Read More >>"> Code: Scarlet (Mission 8) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Code: Scarlet
MENU
About Us  

Setelah menitipkan tas ke tempat penitipan barang, Ichimiya terus mengikuti Kyou dengan keadaan waspada. Saat ini dia sedang tidak membawa senjata apapun.  Pistol yang dibawanya dari rumah berada di dalam tas. Dan juga belati yang biasa dia bawa hari ini dia tinggalkan di kamar.

Memang pemuda itu tidak terlihat ingin mencelakainnya. Tapi jika Kyou adalah bagian dari mereka yang menjadi ancaman untuknya, ada kemungkinan pemuda itu mencoba untuk melukai Ichimiya jika ada kesempatan.

Sejauh ini mereka hanya mendatangi arena permainan juga pergi ke berbagai toko. Kyou lebih menikmati acara kencan ini dari pada Ichimiya.

Bye-bye.” Kembali Kyou melambaikan tangan pada gadis-gadis yang lewat.

Jika diperhatikan, Kyou  terlihat hanya bermain-main. Pemuda tinggi dengan rambut hitam itu selalu membuat senyum lebar di wajahnya. Dia selalu tampak ceria juga baik kepada siapa saja.

“Apa kau sudah selesai?” Tanya Ichimiya karena dia tampak bosan.

“Ayo kita ke sana,” tunjuk Kyou. Jari telunjuknya mengarah pada sebuah bangunan besar. Sebuah Istana yang dijadikan museum lukisan.

“Ini yang terakhir,” tegas Ichimiya. Ichimiya menurut saja ke mana pemuda itu pergi. Karena perjanjian yang mereka buat sebelumnya sehingga berakhir dengan kencan ini.

Dari luar memang terlihat begitu besar dan megah. Tingginya hampir menyamai bianglala di sebelahnya. Namun bangunan ini hanya dibuka sampai lantai 2.

“Wanita tadi,” ucap Ichimiya memulai. “Dia temanmu kan?”

“Benar. Hari ini kami sedang memantau area sini. Ah maaf, sebenarnya tidak ada perintah dari bos kami untuk mengikutimu,” jelas Kyou sambil memperhatikan sebuah lukisan. Keningnya berkerut dan tangannya berada di dagu.

“Bos? Apa kalian sebuah organisasi?”

“Hmm, bisa dibilang begitu. Para anak percobaan yang melawan kalian, mereka adalah bidak kami.” Kembali mereka berkeliling. “Ngomong-ngomong, bos kami itu juga seorang anak percobaan lho. Yah bisa dikatakan ini sebuah organisasi yang terbentuk dari anak-anak Distrik 1.”

“Apa tujuan kalian?” Ichimiya terus mencoba mengorek informasi.

“Apa ya? Entahlah,” kembali Kyou tersenyum. Kali ini senyum nakal dan seperti bercanda.

“Lalu kenapa kau mendekatiku?”

“Karena aku penasaran denganmu Mi-chan. Oh, benar juga. Hari ini ada acara spesial di sini. Ayo kita pergi ke atap.”

Ada sebuah pintu yang bertuliskan ‘Dilarang Masuk’. Namun Kyou juga Ichimiya tidak menghiraukannya. Mereka melewati tali pembatas dan naik ke lantai atas. Ada sebuah tangga naik dan gelap.

“Apa yang kalian lakukan pada anak-anak percobaan itu?” kembali pertanyaan dilontarkan oleh Ichimiya. Kyou berjalan di depannya.

“Kami membunuhnya.” Ichimiya tertinggal karena langkahnya terhenti begitu mendengar ucapan Kyou. Pemuda itu ikut berhenti dan melirik ke belakang. “Tergantung juga. Jika mereka berguna mungkin bos akan menggunakannya. Jika tidak tinggal kami habisi saja.”

Tangan Ichimiya meremas roknya. “Siapa sebenarnya bos kalian?” Kembali mereka bergerak ke atas. Kali ini Ichimiya yang berjalan di depan.

Zero. Kami memanggilnya begitu.”

Pintu berdecit ketika Ichimiya membukanya. Angin menghempasnya dengan kuat membuatnya sedikit terpejam. Mereka berada di pucak menara. Seperti balkon tempat tuan puteri terkurung jika dalam cerita. Di hadapan mereka saat ini terlihat jelas bianglala yang berputar perlahan. Di tengah bianglala itu ada sebuah jam digital besar yang menunjukkan pukul 23:47. Ichimiya tidak tau jika sudah selarut ini.

“Ah, di sini indah sekali.” Kyou mendekati pinggir balkon. Dia memanjat dinding pengaman itu dan berdiri di atasnya. Tangannya berada di dahi, sambil menyisir semua area taman hiburan ini dia tersenyum senang. “Lihat itu. Kecil sekali,” tunjuknya. Saat Kyou melihat Ichimiya di belakangnya, senyum itu memudar. “Kelihatannya memang hanya aku yang menikmati kencan ini.”

Ichimiya bersandar ke dinding dekat pintu. Tangannya terlipat di depan dada. Dalam diam dia menatap Kyou.  “Apa tujuanmu?”

“Sudah aku bilang, aku penasaran denganmu.”

“Kau memberikan informasi ini dengan begitu saja. Kalian pasti punya rencana lain kan?”

“Tidak. Aku tidak memberitahu mereka jika kita saling membuat kontak. Semua ini karena keinginanku sendiri.”

“Kau pasti membohongiku.”

“Terserah kau saja.” Mereka berdua terdiam. “Apa ini saja yang ingin kau tau? Jika tidak ada lagi pertanyaan kau boleh pulang. Hari ini terasa menyenangkan.” Kyou kembali tersenyum. Tangannya melambai pada Ichimiya ketika gadis itu benar-benar sudah selesai dengannya.

Begitu pintu tertutup, suasana berubah hening. Hanya suara desir angin juga orang-orang yang masih berkeliaran di bawah. Kyou masih dalam posisinya berdiri di dinding pengaman. Tangannya merogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel. Begitu dinyalakan layar ponselnya menunjukkan pukul 11:54 PM. Sama seperti jam di bianglala itu.

Beberapa detik kemudian sebuah keributan terdengar di bawah sana. Lampu-lampu yang menyala di kejauhan tiba-tiba mati. Dalam kegelapan tersebut terlihat kilatan cahaya berwarna biru. Bergerak cepat. Seperti kilatan biru itu meninggalkan jejak setelah dia melewati jalan itu. Mata Kyou bergerak cepat mengikuti kilatan tersebut.

Tanpa diduga, pintu di belakangnya berdecit kembali. Ichimiya membuka pintu itu sambil menenteng tas miliknya. Tangannya sibuk mencari sesuatu di dalam tas itu. Sambil berjalan mendekati Kyou, Ichimiya mengeadah. Dalam sekali lompatan dirinya berhasil naik ke dinding pengaman. Begitu menemukan apa yang dicarinya, gadis itu melemparkan tasnya ke belakang.

“Kau tau apa yang aku katakan tadi?” Kyou masih memperhatikan layar ponselnya. Setelah itu dia mengarahkannya ke bianglala di depannya. Clik! Dia mengambil gambar dengan kamera di ponselnya. Pukul 11:58 PM. “Kalau begitu bagaimana jika tinggal sebentar lagi. Aku tadi bilang kan, hari ini hari spesial jadi-” ucapannya terhenti begitu menoleh pada Ichimiya yang berdiri di sampingnya.

“Kyou,” kata Ichimiya. Dia kini mengarahkan sebuah pistol dan membidik tepat di kepala pemuda itu. Jari telunjuknya siap untuk menekan pelatuk kapanpun dan melubangi wajah tak berdosa di hadapannya. “Apa aku bisa mempercayaimu?” lanjut Ichimiya. Tatapannya tertuju pada Kyou yang terlihat tenang. 

“Mi-chan, kau memang menarik.”

Seperti yang diucapkan Kyou, hari ini memang ada yang spesial di taman hiburan ini. Karena saat pergantian hari atau tepatnya saat pukul 00:00, akan ada peluncuran kembang api. Dan tepat ketika Kyou kembali menunjukkan senyumnya, suara dentuman kembang api itu memecah langit malam yang gelap. Merubahnya menjadi gemerlap langit warna-warni. Dalam suasana tersebut mereka berdua masih tak bergerak hingga Kyou, entah apa yang dia tertawakan namun hal itu tidak membuat Ichimiya menurunkan pistolnya.

“Maaf. Aku melupakan sesuatu. Hah..” ucapnya setelah kembali tenang. Tangannya menyibakkan rambut poni yang menutupi mata kirinya. Sesaat sebelum dia membuka matanya Kyou kembali mengatakan sesuatu, “Apa kau tau, orang-orang memanggilku dengan sebutan Pria Pemecah Kenangan.” Begitu mata itu terbuka, Ichimiya bisa melihat sesuatu yang berbeda pada diri Kyou. “Mi-chan, apa kau tidak penasaran dengan ingatan masa lalumu?”

***

Ao sedang duduk di tangga saat mendapati Ichimiya pulang. Dalam gelap ruangan itu Ao bisa melihat alroji di tangannya sudah menunjukkan pergantian hari. Bahkan sampai Ichimiya melepaskan sepatunya, gadis itu tidak menyadari kehadiran Ao di situ.

“Ichi,” panggil Ao pelan. Gadis itu terperajat saat mendapati Ao bergerak mendekatinya.

“Ao.. Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Ichimiya. Suaranya sedikit bergetar.

“Dari mana saja kau?” Ao langsung bertanya.

“Aku hanya,” Ichimiya tertunduk. Dia merasa lelah saat ini. “Maaf,” ucapnya kemudian. Dia membuang muka.

Ao hanya bisa menghela napas. “Istirahatlah. Karena besok hari libur, kau akan mendapat misi.”

“Baik,” angguk Ichimiya. Dia berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Tetapi saat di tengah anak tangga dia berhenti. “Ao, besok aku ingin mengunjungi anak-anak percobaan itu lagi.”

“Ada apa-” Ao tidak jadi menyeselaikan ucapannya. “Aku akan meminta izin pada Aki-san,” ucapnya.

“Terima kasih.”

“Selamat malam, Ichi.”

Sebisa mungkin Ao menahannya. Dia tidak ingin Ichimiya merasa tidak nyaman. Terlihat jelas jika Ichimiya sedang kacau dan butuh waktu untuk sendiri. Walau Ao ingin bertanya banyak hal padanya. Akan lebih baik jika gadis itu menceritakan semua yang terjadi padanya secara langsung.

***

Matahari akan terbit beberapa jam lagi. Namun Ichimiya sama sekali belum memejamkan matanya sejak memasuki kamar. Dia malah termenung di depan meja belajarnya. Sembari memperhatikan belati miliknya di atas meja, Ichimiya mulai terbayang banyak hal. Kata-kata Kyou terus terbayang di dalam benaknya.

“Apa kau tidak penasaran dengan ingatan masa lalumu?”

Tentu saja dirinya ingin ingatan itu kembali. Tetapi, entah mengapa hanya sebagian dalam dirinya yang menginginkannya. Terlebih saat dia mengingat jika dirinya adalah subject percobaan. Mengingat semua anak dari Distrik 1 dalam keadaan menyedihkan setiap kali dia menangkap mereka, Ichimiya selalu bertanya. Apakah dirinya dulu juga seperti itu? Apa yang akan terjadi jika dia mengingat semuanya?

Entah kenapa semua yang diucapkan oleh Kyou terdengar meyakinkan bagi Ichimiya. Benarkah dia bisa mempercayai orang yang seharusnya menjadi musuh itu? Memikirkan semua yang diucapkan Kyou membuat waktu cepat berlalu. Sinar matahari pagi masuk melewati celah jendela balkonnya. Alarm yang biasa berbunyi membangunkannya akan berdering beberapa detik lagi.

“Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal itu,” gumam Ichimiya pada diri sendiri. Gadis itu beranjak dari meja belajarnya dan menekan tombol pada alarm-nya. Dia segera bersiap karena misi telah menunggunya.

***

Ao menunggunya di depan pagar rumah. Sambil melihat data tentang misi hari ini, Ao berpikir untuk menanyakan tentang kemarin malam pada Ichimiya. Saat sarapan pagi tadi, Ichimiya sudah terlihat lebih baik.

Begitu mendengar suara pintu depan terbuka dan mendapati Ichimiya keluar dengan tas samping mini di pinggangnya, Ao segera membetulkan posisi tubuhnya.

“Sudah siap?”

“Hemb. Ayo.” Gadis itu berjalan mendahului. Ayo mengekor di belakangnya sambil terus memperhatikan.

“Ichi, tentang permintaanmu kemarin malam. Aki-san bilang oke,” ucap Ao. Pemuda itu memasukkan kedua tangannya ke saku blazer yang dia kenakan, selama berjalan di belakang Ichimiya dia terus melihat rambut panjang gadis itu.

“Terima kasih. Aku akan pergi ke sana sebelum menjalankan misi,” jawab Ichimiya tanpa menoleh.

Ao terdiam, pandangannya masih terfokus ke rambut Ichimiya yang bergerak bebas karena angin. Entah sejak kapan tepatnya, Ao menyukai rambut Ichimiya. Bahkan saat masih di Distrik 3 Ao-lah yang selalu merawat rambut itu.

“Ichi, kemarin pergi ke mana kau sampai pulang larut malam begitu?” akhirnya Ao menanyakan hal itu.

Ichimiya menoleh. Tangannya menunjuk ke kejauhan. “Ke sana. Taman bermain itu.” Ao ikut menoleh ke arah yang ditunjuk. “Kemarin aku menemani Rin—ah dia salah seorang temanku di sekolah. Kemarin kami ingin pergi ke toko perhiasan, tapi malah hanya berputar-putar,” jelas Ichimiya. Dia sedikit tertawa.

“Sampai kelewat tengah malam?” Tanya Ao kembali. Tatapannya mencurigai.

Ichimiya tau itu aneh. “Benar. Karena kemarin ada acara spesial. Ada kembang api di pergantian hari. Jadi kami melihatnya.” Sambil menatap Ao, Ichimiya tersenyum simpul. Aku tidak sepenuhnya berbohong, ucapnya dalam hati.

Ao menghela napas panjang, “Jangan ulangi lagi. Aku khawatir padamu.” Pemuda itu menepuk-nepuk pelan ujung kepala Ichimiya. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

Ichimiya masih belum sepenuhnya kembali ke dirinya yang biasa. Ao tau ada yang disembunyikannya. Namun dia tidak ingin bertanya lebih banyak lagi. Yang dia pikirkan sekarang adalah misi yang sedang menunggu mereka. Aku harap hari ini semua berjalan baik, doanya dalam hati. Ao tidak ingin misi hari ini berakhir seperti waktu itu.

***

Ichimiya bisa meilhat anak-anak bermain dengan ceria di sebuah ruangan yang luas. Mereka semua yang awalnya tidak mengenal satu sama lain kini bisa akrab dan tertawa tanpa beban. Dari cermin dua arah itu, Ichimiya sudah memandangi mereka selama lebih sepuluh menit.

Dia tau misi mereka akan segera dimulai. Dirinya juga sudah mendapatkan izin sebelumnya. Namun Ichimiya tidak bisa melangkah lebih jauh lagi saat sampai di dekat ruang percobaan. Khususnya ruangan untuk anak-anak percobaan yang mereka tangkap.

Masih jelas teringat bagaimana Ichimiya menangkap mereka satu persatu. Selalu dalam kondisi yang sama, mereka ketakutan dan dalam keadaan memperihatinkan. Ichimiya bersyukur sekarang mereka dalam kondisi yang lebih baik.

“Apa yang aku lakukan di sini?” guman Ichimiya pada diri sendiri. Dia tertunduk di depan pintu ruangan itu. Tangannya yang memegang knop pintu seperti tak punya kekuatan untuk membukanya.

“Apa yang kau lakukan?” Seseorang berdiri sambil menyilangkan kedua tangan ke depan dada.

“Azura…” ucap Ichimiya lirih. Azura beralih bersadar ke tembok. Dia melihat Ichimiya dengan heran.

“Saat sudah menemui mereka, apa yang akan kau tanyakan?” Seperti sudah tau maksud Ichimiya berdiri di situ, Azura langsung melontarkan pertanyaan itu.

“Aku…” Muncul keraguan dalam diri Ichimiya.

Azura juga anak percobaan seperti Ichimiya. Namun dia tidak kehilangan ingatannya dan bisa menggunakan kekuatannya dengan bebas. Azura adalah anak percobaan pertama yang Ichimiya kenal.

“Azura… Kau ingatkan… tentang dirimu sebelum dibawa ke Distrik 3?”

Mimik wajah Azura berubah. “Jadi kau ingin tau tentang masa lalumu ya?” Dari tatapan Azura itu, ada kesedihan. “Kau tau, aku iri padamu karena kau kehilangan ingatan di tempat itu. Tapi di sisi lain kadang aku juga merasa kasihan.”  Ichimiya tau jika sebaiknya dia tidak bertanya lebih.

Saat Ichimiya ingin mengetahui tentang masa lalunya, mungkin anak-anak yang lain tidak ingin ingatan masa lalu itu ada. Mungkin seperti Azura saat ini. Karena itu, Ichimiya mengurungkan niatnya. Dia pergi  menjauh dari ruang percobaan meninggalkan Azura yang masih terdiam di sana.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • Ardhio_Prantoko

    Ide ceritanya boleh, saran aku coba ambil referensi dialog dan plotting ala western biar lebih greget

    Comment on chapter Mission 3
  • yulianaselfia97

    @dede_pratiwi thanks ya kak dah mampir

    Comment on chapter Mission 15
  • yulianaselfia97

    @yurriansan hmpir sama dibagina pertama

    Comment on chapter Mission 15
  • yurriansan

    Chapter 1 dan chapter 15, sma ya crtanya?

    Comment on chapter Mission 1
  • dede_pratiwi

    sukaa ceritanya kaya lagi nonton anime...udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Mission 1
  • yulianaselfia97

    @Kang_Isa makasih ya udah mampir baca :)

    Comment on chapter Mission 4
  • Kang_Isa

    Waw! Ceritanya menarik sekali, seakan nonton anime. Bagus, lebih berani lagi penyampaian ceritanya. Setuju dengan komen sebelumnya, biar tambah greget rasa Action-nya. Good luck, ya.

    Comment on chapter Mission 4
  • yulianaselfia97

    Makasih udah mampir :)
    Makasih jga saran n kritiknya

    Comment on chapter Mission 1
  • RaniRstar

    Saya suka idenya. Tapi ... penyampaiannya kurang gereget. Ini cerita action jangan penyampaianannya ala sinetron. Harus lebih berani lagi. Semangat and good luck.

    Comment on chapter Mission 1
  • yulianaselfia97

    Thanks sarannya :)

    Comment on chapter Mission 2
Similar Tags
Rindu
4      4     0     
Romance
Ketika rindu mengetuk hatimu, tapi yang dirindukan membuat bingung dirimu.
Sisi Lain Tentang Cinta
2      2     0     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Forbidden Love
61      20     0     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
Menuntut Rasa
272      223     3     
Short Story
Ini ceritaku bersama teman hidupku, Nadia. Kukira aku paham semuanya. Kukira aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku jauh dari itu.
LULLABY
178      33     0     
Fantasy
Lowin mengingat Nasehat terakhir yang diberikan oleh sang kakak mowrine sebelum ia mengemban tugas dari kerajaan. Sang kakak mowrine juga harus melanggar larangan dan terpaksa berbohong untuk mendapat kepercayaan dari keluarga yang akan ia tinggalkan. Bukan tanpa alasan mowrine melakukan hal itu, ia melihat sesuatu didiri lowin yang mengusik ketenangan. Namun, Kenyataan tidak sesuai dengan har...
My Teaser Devil Prince
60      22     0     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Kala Saka Menyapa
135      31     0     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
WALK AMONG THE DARK
4      4     0     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...
Me & Molla
2      2     0     
Short Story
Fan's Girl Fanatik. Itulah kesan yang melekat pada ku. Tak peduli dengan hal lainnya selain sang oppa. Tak peduli boss akan berkata apa, tak peduli orang marah padanya, dan satu lagi tak peduli meski kawan- kawannya melihatnya seperti orang tak waras. Yah biarkan saja orang bilang apa tentangku,
Ghea
4      4     0     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...