Read More >>"> MONSTER (BAB 5) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - MONSTER
MENU
About Us  

Ketika seekor ayam bertelur, ia akan menjaga telurnya dari siapapun yang berusaha mendekat. Entah tujuannya baik atau buruk, si induk tetap tidak akan pernah suka. Ia lebih memilih menyerang agar tidak kehilangan apa yang menjadi miliknya. Begitupun dengan William, ia tidak ingin kehilangan Gress sebagai medianya menaikkan kepopuleran. Hasil yang ia tuang dari usahanya, telah bisa ia rasakan kenikmatannya. Gress sangat mudah membuat namanya melambung hanya dengan sekali dua kali aksi, maka William tidak ingin kehilangan itu. Setidaknya, sampai dia menemukan media lain yang jauh lebih menarik dari gadis buta seperti Gressy.

                Mata William sedari tadi tak lepas dari layar ponselnya. Di sana tertera nama Beni di kotak telepon. Ia memang dekat dan berteman baik dengan Beni, tapi Beni juga musuh paling dekat bagi William. Beni yang mahir bermain basket membuat namanya selalu masuk tim inti dan tak jarang menjadi kapten basket, baik saat di SMP, SMA maupun di kampus sekarang. Karena kemahirannya serta wajahnya yang setara dengan William, banyak perempuan menjadi penggemar Beni. Tentu saja, itu adalah hal yang paling tidak bisa diterima oleh William. Bagi William, si populer yang dicintai banyak orang hanya ada satu, dan itu adalah dirinya. Tapi jika Beni mendekati Gress dan mendapatkan si buta itu, William tidak lagi bisa membayangkan setinggi apa nama Beni akan menjadi pembicaraan.

                “Will, kau diminta datang ke ruang Pak Dani”  sentak salah seorang mahasiswa yang membuat William mengerutkan alis. Memang untuk apa ketua prodi bahasa sekaligus ketua Program Mahasiswa Disabilitas tempat Gress bernaung itu memanggilnya?

                Meskipun banyak pertanyaan, tapi William tetap datang. Ia cukup terkejut ketika di sana sudah ada Pak Dani dengan Nita yang sedang berbicara serius. Saat ia datang, mahasiswa pendamping Gress itu langsung menyerangnya dengan berbagai tuduhan perihal keinginannya mendampingi Gress. William mengangguk samar, sekarang ia tahu permasalahannya.

                “Saya hanya ingin membantu Kak Nita yang sedang sibuk memulai skripsi. Tapi saya tidak pernah membuat persetujuan, Pak” bela William.

                “Tapi hari itu kita sepakat untuk kau menggantikanku, Will. Kau ingat?”

                “Ya, aku ingat. Tapi aku yakin Kakak juga ingat siapa yang mengulurkan tangan tanda persetujuan terlebih dulu kan?”

                Nita terdiam. Itu memang benar, tapi ia tidak bisa kalah atau mendapatkan hukuman dari Pak Dani karena telah lalai dalam tugas. Ia menatap William yang melayangkan tatapan polos. Nita menarik nafas, bersiap menyerang William.

                “Tapi...”

                “Saat itu Kakak memintaku mengirim foto setiap kegiatan Gress sebagai laporan. Aku sudah melakukannya. Aku bahkan menjaga dan mendampingi Gress sepanjang hari dengan baik” potong William cepat.

                William mengalihkan pandang pada Pak Dani. Ia menatap dosennya itu intens. “Saya melakukannya atas izin Kak Nita, Pak. Jika hal ini memang tidak diperbolehkan, seharusnya Kak Nita mengatakannya pada saya dan tidak membuat persetujuan itu. Saya tidak tahu apapun tentang voulenter, jadi saya pikir itu bukan masalah”

                “Will...” gumam Nita tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh William.

                “William benar, Nita. Dia hanya berniat baik untuk membantumu, dan seharusnya kau tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan voulenter” putus Pak Dani yang membuat William menghela nafas samar.

                Saat William sudah diperbolehkan keluar, ia tak lupa melirik Nita tajam hingga membuat Nita menelan ludahnya kasar. Saat tubuh William sepenuhnya berbalik, ia lantas berdecak dan bergumam “Menyusahkan” yang diakhiri dengan sebuah seringai.

                Langkah William baru saja melewati pintu ruang dosen, tapi langsung terhenti ketika telinganya mendengar suara Beni yang memanggilnya. Ia menoleh, mendapati Beni yang duduk kursi depan ruang dosen.

                “William si baik hati dari jurusan bahasa. William si malaikat. William dengan cinta yang tak memandang fisik. William yang sempurna. William sang pangeran. William... ah, kenapa julukanmu banyak sekali”

                “Aku mendengar semuanya” tambah Beni tak menatap William. Saat Beni mengangkat pandang pada mata William yang sedikit melebar, Beni kembali melanjutkan kalimatnya. “Kau sedang tidak memakai bahu Gress untuk berpijak kan?”

               Seketika tatapan William menajam setelah sebelumnya ia berhasil menyamarkan tatap keterkejutan. Untungnya, William sangat pandai mengatur mimik wajahnya sehingga ia bisa menyembunyikan emosinya yang memuncak dan menahannya.

              “Apa maksudmu?”

             Beni berdiri, mendekat pada William, kemudian menepuk bahu William pelan. “Kau temanku. Aku harap, apa yang aku pikirkan tidak benar”

             Lantas Beni beranjak, membiarkan William yang kini sudah mengepalkan tangannya hingga buku-buku kukunya memutih. Tatapannya tak lepas dari punggung Beni yang menjauh sampai hilang di belokan. Beni bukan lagi musuh, tapi ancaman baginya. Duri dalam bunga mawar harus segera disingkirkan untuk dapat menikmatinya dengan leluasa. Dan bagi William, Beni adalah duri itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • AlifAliss

    Nice. Cuma mungkin ada beberapa kata yang aslinya bukan typo, tapi salah eja. Misalnya : mencegat bukan menyegat dan perangai bukan peringai. Ganbatte!!

    Comment on chapter BAB 1
Similar Tags
Maaf katamu? Buat apa?
10      9     0     
Short Story
“Kamu berubah. Kamu bukan Naya yang dulu.” “Saya memang bukan Naya yang dulu. KAMU YANG BUAT SAYA BERUBAH!”
Sendiri
11      11     0     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
Pilihan Terbaik
127      81     0     
Romance
Kisah percintaan insan manusia yang terlihat saling mengasihi dan mencintai, saling membutuhkan satu sama lain, dan tak terpisahkan. Tapi tak ada yang pernah menyangka, bahwa di balik itu semua, ada hal yang yang tak terlihat dan tersembunyi selama ini.
Got Back Together
10      10     0     
Romance
Hampir saja Nindyta berhasil membuka hati, mengenyahkan nama Bio yang sudah lama menghuni hatinya. Laki-laki itu sudah lama menghilang tanpa kabar apapun, membuat Nindyta menjomblo dan ragu untuk mempersilahkan seseorang masuk karna ketidapastian akan hubungannya. Bio hanya pergi, tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka. Namun apa artinya jika laki-laki hilang itu bertahun-tahun lamanya...
I have a dream
9      9     0     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
Never Let Me Down
7      7     0     
Short Story
Bisakah kita memutar waktu? Bisakah kita mengulang semua kenangan kita? Aku rindu dengan KITA
Once Upon A Time: Peach
36      28     0     
Romance
Deskripsi tidak memiliki hubungan apapun dengan isi cerita. Bila penasaran langsung saja cek ke bagian abstraksi dan prologue... :)) ------------ Seorang pembaca sedang berjalan di sepanjang trotoar yang dipenuhi dengan banyak toko buku di samping kanannya yang memasang cerita-cerita mereka di rak depan dengan rapi. Seorang pembaca itu tertarik untuk memasuki sebuah toko buku yang menarik p...
CEO VS DOKTER
13      13     0     
Romance
ketika sebuah pertemuan yang tidak diinginkan terjadi dan terus terulang hingga membuat pertemuan itu di rindukan. dua manusia dengan jenis dan profesi yang berbeda di satukan oleh sebuah pertemuan. akan kah pertemuan itu membawa sebuah kisah indah untuk mereka berdua ?
mutiara hati
10      10     0     
Short Story
sosok ibu
My Reason
32      25     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."