Read More >>"> Love You, Om Ganteng (Rasa 15) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love You, Om Ganteng
MENU
About Us  

"Kok bisa sih lo jadian sama Danu? Pake pelet apa lo?"

Sabina mendongak terkejut, tatapannya langsung bertemu dengan pantulan Gisel yang terlihat dari cermin besar di hadapannya. Gadis itu bersedekap angkuh menatap Sabina di depannya. Matanya memencarkan amarah.

Tidak mengacuhkan pertanyaan Gisel, Sabina memilih mengambil beberapa lembar tisu dari dispenser yang tertempel di dinding. Ia mengelap wajahnya yang basah karena air.

"Lo nggak bisu kan, Bi?!"

"Aku harus jawab apa? Semua terjadi begitu saja," jawab Sabina santai.

Gisel mendatangi Sabina kemudian menarik bahu Sabina agar menghadap ke arahnya.

"Serius, gue penasaran. Apa sih yang dilihat Danu dari elo?" Iris coklat Gisel melihat Sabina dari atas ke bawah. "Cantik juga enggak, gaya biasa aja nggak ada manis-manisnya. Cantikan gue kemana-mana," lanjutnya penuh percaya diri.

"Mencintai seseorang bisa terjadi kapan saja dan tanpa alasan, bisa bikin nyaman itu udah lebih dari cukup," ucap Sabina mantap.

"Jujur gue nggak terima, ya. Lo tau kan gue ngejar-ngejar Danu dari awal dia di sini, tapi dia sama sekali nggak peduliin gue. Dia malah sukanya sama elo. Sakit tau Bi, tapi nggak berdarah," rengek Gisel sambil menyandarkan tubuhnya di dinding, membuat Sabina mengernyit heran.

Jauh seperti apa yang Sabina pikirkan, ia berpikir Gisel akan melakukan kekerasan kepadanya atau sejenisnya, tapi kenapa Gisel justru terdengar seperti seseorang yang tengah curhat kepada sahabat baiknya?

Oke, ini aneh.

Sabina memilih diam, ia juga tidak memahami soal ini mengingat dirinya sendiri bukan pakar percintaan. Dia masih baru dalam hal ini.

"Kalo lo? Beneran lo nggak punya alasan suka sama Danu? Nggak mungkin, kan? Secara elo kan antisosial trus tiba-tiba nggak ada seminggu udah deket aja sama Danu," cecar Gisel.

Sabina tersenyum hangat, "Aku juga nggak ngerti, yang jelas ... aku nyaman kalo sama Danu. Sekeras apapun aku nolak Danu, sekeras apapun aku berusaha menjauh darinya, dia selalu punya cara bikin aku nyaman bersamanya, dengan perhatiannya, dengan tingkahnya yang kadang konyol, dia selalu bisa bikin aku senyum. Dia bisa yakinin aku kalo nggak semua cowok itu berengsek,-"

"Maksud lo? Lo punya trauma gitu sama cowok? Gue bahkan nggak pernah lihat lo deket sama cowok gimana lo bisa trauma?" potong Gisel.

Sabina tersenyum sambil menggelengkan kepala, "Nggak, lupain soal itu."

Gisel mengangguk mengerti. Sebenarnya ia sudah tahu dengan apa yang terjadi pada Sabina. Ia memilih diam, menjaga rahasia yang ia ketahui dengan berpura-pura tidak tahu. Beberapa hari yang lalu ia bertemu Mama Sabina saat Papanya menyumbang ke sebuah panti sosial dan tidak sengaja ia mengobrol dengan Mama Sabina. Ketika ia menyebutkan bersekolah di mana, Mama Sabina juga mengatakan jika anaknya bersekolah di tempat yang sama dengan Gisel dan ketika Gisel bertanya mengapa Sabina seperti itu, Mama Sabina mulai bercerita.

"Trus gue gimana, dong?" tanya Gisel dengan bibir mengerucut. "Masa gue kalah sama elo, tapi masa gue terus deketin Danu jelas-jelas dia nggak suka sama gue. Di mana harga diri gue coba?" Cewek berambut panjang bergelombang itu menghela napas kecewa.

Oh, masih punya harga diri?

Sabina merasakan gawainya bergetar.

"Bentar."

Ia membuka pesan yang ternyata dari Danu.

Lagi di mana, Bi? Nggak mau lihat pacarnya tanding basket? :)

Sabina tersenyum lalu membalas pesan Danu singkat.

Di toilet sama Gisel. Bentar lagi kesana.

"Pasti dari Danu, ya?"

Sabina tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.

"Tuh kan, gue jadi nggak tega rusak hubungan kalian. Apalagi lihat elo yang sekarang lebih banyak senyum, nggak kayak mayat hidup kayak kemaren-kemaren. Serem tau!"

Sabina terkekeh pelan membuat Gisel ikut terkekeh. Ia sedikit heran dengan tingkah laku Gisel hari ini, jelas-jelas pagi tadi ia mendapat tatapan tajam dari cewek yang kini terlihat bersikap manis di depannya.

"Lo asik juga ya meskipun agak kalem, ternyata elo nggak seserem yang gue pikir. Pantes Danu suka sama elo, dia risih kali ya karena gue cerewet? Menurut lo gimana, Bi?"

"Nggak tau, bisa jadi." Sabina mengangkat kedua bahunya, seolah ia benar-benar tidak tahu. Padahal jelas-jelas Danu mengatakan semuanya.

"Tapi Andre ... dia naksir kamu, kan?"

"Ck ... iya sih. Dia pernah nembak gue, tapi gue tolak. Gue tau dia baik, perhatian, lucu. Jujur gue kadang nyaman kalo sama dia, tapi ... gue lebih tertarik sama Danu yang jelas-jelas nggak nganggep gue. Jahat emang kalo dipikir-pikir."

"Trus sekarang?" goda Sabina.

"Kayaknya mesti ku pertimbangin deh, Danu buat elo deh, gue ikhlas sekarang." Gisel tersenyum lebar lalu mencuci tangannya yang kotor setelah bermain volly.

"Bi, kita temenan yuk," tawar Gisel membuat Sabina terkejut.

"Nggak usah kaget gitu elah. Nggak salah, kan? Emang iya sih, gue dulu itu benci banget sama elo. Elo tu aneh, nggak ngomong-ngomong, sok misterius, gue juga pernah doain lo yang jelek-jelek waktu lo sama Danu ilang di hutan, tapi akhirnya gue mikir, lo kayak gitu pasti karena punya alasan dan gue nggak berhak benci sama elo soalnya elo nggak pernah jahat sama gue. Apalagi elo udah berubah sekarang jadi nggak ada salahnya 'kan kita temenan?"

Sabina terlihat menimbang-nimbang tawaran Gisel, sudah saatnya ia berubah. Benar kata Mamanya, nggak selamanya dia sendiri. Ia hanya perlu membuka diri dan melihat sekeliling, banyak orang baik di sekitarnya.

Sabina mengangguk dengan senyum lebarnya dan Gisel juga tersenyum tulus.

Gisel mengulurkan tangan kanannya, "Kenalin, gue Gisella Anastasya. kita nggak pernah kenalan, kan?"

Sabina terkekeh pelan menyambut uluran tangan Gisel, "Sabina Amanda Sahib."

"Kalo butuh apa-apa, tempat curhat mungkin, lo bisa dateng ke gue, tapi kayaknya gue deh yang bakalan sering nyari elo buat ngerjain tugas." Gelak tawa Gisel memenuhi ruangan. Sabina sadar ternyata Gisel tidak seburuk yang ada di pikirannya selama ini.

"Um ... Sel, aku mau minta maaf."

"Soal?"

"Pernah mikir kalo elo cewek gatel soalnya ngejar-ngejar Danu terus," ucap Sabina dengan perasaan bersalah.

"Santai aja, pasti bukan cuma elo yang mikir gitu. Yuk, balik ke lapangan." Gisel merangkul Sabina lalu menyeretnya keluar dari toilet.

"Ngomong-ngomong lo udah tau 'kan kalo Danu hari senin ultah."

Sabina melebarkan kedua matanya, "Yang bener? Aku baru tau."

"Idih, pacar apaan sih lo? Ultah cowok sendiri nggak tau," gurau Gisel.

---

Mendapat balasan dari Sabina, Danu langsung berlari ke arah toilet, mengabaikan teriakan teman-temannya yang sudah siap memulai pertandingan basket. Ada tiga toilet di lantai bawah dan ia mendatangi semuanya, ini sama saja keliling sekolah. Napasnya terengah ketika ia sampai di toilet terakhir dan ia yakin Sabina berada di sana.

Tepat ketika Danu berada di depan toilet wanita dia bertemu dengan Sabina dan Gisel yang berjalan beriringan, Gisel merangkul Sabina.

"Bi, kamu nggak pa pa?"

Dengan bingung Sabina melihat Danu yang terlihat kacau, "Nggak papa, emang aku kenapa?"

"Dia nggak macem-macem sama kamu, kan?" Danu menarik Sabina agar menjauhi Gisel.

"Sabi abis gue pukulin! Elah curigaan amat sih? Gini-gini gue nggak pernah ya namanya mukul orang. Lo mau jadi yang pertama gue pukul?!" cecar Gisel tidak terima ia kembali menarik Sabina agar kembali di dekatnya.

Sabina terkekeh, "Udah-udah. Aku nggak pa pa Nu kamu lihat sendiri, kan?"

"Ya ... Maaf. Habisnya Gisel gitu sih."

"Gue kenapa?!"

"Mirip-mirip pemeran antagonis di film-film," ucap Danu sambil menunjukan deretan giginya tanpa rasa bersalah membuat Gisel memutar mata kesal.

"Yuk, Bi. Tinggalin aja Danu." Gisel menarik paksa Sabina menjauhi Danu yang kebingungan dengan sikap kedua gadis itu.

" Gisel menarik paksa Sabina menjauhi Danu yang kebingungan dengan sikap kedua gadis itu

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • Vnimu

    Emirah: waaahh makasih apresiasinya hehehe sedikit2 bcany jgn marathon hehehe

    Comment on chapter Mama Klatina, Papa Ardha
  • emirah

    Tanggung jawab diriku langsung berangkat kerja tanpa tidur sedikit pun gara2marathon cerita ini huhu

    Comment on chapter Mama Klatina, Papa Ardha
  • dede_pratiwi

    nice story

    Comment on chapter Prolog
  • emirah

    Wah nih story ko bikin senyum-senyum sendiri ya padahal baru baca prolognya doang~

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Sendiri
6      6     0     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
Paragraf Patah Hati
69      33     0     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
Apakah Kehidupan SMAku Akan Hancur Hanya Karena RomCom?
56      23     0     
Romance
Kisaragi Yuuichi seorang murid SMA Kagamihara yang merupakan seseorang yang anti dengan hal-hal yang berbau masa muda karena ia selalu dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya akibat luka bakar yang dideritanya itu. Suatu hari di kelasnya kedatangan murid baru, saat Yuuichi melihat wajah murid pindahan itu, Yuuichi merasakan sakit di kepalanya dan tak lama kemudian dia pingsan. Ada apa dengan m...
Aku Bahagia, Sungguh..!
5      5     0     
Short Story
Aku yakin pilihanku adalah bahagiaku mungkin aku hanya perlu bersabar tapi mengapa ingatanku tidak bisa lepas darinya --Dara--
Loneliness
355      106     0     
Romance
Sebuah Reuni megah yang diadakan di Bali, menjadi penuh tanda tanya karena ketidakhadiran Silvi. Hanya dia seorang yang tidak hadir. Menghilang tanpa jejak setelah wisuda. Bahkan, teman terdekatnya juga tidak mengetahui keberadaanya. Dia memang tidak setenar Seina, si gadis pujaan kampus. Bukan pula dikenal karena kecerdasannya ataupun kecakapannya dalam berorganisasi. Silvi hanya...
Cinta Kita Yang Tak Sempurna
116      56     0     
Romance
Bermula dari kisah awal masuk kuliah pada salah satu kampus terkenal di Kota Malang, tentang Nina yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang aktivis di UKM Menwa yang bernama Aftar. Namun Nina tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam memperhatikannya dan tulus mencintainya bahkan rela berkorban pada akhirnya, dia adalah Gio. Namun dipertengahan cerita muncul-lah Bayu, dia ad...
Cecilia
4      4     0     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
Sacred Sins
791      534     8     
Fantasy
With fragmented dreams and a wounded faith, Aria Harper is enslaved. Living as a human mortal in the kingdom of Sevardoveth is no less than an indignation. All that is humane are tormented and exploited to their maximum capacities. This is especially the case for Aria, who is born one of the very few providers of a unique type of blood essential to sustain the immortality of the royal vampires of...
For Cello
48      25     0     
Romance
Adiba jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu ia gapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang ia sanggup menikmati bayangan dan tidak pernah bisa ia miliki. Seseorang yang hadir bagai bintang jatuh, sekelebat kemudian menghilang, sebelum tangannya sanggup untuk menggapainya. "Cello, nggak usah bimbang. Cukup kamu terus bersama dia, dan biarkan aku tetap seperti ini. Di sampingmu!&qu...
Gray Paper
6      6     0     
Short Story
Cinta pertama, cinta manis yang tak terlupakan. Tapi apa yang akan kamu lakukan jika cinta itu berlabuh pada orang yang tidak seharusnya? Akankah cinta itu kau simpan hingga ke liang lahat?