Read More >>"> Senja Kedua (ENAM) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Senja Kedua
MENU
About Us  

Koln, November 2017

     “Bagaimana mungkin aku akan ikut kuis Selasa depan? Ini sudah hari Sabtu.” Aku menutup wajahku frustasi dengan buku Hukum Internasional milik Nadira. Nadira mengambil bukunya menjauh dari wajahku.

“Kau tidak akan mungkin bisa mengikuti kuis jika kau hanya mengeluh, Nona.” Ucap Nadira kesal. “Kau baru membacanya 15 menit dan bertingkah seolah kau sudah membolak-balik halamannya sepanjang hidupmu.”

“Itu berlebihan.” aku menginterupsi. “Baiklah. Kembalikan bukunya. Aku berjanji kali ini akan membacanya selama satu jam penuh tanpa mengeluh.” Aku tersenyum lebar. Sedang Nadira mengangkat alisnya sebelah dengan tampang tidak yakin.

“Akan aku buktikan!” kataku percaya diri.

“Let us see.”

Sementara aku sibuk membaca paragrap demi paragrap, di sisi tempat tidurku Nadira duduk sambil menyilangkan tangannya. Dia terus mengamatiku seperti seorang sipir yang mengawasi tahanan.

“Jangan mengamatiku. Kau tidak akan tahan dengan pesonaku nanti,” ujarku tanpa mengalihkan pandangan dari buku.

Nadira melengos dan langsung berdiri dari tempat duduknya berpindah ke sofa di dekat jendela dan mengambil novel karya Haruki Murakami milikku. Aku melanjutkan bacaanku. Kami tenggelam dalam bacaan masing-masing.

“Ada yang mau Pizza?”

Saat aku baru saja menikmati membaca buku dengan tebal 400 halaman ini, Leon datang ke bangsalku dengan membawa 2 kotak pizza ukuran super large.

“Kau datang hari ini, Leon?” tanya Nadira dan menutup buku Murakami-ku.

“Ya mampir sebentar. Ini ada pizza. Kalian pasti suka kan?”

“Tentu saja.”

“Kau akan kena masalah jika pihak rumah sakit mengetahuinya, Tuan Conor.” Kataku masih sambil membaca.

“Tenang saja, Nona Atmaja. Tidak akan ada yang terkena masalah.”

“Ada,” jawab Nadira

“Siapa?” tanya Leon.

“Arrum.”

Merasa namaku disebut, aku protes. Kali ini tidak lagi sambil membaca. Konsentrasiku sudah lenyap.

“Kenapa aku?”

“Leon, kau tahu? Arrum akan kena masalah karena dia tidak juga menyelesaikan bahan kuis untuk  Selasa depan.”

Errrr… dasar Nadira!

“Aku sedang berusaha menyelesaikannya saat tiba-tiba saja 2 kotak pizza super large terdampar ke bangsalku. Jadi, aku rasa sekarang prioritasku adalah menyelesaikan Pizza itu terlebih dahulu. Aku lapar. ”

“See! Kau bahkan tidak bertahan selama 15 menit.”

“Whatever!”

“Hohoho… aku terjebak di antara pertengkaran ini.” Kata Leon dengan wajah menggemaskan. Apa? Mengggemaskan? Sejak kapan Leon menjadi menggemaskan?

“Maafkan Arrum ya, Leon. Dia memang seperti itu.”

“Hahaha tidak masalah. Ini bukan pertama kalinya. Sekarang, ayo makan Pizzanya.”

Karena sudah merasa jauh lebih baik aku memutuskan untuk bergabung duduk di sofa bersama Nadira dan Leon. Sambil mendorong penyangga kantung infusku, aku berjalan perlahan. Leon berniat ingin membantu namun aku memberitahunya kalau aku sudah tidak apa-apa.

“Apa kau membaca Murakami, Nadira?” tanya Leon saat tidak sengaja melihat novel dengan sampul putih itu tergolek di sisi meja.

“Tidak. Itu milik Arrum. Aku baru saja ingin membacanya tadi.”

“Itu milikku. Apa kau mau meminjamnya, Leon?”

“Ah tidak. Selain Murakami, buku apalagi yang suka?”

“Hemm banyak. Ernest Hemingway, Jane Austin, Tere Liye. Tere Liye itu penulis asal Indonesia jika kau pernah mendengarnya. Kemudian Agatha Christie, Sherlock Holmes. Aku juga suka komik Detective Conan dan…”

“Kau juga menyukai Detective Conan?”

Detective Conan? Ah! Iya. Gilang juga menyukai Detective Conan dan Sherlock Holmes. Gilang? Bagaimana kabarnya? Dan buku waktu itu aku tidak ingat apa aku membawanya pindah ke Jerman?

“Dan?” tanya Leon.

“Eh? Dan komik Jepang lainnya. Hehe.”

“Di rumahnya, ada satu rak buku kaca besar untuk semua koleksi bukunya.” Kata Nadira dengan mulut belepotan. “Tapi tidak ada satupun buku mengenai politik dan hukum. Padahal dia ini mahasiswi jurusan hukum.”

“Hahaha lucu sekali. Tapi ternyata kita memiliki kesamaan. Aku juga suka Sherlock Holmes dan Detective Conan.”

“Oh ya?” kataku.

“Ya. Aku punya koleksi semua bukunya lengkap. Komik juga. Animenya, live action. Semuanya.”

“Wah, aku baru tahu.” Kataku. Aku menambahkan mayonnaise ke atas pizza kejuku.

“Itu karena selama ini kau tidak mencoba ingin tahu.” Nadira menyamber percakapan lagi. Aku melengos sedang Leon tersenyum seadanya namun tetap manis. Apa? Manis? Sejak kapan Leon menjadi manis?

“Ah ya. Jika kau sudah keluar rumah sakit nanti bagaimana jika kita bertiga menonton movie conan yang ke 21 di bioskop?” ajak Leon.

“Bertiga? Apa kau maksud aku salah satu diantara tiga itu?” tanya Nadira.

“Tentu saja.” Kata Leon polos. Dia tidak tahu kalau Nadira sangat anti dengan anime dan apalah yang berhubungan dengan itu.

“Tidak akan, Leon. Nadira tidak akan pernah bersedia untuk satu hal itu. Dia bahkan tidak akan memasuki kamarku jika aku tidak mau memindahkan komik-komikku ke rak buku di ruang tamu.” Kataku dengan sedikit dramatis. Aku memberikan isyarat pada Leon untuk mendekat agar aku membisikkan sesuatu padanya. Leonpun mendekatkan telinganya denganku. “Mantannya yang paling dia cintai adalah penggila Anime. Dia telah diduakan oleh Waifu mantannya itu,” aku berbisik dengan sura yang sebenarnya masih bisa didengar jelas oleh Nadira.

Nadira memutar bola matanya. “Silakan muat itu di kolom utama koran besok pagi, Arrum. Beritahu hal itu pada seluruh dunia.”

Aku dan Leon tertawa terbahak. Sedang Nadira mencibir kami.

“Baiklah. Aku sudah selesai dengan Pizza ini. Aku mau pergi,” Nadira bangkit dari tempat duduknya dan pergi meski aku memanggil namanya berulang kali.

“Hahaha dia selalu begitu. Tenang saja.”

“Aku percaya,” kata Leon. “Jadi?” lanjutnya.

“Jadi?” kataku bertanya balik dengan bodoh.

“Jadi apa kau mau pergi menonton movie Detective Conan ke 21 bersamaku?”

Apa Leon baru saja mengajakku berkencan atau semacamnya? Tapi tidak. Sepertinya tidak mungkin. Lagipula ini hanya karena kami menyukai sesuatu yang sama. Lagipula, menemukan orang yang sama- sama suka Detective Conan itu jarang kutemui. Tapi apa iya?

“Baiklah.”

Leon tersenyum lagi.

“Ngomong-ngomong, kau seperti seseorang yang kukenal. Dia juga suka DC dan Sherlock Holmes,” kataku. Aku tidak tahu mengapa aku merasa perlu untuk memberitahu hal ini pada Leon. Membicarakan masa laluku dengan orang lain selain Nadira tidak pernah kulakukan.

“Siapa? Apa dia temanmu?”

“Hem. Semacam itu.” Jawabku menggantung. Aku tahu Leon menatapku penuh tanda tanya. Namun dia tidak bertanya lebih jauh. Sungguh pengertian.

“Apa kau rindu teman-temanmu?”

Leon mengulang pertanyaannya tempo hari. Ternyata dia ingat bahwa pertanyaannya belum kujawab.

“Terkadang iya.” Aku menerawang. “Lalu bagaimana denganmu? Siapa yang waktu itu sedang kau rindukan? Apakah keluarga dari Ibumu di Filipina?”

Leon menatapku lurus. Seolah dengan matanya ia dapat mengetahui rahasia terdalam yang aku simpan.

“Kau. Aku merindukanmu.”

Aku terenyak. Selama 5 detik mataku beradu tanpa kedip dengan manik indah milik Leon.

“Aku merindukanmu karena tidak ada lagi yang merepotkanku di kampus.” Leon tertawa setelahnya. Dia tertawa cukup lama seolah itu lelucon paling lucu dan memang seharusnya ditertawakan. “Harusnya kau melihat wajahmu tadi, Arrum.”

Aku mencibir. Ternyata Leon bisa konyol juga. Dia selalu tampak dewasa selama ini. Ternyata banyak hal-hal yang tidak aku ketahui tentang Leon.

“Ah sudahlah! Aku mau membaca lagi.”

Leon masih tertawa. Yaampun anak itu. Tapi, kenapa aku senang melihat Leon tertawa seperti itu? Dia mengingatkanku pada Gilang. Mereka memiliki kesamaan. Tapi, apa benar mereka memiliki kesamaan? Atau aku merasa mereka memiliki kesamaan hanya karena aku sedang merindukan Gilang?

Tunggu! Rindu? Apa aku Rindu Gilang? 5 tahun berlalu apa aku belum bisa melupakan pria itu? Aku sudah pindah negara. Aku kini di Jerman. Di Koln. Banyak pria tampan yang lebih dari Gilang. Harusnya aku bisa menemukan satu dari mereka. Ya, harusnya.

Tapi nyatanya, seberapa rapihpun kita memilah kenangan mana yang ingin dibawa dan mana yang ingin ditinggalkan, kenangan pahit lah yang sering terbawa kemana-mana. Bukan hanya di dalam langkah, tapi juga dalam mimpi panjang di tengah malam.

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Drama untuk Skenario Kehidupan
311      176     0     
Romance
Kehidupan kuliah Michelle benar-benar menjadi masa hidup terburuknya setelah keluar dari klub film fakultas. Demi melupakan kenangan-kenangan terburuknya, dia ingin fokus mengerjakan skripsi dan lulus secepatnya pada tahun terakhir kuliah. Namun, Ivan, ketua klub film fakultas baru, ingin Michelle menjadi aktris utama dalam sebuah proyek film pendek. Bayu, salah satu anggota klub film, rela menga...
The Journey is Love
36      28     0     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Sanguine
135      79     0     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
RAHASIA TONI
1293      473     0     
Romance
Kinanti jatuh cinta pada lelaki penuh pesona bernama Toni. Bukan hanya pesona, dia juga memiliki rahasia. Tentang hidupnya dan juga sosok yang selalu setia menemaninya. Ketika rahasia itu terbongkar, Kinanti justru harus merasakan perihnya mencintai hampir sepanjang hidupnya.
JATUH CINTA
38      30     0     
Romance
Cerita cinta anak SMA yang sudah biasa terjadi namun jelas ada yang berbeda karena pemerannya saja berbeda. Dia,FAIZAR HARIS AL KAFH. Siswa kelas 10 SMAN 1 di salah satu kota. Faizar,seorang anak yang bisa dibilang jail dengan muka sok seriusnya itu dan bisa menyeramkan disaat tertentu. Kenalkan juga, ALYSA ANASTASIA FAJRI. seorang gadis dengan keinginan ingin mencari pengalaman di masa S...
Alfazair Dan Alkana
10      10     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Rêver
79      74     0     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Forestee
12      12     0     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Daniel Whicker
171      121     0     
Mystery
Sang patriot ikhlas demi tuhan dan negaranya yang di khianati oleh negara dan dunia.. Dan Ayahnya pun menjadi korban kesadisan mereka...
My Secret Wedding
53      37     0     
Romance
Pernikahan yang berakhir bahagia adalah impian semua orang. Tetapi kali ini berbeda dengan pernikahan Nanda dan Endi. Nanda, gadis berusia 18 tahun, baru saja menyelesaikan sekolah menengah atasnya. Sedangkan Endi, mahasiswa angkatan terakhir yang tak kunjung lulus karena jurusan yang ia tempuh tidak sesuai dengan nuraninya. Kedua nya sepakat memutuskan menikah sesuai perjodohan orang tua. Masin...