Read More >>"> Simbiosis Mutualisme seri 1 (H(+)11) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Simbiosis Mutualisme seri 1
MENU
About Us  

Fala menatap sebentuk seketsa bangunan di hadapannya dengan tatapan menerawang. Beberapa rancangan desain yang sudah di rampungkannya semenjak kemarin masih ragu ia kirim. Anissa yang sedang berdandan menyisir rambut menatap Fala dengan prihatin.

“Fal,” panggil Anissa ragu. Fala buru-buru mendongakkan wajahnya dari buku skestsa, kemudian menatap Anissa lekat, berusaha menutupi ekspresi sendunya.

“Ada apa sih denganmu, kamu kaya orang kebingungan tahu enggak,” gumam Anissa akhirnya, tidak tahan melihat sifat Fala belakangan ini. Fala menatap Anissa terkejut lantaran tidak menduga akan mendapatkan pertanyaan sekaligus pernyataan demikian, dibalasinya pertanyaan Anissa dengan senyum sendu, dilanjutkan dengan gelengan lemah.

“Aku enggak tahu Sa, mengenai perasaanku sendiri,” bisik Fala lemah.

“Udah deh Fal, ngaku aja, kamu cinta mati kan sama Fahmi?” tuding Anissa membuat Fala menatapnya dengan nanar. Andai ia bisa mengutarakan perasaannya semudah Anissa menudingnya, tentu ia tidak akan kelimpungan seperti saat ini, terombang-ambing tanpa arah.

“Enggak tahu Nis, entah apa namanya perasaanku ini,” bisik Fala dengan parau, hatinya terasa pedih saat ia berusaha menilik alur hidupnya.

“Maksudnya? Kamu masih suka sama Marcos?” tanya Anissa dengan nada curiga. Fala menghelakan nafasnya panjang, menatap langit kamarnya dengan tatapan menerawang.

“Yang aku tahu Nis, beberapa hari yang lalu, tepat sebelum aku kembali ke Indonesia, aku berniat mengakhiri hubunganku dengan Marcos dan kembali pada Fahmi. Saat di depan pintu rumah sakit, aku goyah, rasanya aku enggak sanggup saat melihat Marcos memperlakukan Angelica penuh dengan kasih sayang,” bisik Fala, kini air mata mengalir dari matanya tanpa bisa ia cegah lagi, air mata yang rasanya selalu ingin keluar tetapi malu untuk menetes, membuat pemiliknya harus linglung dan keheranan mengenai perasaannya sendiri.

“Kamu cemburu sama Angelica?” tanya Anissa. Fala mengangguk lemah.

“Kamu cemburu karena kamu memang cemburu atau kamu cemburu karena belum pernah merasakan ketulusan cinta semanis itu dan berpikir ‘harusnya aku yang merasakannya, karena hanya Marcos yang bisa memperlakukanku seperti itu’?” Tanya Anissa membuat Fala mengerutkan dahinya dalam, sementara tetesan air mata belum jua berhenti dari kedua matanya.

“Maksudnya?” Tanya Fala heran. Anissa mengigit bibir bawahnya sementara dahinya berkerut dalam, nampak memikirkan jawabannya dengan jelas. Seolah sedang merangkai kata agar dapat berbicara jujur tanpa melukai hati sahabatnya.

“Gini, maksudnya, ehm...” hening sesaat, sebelum Anissa melanjutkan kalimatnya “Pengalaman cintamu selama ini hanya kamu dapatkan saat kamu berhubungan dengan Fahmi, dan sekalinya kamu mendapatkan Marcos, dia adalah lelaki baik yang mampu memberikan banyak hal manis padamu, hal yang menurutku sangat diidamkan oleh kaum hawa. Itu artinya sangat berbanding terbalik dibandingkan dengan apa yang pernah kamu alami dengan Fahmi. Ya kan?” Anissa menatap Fala lekat, meminta persetujuan, saat melihat Fala mengangguk, Anissa kembali melanjutkan.

“Saat kamu terlena dengan segala kemanisan dari Marcos, dan tiba-tiba kehilangannya, tentu kamu merasa seolah ada yang merenggut paksa hal-hal membahagiakan dari dalam dirimu. Lalu kenyataan bahwa kamu bukan mantannya, tetapi masih pacarnya, membuatmu merasa sangat kecewa dan kehilangan kesempatan mengalami momen semanis Angelica, seolah kamu tidak akan pernah mengalam hal semanis Angelica jika kamu melepaskan Marcos pergi....” Fala sudah membuka bibirnya hendak mengoreksi beberapa hal yang dijelaskan atau mungkin disimpulkan oleh Anissa, tetapi Anissa mencegahnya dengan buru-buru mengangkat tangan kanannya ke arah Fala, sebagai tanda agar tidak menyela terlebih dahulu.

“Gini-gini. Sebenernya rasa sakit yang aku maksud cuma beda tipis sama rasa sakit lantaran cemburu. Bedanya, sakit hati karena cemburu itu berasal dari perasaan cinta yang tidak didapatkan, sementara sakit hati yang sedari tadi aku maksud adalah karena kamu sedang terlibat dan terlena dalam euforia kebahagiaan mendapatkan cinta baru tetapi sebenarnya kamu tidak benar-benar mencintai si objek dalam hal ini Marcos. sekarang aku tanya sama kamu, mengapa kamu cemburu sama Angelica di rumah sakit?” tanya Anissa. Fala menatap Anissa lekat sebelum menjawab,

“Karena Marcos mencium Angelica dengan lembut, lalu memanggil namanya dengan segurat emosi yang belum pernah aku liat, seolah dia benar-benar mencintai Anissa,” bisik Fala lemah, sebelum ia menangis lagi. Kecewa kembali.

“Nah, kalau misalnya kamu adalah sebuah roh Fala yang gentayangan, lalu melihat Fahmi memperlakukanmu seperti itu, apa yang akan kamu lakukan?” pertanyaan Anissa membuat tangis Fala yang sempat terhenti lantaran Fala membayangkan dan mencerna ucapan Anissa, kini mengencang. Isak tangisnya semakin kencang, ia merasa sangat terluka, entah mengapa. Seolah ia telah menyakiti hatinya sendiri dengan memperlakukan Fahmi sekejam itu. Ia tidak rela membayangkan jika Fahmi melakukannya dengan tulus, sementara dirinya dibodohi oleh cinta semu milik Marcos. Ia tidak tega. Ia tidak sanggup.

“Sekarang udah tahu, kan?” bisik Anissa membuat Fala mengangguk lemah.

“Terus aku harus gimana sekarang?” bisik Fala lemah.

“Tunggu apa lagi, datang lah kerumahnya,” Fala dan Anissa terkejut saat mendengar suara lain masuk kedalam indra pendengaran mereka, dan suara itu ternyata milik Ibu Fala. Fala menatap Ibunya dengan senyum kecil.

“Bu,” panggil Fala serak yang segera dihadiahi anggukan lembut yang tulus, seolah panggilannya barusan merupakan ucapan permintaan restu, sementara anggukan Ibunya adalah persetujuan. Fala tersenyum lebar, berhambur ke dalam pelukan Ibunya sebelum menangis kembali, kini dengan senyum lebar.

“Fahmi sudah berubah banyak untukmu Fal, Ibu tidak mungkin membiarkan calon mantu sebaik itu pergi begitu saja,” bisik Ibunya dengan nada suara yang menggoda, membuat Fala tertawa kecil ditengah-tengah isaknya.

“Fala pergi dulu ya Bu,” pamit Fala. Ibunya tersenyum lebar, “Doain ya Sa,” kali ini Fala pamit kepada sahabatnya yang sedang menggunakan kerudung berwarna hijau.

“Tentu,” gumam Anissa. Fala tersenyum lebar lantaran telah menerima restu dari dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Masih dengan jejak air mata di wajahnya, dengan cepat Fala memilih untuk berlari melewati lorong, meninggalkan Ibunya dan Anissa yang masih berada di area kamar tidurnya, menuju ruang tamu, dan membuka pintu rumahnya dalam satu kali hentakkan keras. Begitu pintu terbuka, matanya bertumbukkan dengan sepasang mata milik Fahmi, yang menatapnya balik dengan terkejut. Pakaiannya yang rapi dan berdasi membuatnya nampak seolah sudah siap untuk pergi ke kantor. Beberapa detik dilalui oleh keduanya hanya dengan saling menatap, sebelum Fala memutuskan untuk berlari, mendorong pagar rumahnya dengan cepat, lalu menabrak tubuh Fahmi yang berada tepat di depan pagar rumah lelaki itu tanpa mengurangi kecepatan, dengan sigap Fahmi menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh.

“Fal,” panggil Fahmi ragu. Mendengar namanya dipanggil, Fala mendongakkan wajahnya sambil tersenyum lebar, sementara beberapa air mata membasahi wajahnya kembali. Diantara sela tangisnya, Fala berbisik.

“Aku mencintaimu,” Fahmi tercengang. Matanya menatap Fala heran dengan tidak percaya.

“Ha?” Fahmi bergumam bingung, kemudian menaikkan pandangannya, berusaha mencari siapapun yang ada di sekitarnya untuk menjelaskan kejanggalan dari sifat Fala. Saat matanya mendapati Anissa dan Ibu Fala tersenyum tulus dengan mata berkaca-kaca, Fahmi tahu ia tidak salah mendengar ucapan Fala barusan.

“Apa?” tanya Fahmi, kini dengan salah satu ujung bibirnya yang tertarik keatas, sementara kedua matanya mulai membentuk garis lengkung. Fala tertawa kecil, melompat, memeluk erat leher Fahmi sambil berbisik lembut.

“Aku mencintaimu, sungguh mencintaimu, dan aku akan mengatakannya setiap pagi selama hidupku kalau perlu.” Bisik Fala. Dirasakannya Fahmi menghembuskan nafasnya dengan lembut, sebelum mengetatkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di lekuk bahu Fala. Sesaat Fala merasakan kulitnya berdesir, sebelum ia merasa hangat dan tenang. Seolah Fahmi sungguh-sungguh memeluknya. Seolah lelaki itu akan menjaganya dengan begitu hati-hati.

“Rasanya senang sekali, seperti mimpi,” bisik Fahmi lemah, sebelum akhirnya lelaki itu menangis didalam pelukan Fala. Untuk pertama kalinya, setelah sembilan tahun lamanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
I Can't Fall In Love Vol.1
52      30     0     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...
Astronaut
52      32     0     
Action
Suatu hari aku akan berada di dalam sana, melintasi batas dengan kecepatan tujuh mil per detik
With you ~ lost in singapura
7      7     0     
Fan Fiction
Chaeyeon, seorang siswi SMA yang sangat berani untuk pergi menyusul Tae-joon di Paris. Chanyeol, seorang idol muda yang tengah terlibat dalam sebuah skandal. Bagaimana jika kedua manusia itu dipertemukan oleh sebuah takdir?
Strawberry Doughnuts
17      11     0     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Kamu!
19      11     0     
Romance
Anna jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sony. Tapi perasaan cintanya berubah menjadi benci, karena Sony tak seperti yang ia bayangkan. Sony sering mengganggu dan mengejeknya sampai rasanya ia ingin mencekik Sony sampai kehabisan nafas. Benarkah cintanya menjadi benci? Atau malah menjadikannya benar-benar cinta??
Tepian Rasa
16      11     0     
Fan Fiction
Mencintai seseorang yang salah itu sakit!! Namun, bisa apa aku yang sudah tenggelam oleh dunia dan perhatiannya? Jika engkau menyukai dia, mengapa engkau memberikan perhatian lebih padaku? Bisakah aku berhenti merasakan sakit yang begitu dalam? Jika mencintaimu sesakit ini. Ingin aku memutar waktu agar aku tak pernah memulainya bahkan mengenalmu pun tak perlu..
Shades Of Nuance
26      17     0     
Romance
"seandainya kita diciptakan untuk menjadi satu, pasti suatu saat kita akan bertemu – Putri Zein" "aku selalu teringat tentang pertama kali aku bertemu dengan mu, kau hanya menatapku datar bukan tatapan memuja. Seorang siswi pindahan yang selalu membuatku muak, dengan kelakuan nya yang selalu ikut campur urusan orang lain. – Choi Min Ho" "mata kami saling bertemu, m...
NADA DAN NYAWA
194      109     0     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Last Game (Permainan Terakhir)
8      8     0     
Fan Fiction
Last Game (Permainan Terakhir)
Garden
59      38     0     
Fantasy
Suatu hari dimanapun kamu berada,selama kita menatap langit yang sama. Bolehkah aku merindukanmu?