendiagnosa penyakit Humvee di hadapannya. Karl memang bukan seorang montir tapi dia sangat berminat dengan kendaraan militer sebangsa Humvee, VW Kübelwagen, VW Schwimmwagen, Land Rover dan sejenisnya. Jadi hal semacam ini bukan hal besar baginya, setidaknya selama masalah yang terjadi tidak memerlukan penggantian spare part bukan?

 

 

6) Oj?–sama (???) (Nihon–go) = panggilan formal untuk nona atau nona muda; kadang juga diartikan sebagai Tuan Putri. Ditujukan kepada Elizabeth

7) Geneticaly Modified Organism (GMO), organisme yang materi genetiknya diubah menggunakan teknik rekayasa genetika untuk keperluan penelitian/eksperimental (mis. tanaman yang kebal hama tertentu)

8) High Mobility Multipurpose Wheeled Vehicle (HMMWV), yang dikenal juga dengan nama  Humvee, adalah kendaraan militer roda empat yang diproduksi AM General

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • HernawatiL1l1

    Tetap lanjut kok, ditunggu aja yah

    Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam
  • Kailalutfia

    Kok gak di sambung ?

    Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam
Similar Tags
Neighbours.
108      69     0     
Romance
Leslie dan Noah merupakan dua orang yang sangat berbeda. Dua orang yang saling membenci satu sama lain, tetapi mereka harus tinggal berdekatan. Namun nyatanya, takdir memutuskan hal yang lain dan lebih indah.
Bulan dan Bintang
93      64     0     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
Paragraf Patah Hati
117      78     0     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
She's (Not) Afraid
63      43     0     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
With you ~ lost in singapura
15      14     0     
Fan Fiction
Chaeyeon, seorang siswi SMA yang sangat berani untuk pergi menyusul Tae-joon di Paris. Chanyeol, seorang idol muda yang tengah terlibat dalam sebuah skandal. Bagaimana jika kedua manusia itu dipertemukan oleh sebuah takdir?
Shades Of Nuance
66      51     0     
Romance
"seandainya kita diciptakan untuk menjadi satu, pasti suatu saat kita akan bertemu – Putri Zein" "aku selalu teringat tentang pertama kali aku bertemu dengan mu, kau hanya menatapku datar bukan tatapan memuja. Seorang siswi pindahan yang selalu membuatku muak, dengan kelakuan nya yang selalu ikut campur urusan orang lain. – Choi Min Ho" "mata kami saling bertemu, m...
Lost Daddy
363      105     1     
Romance
Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata bahwa ayah sangat mencintai ibu. Oleh sebab itu, ia perlu waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Namun alasan itu tidak sesuai fakta. AYAH TIDAK LAGI MENCINTAIKU! (Aulia) Dari awal tidak ada niat bagiku untuk mendekati...
Kinanti
0      0     0     
Romance
Karena hidup tentang menghargai yang kamu miliki dan mendoakan yang terbaik untuk masa nanti.
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
260      216     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
North Elf
62      49     0     
Fantasy
Elvain, dunia para elf yang dibagi menjadi 4 kerajaan besar sesuai arah mata angin, Utara, Selatan, Barat, dan Timur . Aquilla Heniel adalah Putri Kedua Kerajaan Utara yang diasingkan selama 177 tahun. Setelah ia keluar dari pengasingan, ia menjadi buronan oleh keluarganya, dan membuatnya pergi di dunia manusia. Di sana, ia mengetahui bahwa elf sedang diburu. Apa yang akan terjadi? @avrillyx...