Rumah Tomi, kamarnya, sudah sah dijadikan sebagai base camp Asap. Alasannya sederhana: rumah dia dekat dari sekolah. Selain itu, anggota keluarga Tomi begitu terbuka kepada personil Asap. Sepulang sekolah maupun hari Minggu, personil Asap suka berkumpul di kamar itu.
Seperti sore ini, kamar Tomi yang terletak di lantai atas sudah diisi oleh kami berlima. Di dalam kamar persegi panjang itu ada satu tempat tidur tanpa dipan yang sudah diduduki oleh Jut dan Obey. Kursi meja dikuasai oleh bokong Hay. Tomi lalu keluar kamar sebab dari luar ada suara orang yang memanggilnya. Tangan Jem sedang sibuk mencekik leher gitar Fender stratocaster mengikuti lagu yang mengisi suasana kamar berdindingkan ornamen air brush dominan berwarna hitam penuh kesan misteri dan gelap.
Obey, satu-satunya personil Asap yang berkulit gelap, juga asyik mengetuk-ngetukkan stik drum pada satu benda bundar sebagai pengganti drum yang sebenarnya.
Kami asyik menikmati suasana kamar sampai suara selasar lantai atas kamar yang berlantaikan kayu berbunyi berirama. Tomi muncul di muka pintu, tersenyum menampakkan satu gigi depannya yang tanggal separuh. Kegantengan Tomi seketika berubah menjadi kegantengan Mang Ohay bila dia tersenyum yang menampakkan geliginya. Takada kegantengan yang tak retak.
Alis Tomi yang sama lebat dengan kumis satpam sekolah terangkat-angkat disela senyumnya. Di antara personil Asap, Tomi yang paling jangkung. Sepuluh jari tangannya juga panjang sehingga chord sesulit apa pun di kibor baginya mudah.
"Lo mau di sini sampai malam?"
Jut mengedarkan pandangan wajahnya pada Hay, Obey, dan saya.
"Emang kenapa gitu?"
"Ya kagak, tapi tahan kan lobang hidung lo-lo pada?"
"Ooo, lo dapat orderan ya?"
"Cakep!"
"Paling gue siapin mi rebus buat lo semua."
"Oke, Kawan. Demen banget gue!"
Satu lagi yang berbeda, Tomi itu kenes dan gemulai selain kegantengannya bisa berubah drastis tatkala tersenyum. Biarpun begitu, kalau bicara soal kejantanan lelaki, Tomi sudah teruji.
Satu gigi depan yang tanggal separuh adalah bukti kejantanan Tomi. Dia pernah melawan sekelompok preman yang mengganggu satu cewek sesekolahan. Terjadi perkelahian sengit antara Tomi dan sekelompok preman itu. Sekali Tomi terpukul, ganti Tomi balas memukul. Meski dikeroyok, Tomi tetap melawan. Satu preman tersungkur kena bogem mentah Tomi. Satu preman lagi merangsek tubuh Tomi dari belakang selagi satu preman lainnya memukuli wajah, dada, dan perut Tomi. Akhirnya Tomi tersungkur. Namun setidaknya, cewek sesekolahan itu sempat kabur, lepas dari gangguan preman-preman itu.
Alasan Tomi mengapa berani melawan para preman itu meski jelas-jelas kalah jumlah, jawabannya sederhana: gue kagak suka lihat lelaki bertingkah banci sama cewek. Lah, gemulai dan kenesnya Tomi gegara itu bisa berubah jantan seketika? Padahal, dia kenal pun tidak dengan cewek itu; ada hubungan atau baru sekadar SKSD juga tidak. Kabar tentang Tomi yang menolong satu cewek sesekolahan cepat santer di sekolah sekaligus menaikkan pamor Asap dengan mengorbankan separuh gigi depan Tomi yang tanggal di atas altar persembahan atas nama idealisme.(°.°)