Read More >>"> LARA (Pak Hardian) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - LARA
MENU
About Us  

Kami semua diselimuti oleh rasa gelisah, khawatir, dan penasaran tentang apa yang terjadi pada Ryan sampai-sampai menyebabkan ia harus diperiksa oleh guru-guru yang memiliki jabatan tinggi (re: Kepala Sekolah, Wakasek Kesiswan, dll.) di sekolah ini. Aku dan yang lainnya dengan pasrah hanya bisa menunggu didepan pintu kelas kami saja, menunggu Ryan dan guru-guru itu keluar dari kelas kami.

Aku bisa memastikan jika saat ini hanya ada beberapa siswa saja yang sedang belajar didalam kelas, dan selebihnya sedang berada diluar, sedang berkeliaran. Sebagian besar dari mereka--yang berkeliaran--ada di sekitar ku saat ini--mengamati apa yang sedang terjadi dengan kelasku--dan sebagian lainnya lagi sedang berkeliaran di seluruh penjuru sekolah, ada yang ke kantin, ada yang duduk di teras, dan banyak lagi.

Saat sedang asik mengamati pekarangan sekolah, tiba-tiba suara pintu yang dibuka terdengar dari arah belakang ku. Aku menoleh kearah sana, dan mendapati jika pintu kelas ku kini terbuka. Kami semua--yang berdiri paling dekat dengan pintu--spontan langsung berjalan menjauh--untuk memberi orang yang hendak keluar dari dalam kelas--ruang kosong didepan pintu, agar mereka bisa leluasa untuk bergerak. Dan beberapa saat kemudian, seorang wanita berumur--yaitu wakasek kesiswaan--yang memakai kacamata keluar dengan membawa sebuah tas--yang sepertinya milik Ryan--di salah-satu tangannya. Dan dibelakang guru itu ada beberapa guru lagi yang sedang mengapit seorang siswa di tengah-tengah mereka, Ryan.

"Yan! kamu kenapa?" tanya Aqila saat melihat Ryan dibawa keluar oleh guru. "Ryan!" seru Eris heboh. "Pak ini kenapa pak?" tanya Adipati sambil mencoba menghadang gerombolan guru yang hendak melangkah pergi dengan membawa Ryan. Guru yang dipanggil justru acuh terhadap pertanyaan Adipati, dan memilih untuk terus berjalan. Begitu juga dengan Ryan yang hanya bisa tertunduk, dan enggan melihat kearah kami. Mereka tak menjawab, dan hanya memberi kami rasa penasaran. Tak ada satupun siswa disini yang tahu apa yang terjadi dengan Ryan, sampai-sampai ia harus di perlakukan seperti seorang tersangka kejahatan yang merasa malu dengan apa yang ia perbuat.

Tak lama setelah itu, gerombolan guru yang membawa Ryan langsung berjalan cepat kearah gedung seberang--menuju ruang kepala sekolah--dan menerobos barikade-barikade siswa yang ingin tahu. Aku dan yang lainnya--serta beberapa teman kelas yang lain--juga ikut berlari, mengejar guru-guru itu untuk menanyakan kejelasan masalah ini.

Suasana sekolah tak lagi damai seperti biasanya. Semua siswa kini tumpah ruah keluar dari kelas, tak peduli ada guru ataupun tidak, mereka semua memilih untuk keluar sebab mendengar suara gaduh yang berasal dari rombongan siswa yang mengejar Ryan, yaitu kami. Siswa-siswa yang sedang asik duduk di koridor seketika berdiri dengan wajah panik karena melihat dan mendengar kami sedang berlarian sambil menyerukan nama Ryan. Mereka bertanya-bertanya, ada apa? Apa yang sedang terjadi? namun tak satupun dari kami yang menjawab pertanyaan mereka, dan hal itu membuat mereka menjadi penasaran, hingga akhirnya memaksa mereka untuk ikut berlari dengan kami agar mengetahui apa masalah yang telah membuat kami berlari-larian di koridor kelas saat ini.

Saat tiba di pertengahan tangga yang menuju ruangan kepala sekolah, langkah kami tiba-tiba di hentikan oleh beberapa guru piket yang ada disana. Mereka nampak terkejut melihat kami, dan setelah itu mereka menyuruh kami untuk segera bubar, sebab kami telah mebuat kekacauan di gedung ini. Namun tak ada satupun dari kami yang mendengar arahan guru-guru itu, dan tetap kekeuh ingin bertemu dan mendengar penjelasan Ryan ataupun guru-guru yang membawa nya.

"Udah bubar sana! kalau nggak bubar juga, kalian semua bakalan di skors!" seru salah seorang guru itu, lalu kemudian meniup pluit yang tergantung di lehernya, yang memaksa kami semua untuk segera menutup telinga agar dapat meredam suara pluit itu.

"Sebenarnya Ryan kenapa sih pak?!" teriak Ed dengan emosi. "Kita nggak akan bubar kalau nggak di kasih penjelasan!" tegas Adipati.

"Ryan itu anak bermasalah!" bentak guru yang lain. "Ngapain kalian masih berteman sama dia?"

"Jangan asal ngomong pak! Ryan bukan anak bermasalah!" gerutu Aqila, kemudian melangkah maju untuk berada di barisan paling depan, menantang guru itu. "Pak, izinin kami ngeliat Ryan di ruangan kepala sekolah, kita cuma mau tahu dia kenapa, cuma itu," jelas Eris.

"Nggak ada yang boleh ketemu sama siswa yang mengotori nama baik sekolah kita! sama Ryan! titik! bubar sana kalian!"

"Apaan sih pak?! emang Ryan ngotorin nama sekolah kayak gimana?" tanya Adipati penuh emosi. "Bukannya nama sekolah kita udah tercemar sama kasus guru yang korup ya?" singgung Kiano saat menyadari jika guru yang menahan kami adalah guru yang pernah kedapatan menggunakan uang sekolah untuk kepentingan pribadi nya, dan setelah itu, semua siswa yang berada di ceruk--yang didalamnya ada tangga--langsung berteriak menyoraki guru itu.

Wajah pak Hardian--nama guru itu--nampak memerah, entah karena malu, atau karena menahan emosi. Yang jelas, setelah itu ia langsung terdiam, tak lagi banyak bicara, dan beberapa saat kemudian ia memilih untuk mundur perlahan, sedangkan dua guru yang lainnya nampak tertegun saat melihat pak Hardian melangkah pergi dengan wajah merah padam. Melihat mereka yang tak lagi konsentrasi, kami semua seketika berlari naik ketas tangga, berlari kearah ruang kepala sekolah yang berada dipaling ujung untuk menemui Ryan.

Namun saat hampir tiba disana, pintu ruangan itu--yang tadinya tertutup--tiba-tiba terbuka. Dari sana keluar seseorang yang tak asing bagi kami, Ryan. Ia keluar dengan menggendong tas disalah satu lengannya. Awalnya ia tertunduk lesu, namun saat menyadari jika kami ada bersamanya, ia kemudian memilih untuk menatap kami, tanpa ekspresi. Ia menarik napas panjang, dan dari sepenglihatan ku, ia terlihat gemetar saat menarik udara masuk kedalam paru-parunya.

"Ryan!" seru Adipati, kemudian berlari mendekati sahabatnya itu, begitu juga dengan kami. "Yan kamu kenapa?" tanya Eris dan Aqila hampir bersamaan.

Yang di tanya justru memilih untuk bungkam, ia tak menjawab pertanyaan yang diberikan untuknya, dan lebih memilih untuk melangkah kan kaki nya pergi dari tempat ini. Kami pun mengikuti nya dari belakang, menyesuaikan kecepatan langkah kaki kami dengan Ryan yang nampak berjalan tanpa semangat.

"Yan emang nya ada apa?" tanya Ed sambil memburu Ryan yang kini telah melangkah pergi. "Yan, kalau ada masalah, cerita ke kita aja, siapa tau kita bisa bantu," ucap Rara. Ryan kemudian berhenti berjalan, begitu juga dengan kami. Ia kemudian membalikkan badan, lalu kembali menatap kami. "Aku di skors, sebulan," jelasnya dengan suara yang bergetar.

"Harusnya kamu di keluarin, bukan di skors!" timpal seseorang dari arah lain dengan suara yang penuh emosi, dan rupanya suara itu berasal dari mulut pak Hardian yang saat ini sedang menatap kami dengan sorot mata yang tajam.

Ryan nampak emosi, begitu juga dengan Adipati, Aqila, Ed, Eris, Rara, si kembar, dan juga aku yang kini telah merasa kesal dengan pak Hardian. "Harusnya Bapak juga di keluarin," ucap Adipati dengan nada yang terkontrol, namun tidak dengan wajahnya yang kini sudah di penuhi oleh emosi.

"Diam kamu!" gertak pak Hardian.

Ryan kemudian memberi kami isyarat untuk tidak menggubris perkataan pak Hardian, dan mengajak kami untuk segera pergi dari tempat itu, kami pun setuju, sebab Ryan juga langsung melangkahkan kakinya pergi dari tempat ini.

"SMA ini, bukan tempat untuk generasi rusak seperti kamu yang sudah tercemar sama narkoba," ucap guru itu lagi saat kami berpapasan dengannya di dekat anak tangga.

Adipati yang berada paling dekat dengan pak Hardian pun berhenti melangkah, begitu juga dengan kami yang menyadari jika Adipati dan pak Hardian kini sudah saling berhadapan, aku bisa memastikan, jika sekali lagi pak Hardian berbicara sesuatu yang membuat kami merasa kesal, Adipati tak akan segan untuk mendaratkan tangannya di tubuh pak Hardian. "Maksud Bapak apa?" tanya Adipati sambil melihat pak Hardian dengan tatapan menantang.

"Tanya sama kawan kamu itu," balas pak Hardian sambil melirik kearah Ryan, lalu kemudian pergi melangkah kearah ruang kepala sekolah. Kini kami semua diam dan menatap kearah Adipati dan Ryan secara bergantian. "Yan, kamu make?" tanya Eris sambil menepuk bahu Ryan.
"Make apa?" tanya Rara.
"Bener Yan?" sambung Aqila seakan tak percaya.
"Make apaan sih?" tanya Rara kembali masih kebingungan.
Ryan tak menjawab, ia hanya menarik napas, dan membuang nya pelan, sambil melihat kearah kami semua secara bergantian.

"Aku bisa jelasin," jawabnya dengan nada menyesal. "Tapi jangan disini," tambahnya lagi.

"Terus dimana?" tanya Eris.

"Di tempat biasa."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
BEST MISTAKE
183      33     0     
Romance
Tentang sebuah kisah cinta yang tak luput dari campur tangan Tuhan yang Maha Kuasa. Di mana Takdir sangat berperan besar dalam kisah mereka. "Bisakah kita terus berpura-pura? Setidaknya sampai aku yakin, kalau takdir memang tidak inginkan kita bersama." -K
TRIANGLE
3      3     0     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...
ALUSI
48      4     0     
Romance
Banyak orang memberikan identitas "bodoh" pada orang-orang yang rela tidak dicintai balik oleh orang yang mereka cintai. Jika seperti itu adanya lalu, identitas macam apa yang cocok untuk seseorang seperti Nhaya yang tidak hanya rela tidak dicintai, tetapi juga harus berjuang menghidupi orang yang ia cintai? Goblok? Idiot?! Gila?! Pada nyatanya ada banyak alur aneh tentang cinta yang t...
My Andrean
74      16     0     
Romance
Andita si perempuan jutek harus berpacaran dengan Andrean, si lelaki dingin yang cuek. Mereka berdua terjebak dalam cinta yang bermula karena persahabatan. Sifat mereka berdua yang unik mengantarkan pada jalan percintaan yang tidak mudah. Banyak sekali rintangan dalam perjalanan cinta keduanya, hingga Andita harus dihadapkan oleh permasalahan antara memilih untuk putus atau tidak. Bagaimana kisah...
Masalah Sejuta Umat
16      8     0     
Humor
Segelintir cerita yang mungkin mewakili perasaan banyak umat di muka bumi. Jangan di bawa serius! hanya berbagi pengalaman dari generasi yang (pernah) galau . Beragam pengalaman menarik kehidupan seorang pemuda pekerja di dunia nyata. Di bumbui sedikit kisah romantis dalam drama dunia kerjanya. Selamat menikmati kegalauan! 😊
DELION
21      6     0     
Mystery
Apa jadinya jika seorang perempuan yang ceria ramah menjadi pribadi yang murung? Menjadi pribadi yang dingin tak tersentuh, namun dibalik itu semua dia rapuh sepert bunga i Dandelion tapi dia tidak bisa menyesuaikan dirinya yang mulai hidup di dunia baru dia belum bisa menerima takdir yang diberikan oleh tuhan. Kehilangan alasan dia tersenyum itu membuat dirinya menjadi kehilangan semangat. Lal...
Malaikat Hati
68      3     0     
Romance
Sebuah persinggahan dalam menjalin sebuah ikatan tidak lagi terasa dan bersemayam dihati. Malaikat hati yang mengajarkan betapa pentingnya sebuah senyuman dan pelukan. Mengenalkan arti bahagia dan arti kenyamanan hati. Disaat itu, aku sadar bahwa hidup bukan untuk menentukan sebuah pilihan tapi hidup untuk menjalin sebuah kepercayaan.
Sekilas Masa Untuk Rasa
27      10     0     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Novel Andre Jatmiko
85      28     0     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
Kyna X Faye
33      13     0     
Romance
Keiko Kyna adalah seorang gadis muda pemilik toko bunga. Masa lalu yang kelam telah membuat gadis itu menjauhi dunia keramaian dan segala pergaulan. Namun siapa sangka, gadis pendiam itu ternyata adalah seorang penulis novel terkenal dengan nama pena Faye. Faye sama sekali tak pernah mau dipublikasikan apa pun tentang dirinya, termasuk foto dan data pribadinya Namun ketika Kenzie Alcander, seo...