Read More >>"> Nothing Like Us (Kesalahan.) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nothing Like Us
MENU
About Us  

Kalau sedang sakit hati, siapa yang sering menyalahkan cinta? Kalau sedang dirundung asmara, siapa yang melupakan perihal sakit hati? Cinta dan sakit hati adalah suatu hal dimana kita akan merasakan keduanya.
; -Nothing Like Us. ;

 

 

 


****

 


   Seorang Alvaro terlihat sibuk mondar-mandir di depan pintu yang bertuliskan UGD ditemani dengan beberapa gadis yang mengenakan seragam SMAnya.

   "Pak Al, duduk dulu. Jangan mondar-mandir, saya pusing lihatnya."

Alvaro memandangi gadis itu sekilas, lalu menghembuskan nafasnya gusar. Sangat jelas jika lelaki tersebut sedang khawatir. "Kamu kira saya bisa tenang setelah nabrak anak orang? Walau saya pernah nakal, saya baru kali ini nabrak orang!"

   "Iya, Pak. Anisa minta maaf."

   "Ya tapi salah bapak sendiri kenapa sampai nabrak Aysha? Bapak belum minus, 'kan? Kalau ada apa-apa sama sahabat kami, kami nggak akan segan buat---"

   "Ssttt, Fitri, jangan begitu. Kecilin juga suaramu, ini rumah sakit." ucap Ninda menenangkan sahabat-sahabatnya yang terlihat kacau. 

   "Aku setuju sama apa yang Fitri bilang barusan! Pak Alvaro harus tanggungjawab sampai tuntas!" tegas Desta sembari menatap nyalang kearah guru itu.

Alvaro memijit pelipisnya kasar, ia benar-benar pusing. Pusing dengan dirinya sendiri. Pusing dengan semuanya.

   "Gue pernah mukul banyak orang sampai babak belur, gue pernah macarin 5 cewe dalam sehari dan mutusin mereka hari itu juga, tapi gue nggak pernah sepanik ini. Argh!" batin Alvaro menjerit bingung ibarat kehilangan sebuah arah.

    "Kalian jangan ribut, berdoa dulu buat kesembuhan Aysha." kata Novi pelan, ia sempat jatuh pingsan ketika mendengar kabar Aysha mengalami kecelakaan, jadi suaranya masih pelan dan lemas.


krieeett


   "Dokter! Bagaimana keadaan sahabat kami?" tanya Anisa panik saat melihat seorang dokter keluar dari ruangan dimana ada Aysha didalam sana sedang terbaring lemah.

Perempuan cantik yang disebut dokter tadi tersenyum ramah, "Kalian tenang saja, Dia tidak mengalami luka serius, hanya luka-luka kecil pada kaki dan lengannya. Kepalanya sempat terbentur, ya?" 

Mereka semua, termasuk Alvaro mengangguk lesu.

  "Tidak apa, untungnya tidak ada luka parah di bagian kepalanya, ia akan siuman sebentar lagi, namun jangan ada yang membuat kebisingan. Ia masih sangat shock dengan kecelakaan itu, kalian boleh masuk untuk menjenguk saudari Aysha. Baiklah, saya permisi dulu." sang Dokterpun pergi meninggalkan mereka yang masih merasa sedih.

  "Aku mau masuk, kalian ikut?" tanya Fitri diangguki keempat sahabatnya, kecuali Pak Alvaro.

   "Pak, kenapa diam? Tidak ingin menjenguk Aysha?" 

Alvaro tersenyum, sangat sangat tipis. "Tidak, saya akan membayar semua kebutuhan administrasi Aysha di rumah sakit ini. Saya minta tolong, kalian bisa untuk tidak memberitahu Aysha bahwa saya yang telah---"

   "Apa? Bapak mau kami menyembunyikan kedok bapak sebagai pelaku penabrak Aysha? Dengan hormat, kami tidak mau dan kami akan tetap memberitahu Aysha maupun pihak sekolah. Jika bapak dipecat dari sekolah juga saya senang kok." Anisa melipat kedua tangannya di depan dada, memandang wajah gurunya lalu melenggang masuk kedalam ruang rawat Aysha.

   "Pak, maafkan Anisa kalau ada kata-katanya yang menyakitkan. Kami semua sebagai sahabat Aysha mengaku kecewa sama yang bapak ucapkan tadi. Tapi, kami akan berusaha untuk merundingkan hal tersebut lebih dulu." ucap Ninda, selain pintar merangkai puisi, gadis itu pintar menenangkan seseorang dengan kata-kata mujarabnya.

   "Tolong, bapak jangan seenaknya dengan sahabat kami! Saya lihat, bapak tidak suka dengan Aysha, atau kecelakaan ini semuanya sudah bapak rencanakan?" selidik Desta ceplas-ceplos. Jangan lupakan jari telunjuknya ia gunakan untuk menunjuk wajah tampan Alvaro seperti menuduh seorang penjahat.

   "Des, nggak sopan ah." akhirnya Novi menurunkan tangan Desta dengan paksa. Membuat Desta mengerucutkan bibirnya kesal.

   "Saya paham, saya mengerti, dan saya mengaku salah. Saya hanya belum siap ... Saya butuh waktu untuk mengakui kesalahan saya pada sahabat kalian." gumam Alvaro.

   "Udah deh, kelamaan aku nunggu kalian ngobrol. Omongin itunya nanti aja, ayo masuk dulu!" ajak Fitri. "Bapak bisa pergi kalau urusan bapak sudah selesai. Terimakasih." Lanjutnya dingin.

Aysha, Anisa, Ninda, Novi, Desta, dan Fitri adalah enam orang sahabat yang saling mengkhawatirkan satu sama lain. Jika ada seseorang yang berani mengganggu atau berbuat masalah dengan salah satu dari mereka, yang lain akan membantu dengan siaga. Seperti kejadian ini, Alvaro merasakan hawa mencekam ketika bersama mereka. 

   "Kalau Aysha tau gue yang udah nabrak dia, dia bakal benci gue dong? Arghh! Bisa gila gue,"

 

****


    Sebuah tempat yang memiliki penerangan minim, suara musik DJ menggema di seluruh ruangan, bau alkohol menyeruak dimana-mana, orang-orang menggerakkan tubuh mengikuti irama musik ditemani kerlap-kerlip lampu disko yang menurut mereka bisa menghilangan sejenak segala penat. 

Kalian pasti paham apa dan dimana tempat tersebut.

   "Varo! Lo jangan minum terus! Bisa mabuk tau nggak!" 

   "Selain ini, nggak ada yang bisa bikin gue candu, Bang Zar. Dan kadar alkohol di minuman gue nggak tinggi, gue masih kuat minum tiga botol sekaligus." 

Lelaki manis yang sedang duduk disamping Alvaro mendengus tak suka, Amzar namanya. 

   "Makanya cari pacar, bro! Lo tuh ya ngeyel banget kalau dibilangin. Ingat, lo udah jadi guru! Nggak seharusnya lo keliatan frustasi kayak gini, semisal ada murid yang liat lo disini, abis dah lo, Var." 

Alvaro terkekeh, kesadarannya mulai berkurang. Kedua netranya sayu dan memerah, tetapi ia tetap meneguk minuman beralkohol dihadapannya itu.

   "Gue ... Habis nabrak orang,"

   "Uhuk! Uhuk!" Amzar terbatuk mendengar ucapan Alvaro. "Please, Var! Kalau mabuk omongan lo ngelantur nggak jelas gitu!"

Alvaro berhenti minum, lalu menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah ke sofa dimana mereka berdua duduki berwarna merah maroon tersebut.

   "Buat apa gue bohong? Lo saudara gue, bang. Lo tau gue nggak bisa bohong. Sekalipun." ucapan Alvaro membuat Amzar menganggukkan kepalanya sedikit ragu. 

   "Terus kenapa lo malah pergi kesini? Wajah lo kecut gitu, kenapa lo nggak nolongin orang itu?" tanya Amzar kebingungan, Alvaro mengendikkan bahunya acuh.

   "Udah, udah gue tolongin. Dia baik-baik aja kata dokter. Lo tau nggak sih, perasaan gue nggak nyaman. Kayak panik banget tadi, beda. Bukan gue yang biasanya ..." Alvaro mengacak surainya geram. "Gue harus apa?!"

   "Lo suka sama dia, Var?"

Alvaro langsung menggelengkan kepalanya cepat, "Enak aja lo, bang!"

   "Lah terus apaan? Biasanya kalau kayak gitu tandanya lo suka sama dia," Amzar memasang pose berpikir, mengetukkan jarinya ke dagu.

   "Analisa lo basi!"

     "Gini, lo udah nolongin dia, udah minta maaf belum? Ya kalau udah, kenapa lo gelisah? Santai aja kali." kata Amzar menatap saudaranya dengan alis yang bertaut.

   "A-anu ... Gue, anu ..."

Terkadang, gemas sampai ingin berkata kasarpun diperbolehkan jika emosi sudah hampir mendidih sempurna, sama halnya berhadapan dengan Alvaro. Total emosi.

   "Anu anu! Apanya anu? Ngomong yang jelas kek!" Heish, tenang bung.

Alvaro menyengir lucu, "Galak banget lo, pantesan jomblo!" Cibirnya.

   "Lah bocah! Nggak ngaca lo ya! Nggak usah ngeles, tadi itu anu apa?"

Alvaro memainkan gelas yang ada diatas meja, "Gue ... Belum minta maaf sama dia."

   "Aduh gimana sih lo! Jadi cowok itu harus gentle! Cowok nggak ada yang lemah gemulai!"

Alvaro merotasi bola matanya malas. Saudaranya yang sudah berumur 26 tahun itu memang cukup bawel, ia jadi rindu dengan mamanya. Mirip, bawelnya. 

Psstt- itu Alvaro yang bilang ya.

   "Gimana caranya minta maaf?" tanya Alvaro tidak mengerti, "gue males ah."

Amzar menghembuskan asap vapornya keatas, "Udah gede masih aja nggak ngerti cara minta maaf. Lo ikutin cara dari gue, mau?"

Alvaro mengernyit, mereka sama-sama berstatus jomblo. Namun, jika mengenai perasaan dan banyaknya mantan pacar, Amzar yang ditunjuk pertama.

   "Okay. Gue coba cara lo. Gimana caranya?"

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (29)
  • raniaaarr

    LANJOOOOTTTTT DEEEKKK <3

    Comment on chapter Awal
  • zeinaaakim

    uh i love this storyyy! kamu berhak menang thor :*

    Comment on chapter PROLOG
  • rindumu22

    Kerennnnn???????? Lanjutkan karyamu kak????

    Comment on chapter PROLOG
  • likeyou123

    LIKE IT SO MUCHH! KEEP WRITING THOR!????

    Comment on chapter PROLOG
  • Isyaroh11

    Chapter paporit ini mahh:')

    Comment on chapter Bad Day!
  • Isyaroh11

    Gasabar next chapernya

    Comment on chapter Pertemuan
  • Isyaroh11

    Awwwww

    Comment on chapter Pertemuan
  • Ninda

    Wow I like this story >_<

    Comment on chapter PROLOG
  • Safitri

    Keren ????????????????

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
Luka Adia
30      25     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Frekuensi Cinta
10      10     0     
Romance
Sejak awal mengenalnya, cinta adalah perjuangan yang pelik untuk mencapai keselarasan. Bukan hanya satu hati, tapi dua hati. Yang harus memiliki frekuensi getaran sama besar dan tentu membutuhkan waktu yang lama. Frekuensi cinta itu hadir, bergelombang naik-turun begitu lama, se-lama kisahku yang tak pernah ku andai-andai sebelumnya, sejak pertama jumpa dengannya.
Republik Kerusuhan
85      59     0     
Romance
Putih abu-abu kini menjadi masa yang tidak terlupakan. Masa yang mengenalkan pada cinta dan persahabatan. Hati masih terombang-ambing kadang menjadi sesuatu yang mengecewakan, menyedihkan, kesenangan dan rasanya nano-nano. Meski pada akhirnya menjadi dewasa pada suatu masa dan membuat paham atas segala sesuatu. Serunya masa, mimpi yang setinggi angkasa, pertengkaran, di sini pula akan ada pemaham...
Temu Yang Di Tunggu (up)
474      289     0     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Closed Heart
40      22     0     
Romance
Salah satu cerita dari The Broken Series. Ini tentang Salsa yang jatuh cinta pada Bara. Ini tentang Dilla yang tidak menyukai Bara. Bara yang selalu mengejar Salsa. Bara yang selalu ingin memiliki Salsa. Namun, Salsa takut, ia takut memilih jalan yang salah. Cintanya atau kakaknya?
I Can't Fall In Love Vol.1
83      57     0     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...
Deepest
32      29     0     
Romance
Jika Ririn adalah orang yang santai di kelasnya, maka Ravin adalah sebaliknya. Ririn hanya mengikuti eskul jurnalistik sedangkan Ravin adalah kapten futsal. Ravin dan Ririn bertemu disaat yang tak terduga. Dimana pertemuan pertama itu Ravin mengetahui sesuatu yang membuat hatinya meringis.
Mata Senja
22      20     0     
Romance
"Hanya Dengan Melihat Senja Bersamamu, Membuat Pemandangan Yang Terlihat Biasa Menjadi Berbeda" Fajar dialah namaku, setelah lulus smp Fajar diperintahkan orangtua kebandung untuk pendidikan nya, hingga suatu hari Fajar menemukan pemandangan yang luarbiasa hingga dia takjub dan terpaku melihatnya yaitu senja. Setiap hari Fajar naik ke bukit yang biasa ia melihat senja hingga dia merasa...
When Home Become You
9      9     0     
Romance
"When home become a person not place." Her. "Pada akhirnya, tempatmu berpulang hanyalah aku." Him.
Cadence's Arcana
153      101     0     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...