Malam itu, tepat di malam yang sama dimana Nana mengadakan pesta perpisahan dan William yang hampir kelepasan, Gress hanya berbaring di atas kasurnya. Lampu kamarnya masih menyala dan memberikan warna terang di penglihatannya yang biasanya gradiasi antara hitam, putih, dan abu-abu. Pikirannya berkelana jauh, menghampiri sosok William yang jauh entah dimana. Memikirkan tentang orang yang tiba-tiba menjadi pacarnya itu, Gress merasa buruk sekali. Mereka menjalin hubungan, tapi tidak tahu alamat rumah satu sama lain, tidak pernah menelpon, tidak pernah bercerita banyak hal, dan tidak pernah-tidak pernah lain yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih.
Hanya beberapa kali perasaannya menghangat dan kenyamanan menidurkannya ketika bersama William, selebihnya Gress terus bertanya apa sebenarnya hakikat sebuah hubungan yang bernama pacaran? Ia tak meminta lebih atau ingin sama seperti yang lain. Gress cukup tahu diri. Ia hanya ingin tahu bagaimana sebenarnya hubungan seperti itu seharusnya dijalin dan dijalani. Kadang pula, otak dan hatinya tak berjalan searah. Hatinya mengatakan ia menyukai William dibeberapa sisi, tapi otaknya terus saja memutar kalimat-kalimat dari orang-orang yang entah datang darimana tentang William. Terutama kalimat perempuan bernama Nana.
“Jangan pernah meninggalkan William, bahkan jika ia mengecewakanmu. Selebihnya, aku harap hubunganmu dengannya lancar”
Tok Tok Tok
Pintu kamar Gress diketuk beberapa kali sebelum akhirnya terbuka ketika ia mengatakan untuk masuk. Setelah derit pintu, suara ibunya menyusul yan mengatakan ada tamu untuk dirinya. Gress menautkan alis, sejauh ini ia tidak pernah memiliki tamu kecuali teman-teman yang dekat dengannya. Saat Ibu mengatakan ini hampir jam sepuluh malam, Gress lebih bertanya-tanya lagi siapa yang bertamu pada jam seperti ini.
Rupanya itu Nana, harum mawar tubuh perempuan yang kalimatnya selalu berputar di kepalanya itu tak berubah. Awalnya Gress cukup terkejut karena Nana bisa tahu alamat rumahnya. Tapi daripada membahas masalah itu, Gress lebih ingin mendengar urusan apa yang membuat Nana datang hampir larut. Di awal, Nana hanya menjelaskan hubungannya dengan William yang ternyata adalah kakak beradik. Nana adalah kakak kandung William. Benar saja jika kalimat Nana terasa sangat dalam dan begitu mengenal William. Gress mengutuk diri, berani-beraninya ia berpikiran aneh-aneh tentang Nana.
“Aku akan ke Austria untuk melanjutkan studi S2 ku. Tapi aku datang kesini tidak untuk memamerkan hal itu” ujar Nana, kembali membuat Gress menoleh.
“Ya?”
“Aku sama sekali tidak peduli dengan hubunganmu dengan William. Itu tidak penting. Tapi karena kau perempuan yang sedang dekat dengannya, aku hanya ingin kau ingat kalimatku ini” Nana memberi jeda. Ia mengambil nafas dalam lalu membuangnya pelan dan melanjutkan kalimatnya, “Jangan tinggalkan William”
Gress diam, kalimat Nana bercampur dengan kalimat sebelumnya yang juga memiliki arti sama. Nana menegaskan kalimatnya dengan datang di jam seperti ini. Itu artinya ia benar-benar serius dengan kalimatnya. Tapi saat Gress bertanya apa maksudnya, Nana sama sekali tak menjawab.
“Aku harus berangkat pagi-pagi sekali besok. Jadi aku harus pulang sekarang juga”
Di teras rumahnya, Gress mendengar itu semua. Kalimat penegasan dan langkah kaki dari sepatu hak tinggi yang menjauh. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi, kepalanya sibuk memikirkan banyak sekali kalimat. Kalimat-kalimat Nana membaur dan bersatu dengan banyaknya kalimat cemooh yang dilayangkan pada Gress perihal hubungannya dengan William. Sejak awal, semuanya memang aneh. Gress dengan kondisinya, tiba-tiba didekati oleh seorang populer yang menjadi incaran banyak mata. Perkenalan yang hanya berlangsung beberapa minggu, sebelum akhirnya mengikat diri dengan kata pacaran. Sangat cepat, sesuatu yang aneh, yang seharusnya tak terjadi di usianya yang baru sembilan belas tahun.
Lama Gress berdiam di teras, ia memutuskan untuk kembali ke kamar ketika Ibu datang dan sedikit memarahinya karena tidak mempersilahkan Nana masuk. Bahkan sebelum tehnya diseduh, ia sudah membiarkan Nana pergi. Di kamar, meskipun isi kepalanya terasa penuh sesak, tapi hanya satu nama yang Gress pikirkan, William. Ia meraba tangannya pada nakas kecil di samping ranjang, mengambil ponselnya yang jarang ia gunakan. Ia meremasnya beberapa kali untuk mengumpulkan keberanian menghubungi William. Tekatnya sudah bulat, ia menelpon William yang nomernya tersimpan di panggilan cepat nomer empat.
Kegugupan menguasai Gress selama panggilannya menyambung, ia memelintir selimutnya untuk mengurangi kegugupannya. Ketika suara di sebrang menjawab, pelintiran Gress lebih kuat lagi. Itu suara William, tidak jauh berbeda dengan suara aslinya.
“Halo... Kak Will?... Ah, maksudku Will?” gugup Gress.
“Eoh, ada apa Gress?”
Gress benar-benar gugup. Semua pertanyaan yang ingin ia ajukan entah hilang kemana. Pikirannya tiba-tiba kosong. Bingung sekali dengan apa yang seharusnya ia katakan.
“Hmmm itu... hmmm.... apa sudah tidur?”
“Ya, ini sedang bersiap tidur”
Gress tak sadar mengangguk. Karena tak tahu lagi harus bagaimana, Gress segera mengakhiri panggilan dengan mengucapkan selamat malam yang juga dibalas oleh William. Setelahnya panggilan itu berakhir. Menyisahkan Gress yang benar-benar telah kehilangan akalnya. Ia tetap pada posisinya, tapi otak dan hatinya tak karuan rasanya. Diam-diam Gress kembali mengutuk diri karena mudah sekali terombang-ambing jika berhubungan dengan William.
Gress hanya tidak tahu saja. Seseorang yang membuatnya senewen dan tak karuan itu sedang duduk di depan layar LCD berukuran medium dengan berbagai kaset game yang mengelilinginya. Jari-jarinya tak berhenti menekan-nekan tombol joy stick dan mulutnya tak berhenti mengunyah berbagai macam cemilan yang sampahnya sudah berserakan. Saat panggilan Gress masuk, ia berdecak kesal karena harus mem-pause game-nya. Dan saat sambungan telepon berhenti, ia dengan cepat mematikan ponselnya dan melemparnya pada ranjang sebelum kembali asyik melanjutkan game-nya.
“Mengganggu saja. Sial” gumamnya.
Tepian Rasa
34
29
0
Fan Fiction
Mencintai seseorang yang salah itu sakit!! Namun, bisa apa aku yang sudah tenggelam oleh dunia dan perhatiannya?
Jika engkau menyukai dia, mengapa engkau memberikan perhatian lebih padaku?
Bisakah aku berhenti merasakan sakit yang begitu dalam?
Jika mencintaimu sesakit ini.
Ingin aku memutar waktu agar aku tak pernah memulainya bahkan mengenalmu pun tak perlu..
Faerie City
88
68
0
Fantasy
🌷[ Buku ini sudah resmi terbit di Cabaca.id ]🌷
Tiana Fairchild, gadis berumur 18 tahun ini pindah rumah bersama kedua orang tuanya ke kota kecil bernama Faerie City, yang konon adalah tanah leluhur para peri. Di kota itu ia mulai sering berpapasan dengan sosok dua pria misterius. Seiring berjalannya waktu, perkenalannya dengan mereka mulai membuka tabir misteri tentang identitas asli di ...
LOVEphobia
11
11
0
Short Story
"Aku takut jatuh cinta karena takut ditinggalkan”
Mengidap Lovephobia? Itu bukan kemauanku. Aku hanya takut gagal, takut kehilangan untuk beberapa kalinya. Cukup mereka yang meninggalkanku dalam luka dan sarang penyesalan.
Words Unsaid
8
8
0
Short Story
For four years, I haven’t once told you my feelings. There are words still unsaid that I have always wanted to tell you.
Time Travel : Majapahit Empire
762
349
0
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
Utha: Five Fairy Secret
34
26
0
Fantasy
Karya Pertama!
Seorang pria berumur 25 tahun pulang dari tempat kerjanya dan membeli sebuah novel otome yang sedang hits saat ini.
Novel ini berjudul Five Fairy and Secret (FFS) memiliki tema game otome.
Buku ini adalah volume terakhir dimana penulis sudah menegaskan novel ini tamat di buku ini.
Hidup di bawah tekanan mencari uang, akhirnya ia meninggal di tahun 2017 karena tertabrak s...
dr. romance
740
441
3
Short Story
melihat dan merasakan ucapan terimakasih yang tulus dari keluarga pasien karena berhasil menyelamatkan pasien.membuatnya bangga akan profesinya menjadi seorang dokter.
Nice. Cuma mungkin ada beberapa kata yang aslinya bukan typo, tapi salah eja. Misalnya : mencegat bukan menyegat dan perangai bukan peringai. Ganbatte!!
Comment on chapter BAB 1