Read More >>"> Coldest Husband (Binar Yumnaa Ananta) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Coldest Husband
MENU
About Us  

Setelah berganti pakaian dan melaksanakan shalat isya, Binar pergi ke sebuah restoran yang kini menjadi basecampnya dengan cabe squad.

Selama keluar dari SMA dan kuliah di tempat yang berbeda-beda, mereka selalu mengadakan kumpulan di restoran itu.

"Beda lah yang udah punya kecengan baru mah, datang juga telat," gumam Fani ketika Binar baru tiba.

Binar tertawa, "Hahaha apaan deh, kecengan darimana coba,"

"Gue juga udah punya kecengan baru neh, masa lo yang biasanya gercep kalau lihat yang bening belum dapet sama sekali?" tanya Ghina.

Binar menggeleng, ia duduk disebelah Ghina.

"Iya, bener tuh, masa lo belum dapet sih Bin?" tanya Hani.

Binar menggeleng, "Belum, sumpah," tangannya menjulur untuk mengambil es jeruk milik Ghina kemudian meminum es jeruk tersebut.

"Kebiasaan," komen Ghina.

"Kesel gue, hari pertama ospek bikin  naik darah." Binar meletakkan gelas kosong diatas meja, "Gak kesel gimana coba gara-gara laki-laki berhidung perosotan, rambut gue nyangkut di pintu wc." Binar mengembuskan napasnya, "And you know, rambut gue gak bisa keluar, dan terpaksa digunting sama kating. Nih lihat." Binar memperlihatkan rambutnya yang tidak bermodel.

Ilana memukul-mukul meja, ia tertawa terbahak-bahak, "Lo tengil sih,"

"Perasaan gue anak baik-baik deh," ucap Binar percaya diri, "Tadi pagi gue telat bangun, makanya ada kejadian dramatis kayak gitu,"

"Emangnya lo suka datang tepat waktu Bin? Kapan dah lo datang tepat waktu? Kasih tau gue,"

Binar mengerucutkan bibirnya, "Nanti kalau fir'aun pada bangkit." Binar mendesah kesal, "Argh, kalian juga yang buat gue telat bangun."

"Kenapa?" tanya Ilana. "Tiba-tiba nyalahin kita,"

"Yang kemaren malem ngegosipin Ayana sampe jam satu malem siapa? Kalian kan?"

"Ya kalau lo mau hubungan lo sama Saga udahan, gak usah minta bantuan sama kita untuk ngebongkar seluk beluk si Ayana," bela Fani.

Binar ngengir, "Hehe iya deh maaf ya, itu semua bukan salah kalian kok hehe, tapi salah gue,"

Hani menunjukkan jari telunjuknya, "Nah!"

"Ini salah gue, tapi semuanya gara-gara kalian haha!"

Dan selanjutnya wajah Binar ditimpuk oleh tempat tissue yang ada di restoran itu. Begitulah Cabe Squad, kumpulan lima orang perempuan yang sering ghibah dan bermulut pedas.

Saat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, mereka bubaran dari restoran tersebut. Binar pulang menggunakan ojeg online.

"Darimana kamu?!" mata ayah Binar menatap tajam pada puteri perempuannya yang baru datang secara diam-diam. 

"E-eh itu yah, dari--"

"Ayah kira kamu akan berubah setelah masuk kuliah," Arfan mendecakkan lidah, "Kamu makin membuat ayah tidak percaya lagi sama kamu,"

Binar menjatuhkan tubunnya ke lantai, memegang kaki ayahnya erat-erat, "Yah... Maafin Binar, tadi Binar dari rum--"

"Bohong!" semprot Arfan, "Ayah tau, kamu habis kumpul dengan teman-teman kamu."

Binar berdiri tetapi wajahnya menunduk, "Iya ayah, masa Binar main sama temen ayah?"

"Mau sama temen ayah kek, temen mama, atau temen kamu pun ayah tetap tidak mengizinkan kamu untuk pulang larut malam seperti ini!" Arfan membentak anak perempuannya. "Binar, kamu perempuan. Perempuan itu gak baik berkeliaran malam-malam," suara Arfan turun beberapa oktaf.

Binar hanya menganggukkan kepalanya, ia takut jika Arfan semakin marah, uang jajannya akan dikurangi. Begitulah aturan Arfan, jika Binar nakal, uang jajan Binar akan dikurangi.

"Ya sudah, cepat masuk, tidur." suruh Arfan, sedangkan Binar mengangguk.

Binar Yumnaa Ananta adalah anak satu-satunya dari pasangan Arfan dan Cici. Binar hidup di keluarga yang kaya, karena Ayahnya adalah pemilik perusahaan Ananta Group.

Walaupun Binar bisa membeli semua yang ia inginkan karena kekayaan orang tuanya, Arfan tidak pernah memanjakan anak semata wayangnya itu. Karena Arfan ingin Binar bisa mandiri dan tidak bergantung pada harta yang dimiliki sekarang. Karena sesungguhnya harta di dunia itu hanya titipan.

Arfan pun tidak ingin memberikan mobil pada anaknya walaupun ia mampu memberikan lebih dari satu. Tetapi balik lagi, kemewahan di dunia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kehidupan kekal di akhirat nanti. Maka Arfan memberikan Binar motor lama yang dipakai supirnya dua tahun lalu.

Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Binar naik ke lantai dua menuju kamarnya.

Warna cat dinding dan furniture berwarna biru menghiasi kamar berukuran 5x5 itu, boneka stitch yang berjumlah lebih dari 15 pun membuat suasana kamar Binar menjadi tenang.

Binar merebahkan tubuhnya di kasur bersprai biru langit, tangannya menjulur ke atas nakas untuk mengambil benda canggih yang selalu menemani hari-harinya.

Saga: Binar, kamu udah sampe rumah?

Setelah membaca satu pesan yang masuk ke aplikasi line-nya Binar menjawab:

Udah Saga. Aku tidur duluan ya, good night

***

03:00
Ponsel canggih milik Binar berdering memutar lagu Breakeven dari The Script. Karena merasa ponselnya mengganggu, Binar memasukkan ponselnya kedalam bantal.

"Berisik!" Binar memeluk gulingnya tanpa membuka mata.

Kembali, ponsel Binar berdering lagi.

"Siapa sih? Ganggu!" Binar akhirnya merogoh ponselnya. Betapa terkejutnya Binar ketika melihat ada  panggilan masuk dari nomor tidak dikenal.

Ini masih jam tiga subuh. Binar baru tidur tiga jam. Siapa sih yang mengganggu tidur nyenyaknya Binar?

Binar memencet tombol hijau pada layar ponselnya, sebelum mendengar sahutan dari sebrang sana Binar sudah menempelkan ponselnya di telinga kanan.

"Assalamualaikum," sahut seseorang di sebrang sana.

"Siapa sih lo? Ganggu amat! Gue baru tidur woy! Ngerti kagak sih?!"

"Awas kalo datang telat."

Binar sudah menduganya itu adalah laki-laki menyebalkan yang membuat rambutnya harus dipotong secara terpaksa.

"Hellowwww, ini masih jam tiga keles, lo pikir gue mau makan sahur?"

"Tahajjud."

"Ye. Udah ah bye!" Binar menutup panggilannya secara sepihak.

Binar menyimpan ponselnya kembali di atas nakas, menjatuhkan tubuhnya pada kasur kesayangannya. Mata Binar menatap lurus pada langit-langit kamar.

Beberapa kali Binar mengedip-ngedipkan matanya dan merubah posisi tidur. Namun nihil, sudah beberapa kali Binar melakukan itu, tetapi Binar tetap tidak bisa tertidur.

"Dasar sialan. Aidan sialan. Arghhh kenapa hidup gue selalu terganggu karena lo sih!?"

Sampai pukul lima pagi Binar tidak berhasil menutup matanya. Setelah mendengar adzan shubuh Binar bangkit untuk mengambil air wudlu.

Binar menggelar sajadahnya di lantai kamar bernuansa biru itu, ia melaksanakan shalat qobla shubuh terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat wajibnya.

Karena merasa mengantuk setelah shalat, Binar membaringkan tubuhnya kembali meski mukena putih polos masih melekat di tubuhnya.

***

Gedung fakultas sudah ramai sejak pukul setengah enam pagi karena panitia ospek mempersiapkan segala kebutuhan untuk ospek hari kedua.

Ada beberapa orang yang berperan sebagai mahasiswa baru, dan tatib-tatib acting didepan mereka. Sebagian lagi ada yang berlatih menyuarakan yel-yelnya untuk diberitahukan pada mahasiswa baru. Tetapi lain halnya dengan seorang laki-laki yang memiliki mata hazel dan hidung bak perosotan. Aidan sedang jongkok didepan taman fakultas sambil memegang Qur'an kecil. Matanya yanng indah bergerak ke kanan ke kiri mengikuti bacaan ayat Al-Qur'an yang keluar dari bibirnya.

"Maaf Dan." Rafli datang menghampiri Aidan, "Semuanya disuruh kumpul didepan,"

Aidan mengangguk, menutup Al-Quran-nya kemudian segera beranjak bersama Rafli.

Semua panitia berkumpul di lapangan untuk mendengarkan pengarahan dari ketua ospek priode 2018. Dava berbicara mengenai acara yang akan dilaksanakan siang ini, acara yang pasti akan membuat kantuk mahasiswa baru. Dava meminta agar panitia membagikan permen untuk mahasiswa baru supaya mereka tetap segar ketika mendengarkan pengisi acara. Dava mengakhiri pembicaraannya dengan do'a agar acara hari ini berjalan dengan lancar.

Setelah itu semua panitia bubar dan mengambil posisinya masing-masing berhubung mahasiswa baru sudah ada yang datang.

Hari ini ospek dimulai jam setengah tujuh, berbeda dengan kemarin, karena kemarin ada pembukaan dahulu, makanya lebih pagi.

Aidan duduk di meja absen bersandingan dengan Ayra--perempuan cantik berjilbab panjang. Disana Aidan hanya duduk tanpa berbicara sepatah kata apapun. Mata Aidan menerawang ke seluruh penjuru lapangan dan gerbang, mencari seorang perempuan yang belum kunjung datang. 

"Dan?" ucapan Ayra mengagetkan Aidan yang tengah melamun. "Pinjam pulpennya,"

Aidan yang tengah memutar-mutar pulpen dengan jarinya langsung menyerahkan pulpen yang dipegangnya pada mahasiswa baru, "Maaf,"

Mahasiswa baru itu memberikan senyum pada Aidan. Menatap kakak tingkat yang level ketampanannya seperti artis bollywood membuat siapapun yang melihatnya ingin mendapat senyuman balik. Keinginan mahasiswa baru itu terpaksa kandas karena Aidan enggan memberikan senyuman manisnya. Aidan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban atas senyumnya.

Wajah Aidan terkesan datar namun tampan. Hal itulah yang membuat mayoritas kaum hawa di kampus itu merasa kelepek-kelepek.

"Kenapa melamun, Dan? Ada yang dipikirkan?" tanya Ayra.

"Enggak, gak ada." Aidan menjawab tanpa intonasi.

Aidan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah pukul enam lebih lima belas menit. Itu artinya acara ospek hari kedua akan dimulai sebentar lagu, tetapi orang yang ditunggu Aidan belum juga datang.

"Dan, lo udah telpon si rapunsel kan?" Dava yang baru saja tiba di meja sekretaris langsung melontarkan pertanyaan untuk Aidan.

Aidan mengangguk,"Udah."

Tangan kiri Dava bertolak pinggang, sedangkan tangan kanannya memijit kening, "Aduh,"

"Memangnya kenapa Dav?" tanya Ayra.

Dava berjalan-jalan kecil, ke kanan lalu balik lagi, tangan kanannya masih memijit keningnya, "Pusing aku Ra, perempuan itu selalu buat masalah,"

"Dav, kemarin tandu disimpen dimana?" Rafli datang dengan napas ngos-ngosan.

"Di UKS, biasa."

"Di UKS gak ada, seriusan,"

"Masa gak ada si Raf? Tandu segede itu gak kelihatan?"

"Astagfirullah, bener Dav gak ada, gue gak bohong," jawab Rafli mengacungkan jari telunjuknya.

Dava membuang napas kasar, "Hhhhhh, tambah pusing gue," jeda beberapa detik, "Ya udah kita cari sama-sama ke UKS,"

Rafli mengangguk. Matanya menatap Ayra terlebih dahulu sebelum pergi bersama Dava. Rafli suka pada Ayra sejak dulu, Rafli menyimpan perasaannya sejak jadi mahasiswa semester 1 hingga kini setelah ia sudah duduk di semester 5. Tetapi Ayra suka pada Aidan, rasa suka Ayra juga sudah tumbuh sejak lama, dan Ayra lebih memilih untuk memendam rasa sukanya sendiri. Dan Aidan tidak tau menyukai siapa.

Ketiga orang itu tidak menyadari bahwa mereka terjebak dalam cinta segitiga. Mereka lebih memilih mendekat kepada sang pecipta agar orang yang disukainya diberikan kesehatan dan rasa aman.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06:30, acara hari kedua sudah dimulai. Dava sudah menanyakan keberadaan Binar beberapa kali pada Aidan, tetapi Aidan hanya bisa menggeleng. Aidan sudah menelpon Binar sejak pukul 06:20, namun Binar tidak menjawab teleponnya.

Kemanakah Binar?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Melawan Tuhan
23      11     0     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
F I R D A U S
6      3     0     
Fantasy
Kyna X Faye
33      13     0     
Romance
Keiko Kyna adalah seorang gadis muda pemilik toko bunga. Masa lalu yang kelam telah membuat gadis itu menjauhi dunia keramaian dan segala pergaulan. Namun siapa sangka, gadis pendiam itu ternyata adalah seorang penulis novel terkenal dengan nama pena Faye. Faye sama sekali tak pernah mau dipublikasikan apa pun tentang dirinya, termasuk foto dan data pribadinya Namun ketika Kenzie Alcander, seo...
Dear You, Skinny!
10      6     0     
Romance
Abnormal Metamorfosa
24      10     0     
Romance
Rosaline tidak pernah menyangka, setelah sembilan tahun lamanya berpisah, dia bertemu kembali dengan Grey sahabat masa kecilnya. Tapi Rosaline akhirnya menyadari kalau Grey yang sekarang ternyata bukan lagi Grey yang dulu, Grey sudah berubah...Selang sembilan tahun ternyata banyak cerita kelam yang dilalui Grey sehingga pemuda itu jatuh ke jurang Bipolar Disorder.... Rosaline jatuh simpati...
CEO VS DOKTER
4      4     0     
Romance
ketika sebuah pertemuan yang tidak diinginkan terjadi dan terus terulang hingga membuat pertemuan itu di rindukan. dua manusia dengan jenis dan profesi yang berbeda di satukan oleh sebuah pertemuan. akan kah pertemuan itu membawa sebuah kisah indah untuk mereka berdua ?
Bait of love
13      3     0     
Romance
Lelaki itu berandalan. Perempuan itu umpan. Kata siapa?. \"Jangan ngacoh Kamu, semabuknya saya kemaren, mana mungkin saya perkosa Kamu.\" \"Ya terserah Bapak! Percaya atau nggak. Saya cuma bilang. Toh Saya sudah tahu sifat asli Bapak. Bos kok nggak ada tanggung jawabnya sama sekali.\"
Search My Couple
3      3     0     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
From Ace Heart Soul
5      4     0     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.
SERENITY
3      3     0     
Romance
Sejak kepergian kakaknya hidup Hera berubah drastis. Ia harus menerima kenyataan bahwa mama dan papanya harus bercerai. Hal ini membuatnya depresi dan ingin mati. Namun ditahun keenamnya duduk dibangku SMA ini, ada keajaiban yang datang kepadanya. Sosok Alena membuat Hera kembali menemukan rumah untuk pulang. Tetapi bisakah Alena dijadikan rumah? Dan siapakah Alena sebenarnya?