Seorang gadis berumur di awal 20 tahunan tengah menggoyangkan badannya mengikuti alunan musik yang dimainkan oleh DJ. Sesekali dia memutar tubuhnya dan membuat sedikit tarian sensual yang membuat para lelaki yang berada di dekatnya tak mengalihkan pandangan darinya---dari tubuhnya lebih tepatnya. Tubuhnya yang terbalut gaun ketat berwarna hitam, sehingga setiap inchi lekuk tubuhnya membuat magnet yang membuat para lelaki tak mengalihkan pandangan darinya.
Dia tahu saat ini para lelaki tengah menatap lapar dirinya, mencari celah untuk memangsanya. Tapi maaf saja, dia tak akan menyerahkan dirinya begitu saja pada lelaki di sekitarnya karena tujuannya cuma satu, mendapatkan perhatian lelaki jangkung yang tengah berdiri di pinggir dancing floor dengan segelas Wine di tangannya. Iya Wine. Dari banyaknya minuman beralkohol di club itu, lelaki tampan itu lebih memilih Wine yang harganya tentu tak murah.
DJ mengganti musik dengan musik bertempo lambat membuat kerumunan manusia di dancing floor menurunkan tempo gerakan mereka. Tapi tidak dengan gadis itu, musik bertempo lambat bisa membuatnya meliukkan tubuhnya hanya untuk menarik perhatian lelaki yang tengah menatap dirinya. Keduanya saling pandang.
"Lo gila!" Pekik temannya yang menari di depannya, sedikit jijik melihatnya menari dengan sensual sejak tadi.
"Apa sih?" Dia pura-pura tak mendengar sambil menggelung rambutnya yang terurai ke atas. Tali rambut sengaja dia gigit dengan giginya. Gerakan menggelung rambut ke atas adalah salah satu caranya menunjukkan keseksian dan pesonannya. Siapa sib yang tak tergoda melihat leher jenjangnya dan gerakan sensualnya saat menalikan rambutnya tentu membuat para lelaki panas dingin.
Temannya hanya bisa mendesah sambil menggeleng melihat tingkah temannya itu yang selalu berperilaku gila hanya untuk menarik perhatian lelaki itu, orang yang selama ini ditaksirmya.
"Lo nggak capek ngejar-ngejar dia?"
"Kenapa harus capek? Gue nggak akan berhenti sebelum dia menjadi milikku," sudut bibirnya terangkat dengan sudut mata yang mengawasi lelaki tadi. Yang masih berdiri di sana,memperhatikan nya. Hatinya berbunga-bunga diperhatikan oleh pujaan hatinya.
"Ini cinta atau obsesi ya?"
"Cinta lah. Gue sangat mencintainya. Lo tahu sendirilah."
Temannya itu menggeleng,"Lun, please sadar dong. Dia itu nggak pernah ngelirik lo."
"Risha sayang, saat ini mungkin dia nggak ngelirik gue tapi suatu saat dia akan menyadari kehadiran gue."
"Trus apa rencana lo?"
Kalluna menggeser tubuhnya ke samping agar bisa melihat dengan jelas lelaki itu, dia mencondongkan tubuhnya ke arah Klarisha dan membisikkan sesuatu kalimat yang membuat Klarisha terbelalak,"aku mau menyerahkan tubuhku pada Azka malam ini."
"Luna! Kamu gila!!!"
Ya Kaluna gila sangat gila sampai merelakan kehormatannya untuk lelaki yang dicintainya. Namun tak pernah memandangnya itu.
"Udah ah. Aku mau nyamperin Azka," sahut Yuna menepuk pelan pundak Riana lalu berjalan menerobos kerumunan orang-orang yang memperhatikan dirinya. Pandangannya hanya tertuju pada satu titik. Lelaki itu. Lelaki yang tengah tersenyum padanya.
Ah ralat! Bukan dirinya. Melainkan wanita lain dari dancing floor yang tengah menuju ke arahnya.
Hatinya sakit saat wanita itu melingkarkan lengannya ke leher Luke lalu mencium bibirnya. Ciuman yang panas sepanas hati Kaluna yang bergemuruh.
Azka, kapan kamu akan memandang gue?
Saat wanita tadi pergi ke meja bar untuk mengambil minuman. Otak Kaluna menemukan sebuah kesempatan. Kesempatan mendekati Luke dan menggoda lelaki itu agar menghabiskan malam dengannya.
Greb!!!!
Langkah Yuna terhenti karena seseorang menarik tangannya. Kepalanya terbentur sesuatu. Dada bidang seorang lelaki berkacamata yang tengah memegang lengan kanannya.
"Kurang ajar!"
"Kamu yang kurang ajar. Menggoda pria lain dengan pakaian kurang bahan seperti ini!"
"Apa peduli lo!"
"Tentu saja aku peduli karena aku suamimu."
Suami? Lelucon macam apa ini??? Kaluna bahkan masih kuliah dan dia selama ini masih jomblo. Mama mungkin dia memiliki suami terlebih lelaki di hadapannya itu bukan tipenya. Dari perawakannya yang rapi, Yuna menebak lelaki itu lelaki kantoran yang baru pulang dari kantor dan umurnya tentu di atasnya. Yuna tak suka lelaki yang umurnya terlalu jauh.
"Lepaskan!" Pekik Yuna, tangannya terasa sakit akibat cengkaraman tangan lelaki itu.
"Tempatmu bukan di sini, Luna. Ayo pulang!"
"Nggak mau aku---" mata Kaluna bergerak gelisah mencari keberadaan Azka yang entah kemana.
"Kamu nyari siapa? Suamimu ada di sini."
Kaluna menatap sinis pria berkacamata itu,"lo bukan suamiku. Gue masih jomblo. Masih bebas."
Lelaki itu memegang kedua tangan Kaluna dengan erat karena Kaluna terus meronta, memberontak ingin dilepaskan,"Kaluna Stevani Hadiwijaya, jangan keras kepala! Ayo pulang!"
"Lo salah orang. Hadiwijaya itu bukan nama gue. Aku jayadiningrat. Lepasin gue! Gue mau ketemu Azka. Gue harus menghabiskan malam bersamanya."
"Kenapa Kaluna? Kenapa kamu ingin menghabiskan malam dengan lelaki asing? Harusnya kamu menghabiskan malam denganku. Suamimu."
"Jangan mimpi!!! Lo bukan suami gue. Gue tak mengenal lo. Gue hanya mau menghabiskan malam bersama orang yang gue cintai dan itu adalah Azka. Bukan lo!"
"Kaluna, aku suamimu."
"Bukan! Gue tak mengenal lo Berhenti memanggil gue Kaluna! "
"Kalau aku tak bisa membawamu pulang dengan baik-baik maka aku harus menyeretmu!"
Menyeret yang dimaksud oleh lelaki itu adalah menggendong Kaluna dengan tiba-tiba ala bridal style yang membuat mereka menjadi pusat perhatian. Tentu saja Kaluna meronta minta dilepaskan.
"Lepaskan!"
"Diam Kaluna, selagi aku masih sabar."
"Lo jahat!"
"Memang. Aku memang orang jahat."
cant wait the next chapter :)
Comment on chapter Prolog