Read More >>"> LASKAR BIRU (Different) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - LASKAR BIRU
MENU
About Us  

Chapter 7 – Different

Kain-kain biru itu keluar dari kopernya masing-masing. Muda-mudi yang kini menggenggamnya tampak sumringah menatapinya. Mereka takjub melihat pakaian yang mereka idamkan, atau lebih tepatnya pakaian yang mereka sukai. Teringat dalam benak Jimmy, yang kini mengingat-ingat bagaimana Laskar Biru bisa tahu tentang pakain kesukaannya itu: ketika waktu ujian mereka diberi beberapa pertanyaan tentang gaya berpakaian yang ingin mereka kenakan. Rupanya pertanyaan itu untuk ini, batinnya.

Muda-mudi itu keluar dari tempat mereka mengganti pakaian masing-masing. Di berbagai sisi yang beragam dari pakaian-pakaian itu, dapat terlihat sebuah lambang mata berwarna biru dengan bulu lentik yang menambah kesan kehidupannya. Simbol itu memiliki tekstur timbul yang membuatnya dapat terlihat jelas meskipun warnanya tidak jauh beda dengan warna pakaian yang dihinggapinya.

Jimmy menatap sekeliling, ia dapat melihat manusia-manusia baru yang keluar dari bilik-bilik tadi. Ada yang memakai celana denim putih dengan atasan kaos putih yang terbalut blazer biru dengan lambang Laskar Biru menempel pada dada kirinya; ada yang mengenakan celana denim belel berwarna biru dengan kemeja putih yang disetel rapi ke dalam celananya dengan lambang Laskar Biru terbordir di paha kanan celananya; ada yang memakai rompi biru panjang hasil rajutan yang diselingi beberapa garis putih sepuluh sentimeter dengan celana kain ketat berwarna biru dan kaos putih lengan panjang yang bagian dadanya terbelah dan dibumbui tali-tali kecil mirip tali sepatu, ekor kaos dimasukkan ke dalam celana dan ujung lengannya diberi lubang jempol serta rambutnya sendiri dibiarkan terurai begitu saja. Sementara lambang Laskar Biru menempel di dada kanannya.

Zee, si gadis berambut indigo datang dengan setelan pakaian kantornya: rok span dan kemeja berwarna biru, jas berwarna biru yang diselipi lambang Laskar Biru di dada kiri, dilengkapi sneaker biru muda antiselip yang jelas-jelas kontras dengan atasannya. Rambutnya masih terikat, namun senyumnya sudah menyerbak kemana-mana. Jimmy yang melihat itu langsung terkesima. Lebih-lebih sesaat kemudian, ketika gadis berambut indigo itu melepas ikatan rambutnya di bawah matahari dan sepoi-sepoi angin datang menghembusnya, seakan sengaja memanasi-manasi penglihatan para pria di sana untuk takjub kepadanya.

Kristina, gadis kecoklatan yang terlihat eksotis itu keluar dengan setelan yang cukup menggairahkan: atasan blouse sutra biru tua tanpa lengan, hanya terlihat ikatan di belakang lehernya yang didapat dari belahan kain di bagian depannya; punggungnya terbuka lebar dan bagian bawah blouse-nya di-crop dengan cara mengikatkan kain yang lebih ke belakang pinggangnya; denim belel berpinggang tinggi berwarna biru terang menemani paha kencangnya dengan indah; rambut disanggul ke atas dan tangannya dihiasi gelang manik biru yang eksotis; telinganya yang cantik dihiasi anting berumbai mata, yakni lambang mata Laskar Biru.

Gadis-gadis lainnya pun keluar dengan gaya mereka masing-masing, Erma dengan jilbab panjang dan gamis biru terangnya yang datang lengkap degan handshock-nya dan pin lambang Laskar Biru yang bertengger di jilbabnya; Syasha dengan atasan sweatshirt wol rajut putih yang terbalut celana kodok denim berwarna biru, tampak lambang Laskar Biru betengger di lengan kanan atasnya; Larissa dengan tersipu memamerkan dress biru muda polosnya yang berlengan pendek yang dihiasi bulu-bulu putih jernih di bagian bawahnya serta sebuah bando malaikat yang menghiasi rambut panjangnya yang tergerai indah, di tangannya tampak gelang bermanik mata-mata, lambang Laskar Biru; Humairah dengan jumpsuit kotak-kotak biru-putih dengan dalaman putih polos yang dikombinasikan dengan long cardi putih polos serta hijab putih polos, senyumnya selalu percaya diri dengan lambang Laskar Biru yang berkilau di kalungnya.

“Tampan-tampan dan cantik-cantik sekali!” sahut Lion menatap adik-adiknya yang berhamburan itu.

Rama keluar dengan memakai setelan jas kotak putih garis biru dengan dalaman kemeja sutra berwarna senada dengan garis biru pada jasnya. Sebuah pin Laskar Biru tertaut di dada kirinya, tepat di atas saku jas. Ia tersenyum melihat Jimmy dengan setelan serupa yang hanya berbeda motif dan warna. Bila ia mengenakan jas kotak bergaris, Jimmy hanya mengenakan setelan jas biru polos yang senada dengan celananya dengan dalaman kemeja putih rapi. Yang berbeda dari jas pada umumnya hanya terletak pada lengan jasnya: terdapat sebuah tempelan dari jenis kain yang sama pada bagian sikunya, namun pada bagian tengahnya dibiarkan terbuka untuk mengekspos satu lagi lapisan di dalamnya, yakni selembar kain berwarna putih yang terlihat semakin jelas ketika ia melipat tangan menonjolkan sikunya.

“Rasanya seperti peragaan busana,” ucap Rama sambil terkekeh yang kemudian diikuti oleh Jimmy.

“Ya, semuanya terlihat berbeda,” balas Jimmy yang kemudian kembali membalurkan pandangannya ke arah semua orang. Tergambar jelas senyuman di wajah mereka. Maka demikianlah peragaan diri itu dimulai.

“Baik, kalau kalian sudah puas berdandan, silahkan bawa pakaian lama kalian ke sini dan kita akan melanjutkan perjalanan kita hari ini.”

Satria langsung mengambil alih. Menurutnya euforia mereka sudah cukup lama menguras waktunya tanpa mengurangi kebahagiaannya untuk mereka. Muda-mudi yang merasa kata-kata itu tertuju pada mereka itu pun mulai mempercepat langkahnya, berdiri seperti semula ke tempat yang sebelumnya setelah mengikuti perintah Satria untuk mengumpulkan pakaian mereka ke peti kayu yang tadi. Kali ini mereka terlihat berbeda, ya, jauh berbeda dari sebelumnya. Berdiri hanya dengan pakaian mereka masing-masing, gaya mereka masing-masing dan senyum mereka masing-masing. Mereka benar-benar terlihat lepas belenggu, lebih dari sebelumnya.

“Seperti yang kalian lihat, sekarang pakaian kalian telah berubah. Ini menunjukkan bagaimana Laskar Biru ingin kalian berubah. Berubah, mengubah diri kalian menjadi lebih baik, dan bahkan, beginilah kita akan merubah dunia ini nantinya. Kita akan membuat mereka hidup dengan kepercayaan dan kebangaan kepada diri mereka masing-masing, tak terkungkung oleh dinding doktrin dan keinginan manusia.”

“Yeah!!” sorak beberapa orang menyambut bangga pidato itu. Lantas Satria tersenyum dan kembali melanjutkan.

“Pakaian kalian yang sebelumnya, akan diisolasi jauh dari kalian. Sebab setelah ini, setelah kalian melangkahkan kaki ke dalam sana, kalian bebas menjadi hal yang baru.” Sekali lagi sahutan-sahutan itu bersorak. Beberapa dari mereka yang tak bersorak hanya menyeringai, tergelitik, dan kadang ada yang menggeleng takjub. Mereka sama sekali termakan oleh sahutan-sahutan perjuangan milik Satria yang tentunya meneruskan semangat juang Laskar Biru dengan baik.

Tapi, masih ada tapi di sana. Salah satu dari mereka yang hanya tersenyum itu mulai merubah ekspresi senyumnya itu menjadi ekspresi bertanya-tanya. Ia menempatkan telunjuk ke dagunya dan beberapa detik kemudian mengangkatnya ke atas. Ia mengacung, ingin bertanya di tengah atmosfir perjuangan yang mulai menyebar itu.

“Tapi, Kak, kenapa kami semua harus memakai yang berwarna biru ini? Kenapa juga kakak-kakak mengenakan seragam itu? Bukankah itu juga menunjukkan bahwa kakak-kakak dan kami masih terikat?” ucap Rama. Jimmy yang memandangnya tersenyum antusias, ia tergelitik dengan pertanyaan itu, sangat menarik.

Satria mengetatkan senyumnya, ia sama dengan Jimmy, terbawa oleh ketakjubannya atas kesadaran yang dimiliki Rama, ia benar-benar serupa mata pada lambang Laskar Biru, menatap awas, penuh kesadaran dan jeli di setiap sudut. Lantas tak hanya mereka, pak Ujang juga melebarkan senyum, wajahnya teduh dengan alis yang mulai memutih. Sesekali ia teringat seseorang dari masa lalunya. Namun, Yosua menampilkan ekspresi yang berbeda, ia menatap awas pada Rama, kemudian melayangkannya ke tempat-tempat lain, seakan mengawasi dengan penuh kewaspadaan terhadap semua ekspresi yang ada di sana.

“Pertanyaan yang bagus,” sambut Satria. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah semua orang secara bergiliran, memastikan semua perhatian itu tertuju padanya.

“Mengapa kalian masih harus mengenakan yang berwarna biru dan kami masih harus mengenakan seragam seperti ini? Itu karena, kita masih dalam proses memperjuangkan diri. Dan pada saatnya kelak, ketika tiba kemenangan kita, dunia akan berisi pelangi yang tak akan saling menyakiti.” Sekali lagi beberapa orang menyorak. Rama mengangguk lemas begitu saja menerima jawaban itu. Akan tiba masanya dimana mereka terbebas dari ikatan berwarna biru ini atau ikatan harus berpakaian seperti apa, dan itu masih lama, masih menunggu mereka menyelesaikan pelatihannya, pikirnya.

Jimmy yang dapat menangkap itu dari Rama kelihatannya semakin memendam kekaguman untuk teman yang baru ditemuinya beberapa minggu lalu itu. Ia semakin yakin pada pilihan Andy tentang teman yang akan menemaninya itu. Sementara beberapa orang lainnya, menyimpan ekspresi mereka sendiri dan beberapa yang lainnya terus bersorak mengagumi pidato-pidato singkat Satria.

“Dan sekarang, kalian akan membagi diri. Kita akan membagi kelompok berisi lima orang dengan masing-masing satu pendamping. Pendamping kalian adalah kami.”

Empat orang itu berdiri dengan jarak yang cukup baik. Lalu Satria kembali melanjutkan.

“Sekarang, silahkan pilih dan berdiri di hadapan pendamping masing-masing yang kalian inginkan!” Serentak semua orang bergerilya mencari pilihannya. Beberapanya terlihat antusias dalam senyuman masing-masing, beberapa lagi dengan malas melangkah ke kiri dan ke kanan. Yang pasti, kini mereka telah selesai memasangkan dirinya. Lima orang dalam satu kelompok dan satu orang pendamping.

DIFFERENT

Dewita tersenyum, dia yang merupakan satu-satunya gadis di barisan pendamping, tentu saja menjadi pilihan utama para gadis. Itu tampak jelas ketika empat orang gadis di hadapannya memamerkan senyum ke arahnya. Tak ada paksaan dalam memilih kelompok ini. Satu-satunya paksaan yang ada hanyalah bahwa tak boleh ada lebih dari lima orang Laskar Muda di dalam satu kelompok. Tapi itu cukup mengejutkan ketika ternyata, di sana ada seorang pria berambut hitam mengkilap dengan celana putih dan hoodie biru berhias cetakan mata berwarna biru ukuran besar di depannya. Erma, Syasha, Humairah dan Larissa serentak menatapnya. Pria berkacamata biru itu hanya menunduk menyembunyikan rona di pipinya.

Tak ingin lama-lama melihat itu, Dewita mengalihkan pandangannya ke kelompok di sebelahnya, kelompok yang didampingi oleh Satria. Di sana ada Dion, yang masih bergaya seperti sebelumnya: baseball cap di kepala dan jaket wol yang melingkari pinggangnya dengan skinny denim melekat di kakinya. Hanya saja, jika pakiannya yang sebelumnya dominan berwarna abu dan hitam, kini semua telah didominasi oleh warna biru dan putih. Selain Dion, ada Henry dengan tatapan polos dan cengirannya yang membuatnya tampak berbeda dengan kebanyakan temannya di sana yang rata-rata memiliki karisma dan harga diri tinggi. Selain mereka, ada Boy, si rambut gondrong; Hendra si Ceking berkacamata namun dengan gaya berpakaian mirip Dion; Leo si rambut cepak berotot besar dan bersuara berat yang gemar memakai jumpsuit seperti tukang bangunan dengan bagian atas yang dibiarkan terbuka menyisakan singlet yang ampuh memamerkan otot-ototnya.

Sementara di barisan selanjutnya ada kelompok yang didampingi oleh Yosua, yakni tiga serangkai –Jimmy, Rama dan Bayu–  ditambah dua orang lainnya, yakni Anthon dan Danu. Anthon terlihat garang dengan celana kaki kuda dan jaket denimnya; Danu terlihat tenang dengan Chino putih skinny dan atasan kemeja putih polos yang dibalut sweter biru miliknya. Kedua lelaki itu melempar senyum kepada tiga serangkai sebelum kemudian Dewita mengalihkan pandangannya ke arah kelompok yang didampingi oleh Lion.

Kristina dan Zee berdiri dengan acuh ketika dipandangi oleh Tio, pria berkemeja biru yang tiga kancing atasnya dibiarkan terbuka memamerkan dalaman putih polosnya dengan dampingan celana biru berbahan kain dan sepatu balet biru dari kulit sintetis. Selain Tio, Izhar dan Galuh juga ikut menatap kedua gadis yang terpisah dari kumpulannya itu. Entah itu disengaja atau tidak, tapi sepertinya itu adalah pilihan baik agar yang terbuang dari kelompoknya tidak hanya satu, setidaknya ada yang menemani. Izhar dan Galuh dengan celana masing-masing denim biru belel dan denim putih bersih itu pun kembali menghadap depan ketika suara Satria kembali terdengar.

“Dan sekarang, kita akan melanjutkan perjuangan kita dengan bersama-sama menapakkan kaki ke labirin raksasa. Jalan Berliku telah menanti kita, tersesat atau mati di tengah jalan bukan masalah, selama itu adalah perjalanan menuju kebaikan. Laskar Muda, selamat datang di Laskar Biru!”

Satria melebarkan tangannya, menunjuk ke arah jalan kecil yang di buat oleh apitan dua gundukan semak yang meninggi. Tiga serangkai yang tadi diceritakan mengenai itu lantas menggumam pelan, “Sepertinya itu adalah labirin raksasa yang dikatakan Yosua.”

Langkah-langkah kaki yang terbawa oleh sanjungan dari Satria itu pun melangkah maju menuju jalan masuk labirin. Dua orang pendamping kelompok, Yosua dan Lion, berjalan paling depan membentuk dua barisan untuk menuntun para Laskar Muda menuju bagian dalam Laskar Biru. Sementara dua lainnya, Satria dan Dewita, berjalan paling akhir untuk memastikan tak ada bagian dari mereka yang akan terpisah dari barisan.

Begitulah selama satu jam mereka lalui dengan mengarungi aliran labirin yang sama sekali tak memiliki tanda atau petunjuk apapun itu. Terkadang beberapa dari Laskar Muda bertanya-tanya, bagaimana bisa kedua penuntun jalan itu tahu kemana mereka harus menuju. Mereka tak tahu bahwa kedua orang tersebut memakai sebuah sarung tangan yang dapat memancarkan hologram dan sebuah headset yang digunakan untuk mendengarkan instruksi dari penjaga labirin yang ada jauh di dalam sana. Bahkan meskipun mereka memanggil kedua orang itu dan bertanya, mereka tak akan mendapatkan jawabannya.

“Lebih baik kita berkenalan saja,” kata Henry ketika rasa penasarannya berbuah keheningan.

“Maka perkenalkan, namaku Henry, datang dari jauh, bersama teman baru, Dion!” katanya lagi menunjuk si pria bertopi putih yang terlihat menggelengkan kepalanya dan kemudian menunjukkan wajahnya ke seantero mata yang melihatnya. Para Laskar Muda terlihat sedikit terhibur meski pengenalan diri itu bisa disebut pengenalan diri yang tampak aneh dan menunjukkan betapa bodoh si pelakunya. Beberapa dari mereka bahkan ada yang merasa aneh memikirkan bagaimana seorang badut bisa masuk jaringan Laskar Biru ini. Tapi biarlah itu menjadi kebebasan Laskar Biru untuk memilih siapa yang ingin diajarinya.

Lantas kini, waktu tak terasa. Berkat perkenalan diri oleh Henry yang terlihat seperti badut tak berkarisma, Laskar Muda yang lain pun ikut berhambur saling berkenalan dan mengakrabkan diri hingga tak ada lagi yang tak tahu ingin memanggil teman barunya dengan apa. Dimulai dari nama dan sedikit percakapan dasar dan akan dilanjutkan setelah mereka melewati metal detector dan mesin x-ray yang telah menunggu mereka di ujung sana, di pintu masuk menuju Laskar Biru.

Dengan santai Lion dan Yosua melewati mesin-mesin itu. Meski seragam mereka sejatinya mengandung banyak unsur yang akan terjaring detektor, tapi tak ada satu pun dari mesin itu yang berbunyi atau menunjukkan sirinenya. Itu karena seragam mereka sebelumnya telah dipindai dan dikenali oleh database Laskar Biru. Hanya hal-hal di luar itu yang akan membuat alarm pada mesin-mesin itu berbunyi.

Lantas para Laskar Muda pun satu per satu melangkah masuk. Dimulai dari Zee, kemudian Kristina, Tio, Izhar, Galuh, Danu, Anthon dan Bayu. Lantas ketika Jimmy melangkahkan kakinya ke dalam sana, mesin masih diam. Namun ketika bahunya ikut masuk, teriakan pun terdengar dari alarm mesin. Sontak semua mata tertuju kepadanya. Namun dia terlihat santai-santai saja. Ia melangkah mundur, membuka kancing jas dan kemejanya lalu menunjukkan bahu kirinya yang terhias bekas jahitan, di dalam sana tertanam sebatang besi, hasil dari petualangannya dahulu.

Melihat hal itu, Rama tampak tersenyum. Jimmy meneruskan langkahnya setelah diberi ijin oleh penjaga labirin. Dan beberapa saat setelah itu, Rama ikut masuk dan alarm kembali berbunyi. Jimmy tampak terkejut dan Rama hanya menampilkan seringai santai, serupa seringai Jimmy kepadanya barusan. Lagi-lagi, Rama melangkah mundur dan menunjukkan bahu kanannya yang terhias bekas jahitan. Penjaga lagi-lagi membiarkannya masuk. Dan begitulah kemudian beberapa orang lain melanjutkan langkahnya hingga Leo dan Henry menutup penyaringan itu dengan kembali memamerkan bekas jahitan di tangan dan kaki mereka.

Rupanya, beberapa dari mereka cukup berpengalaman dalam hal patah tulang dan luka-luka. Dewita dan Satria yang kemudian benar-benar menutup antrean itu sama-sama tersenyum agak lega.

“Sepertinya beberapa dari mereka tak perlu berlatih keras untuk lulus dalam salah satu ujian nanti,” gumam Satria yang diikuti anggukan setuju dari Dewita.

“Aku hanya mengkhawatirkan kelompokku saja,” balas gadis itu kemudian membuat Satria tertarik untuk menggodanya.

“Sepertinya ada yang akan berpihak pada satu sisi, nih!” godanya membuat Dewita cemberut tidak terima.

“Mengkhawatirkan bukan berarti membeda-bedakan perlakuan, bukan? Aku hanya khawatir bahwa mereka nanti tak mampu bertahan. Kau juga mestinya memikirkan kelompokmu. Dengan begitu semua kelompok akan berhasil dan tidak ada kekhawatiran lagi kepada siapa pun.”

“Oke, oke. Aku hanya bercanda. Jangan keluarkan semua di sini. Lihat, adik-adik barumu telah menunggu,” balas Satria menghentikan entakan milik Dewita, membuat gadis itu sadar bahwa ia tak perlu seserius itu meladeni kata-kata Satria. Namun, dia memang agak begitu orangnya. Terbukti dari kata-kata terakhirnya setelah itu.

“Tapi aku tidak mau menyebut mereka adik. Mereka adalah teman.”

Dan yah, semua orang itu unik, mereka punya ciri dan karakter masing-masing yang menandakan bahwa itu adalah mereka.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • AlifAliss

    @kei07 Terima kasih kembali sudah berkomentar di sini. Wah, iya nih.. Kayaknya masih kurang 'trigger'nya kalau cuma keunikan idenya aja. Saran yang bagus. Hehehe

    Comment on chapter Prologue
  • kei07

    halo salam kenal, cerita yang unik menurutku, jarang-jarang baca science fiction, ide yang juga benar-benar menarik, mungkin author suka dengan angka-angka ya? walau masih belum terlalu mengerti dengan tujuan akhir ceritanya. but ok, keep your good work! and thanks for your comment in my story :)

    Comment on chapter Pelanggaran
  • AlifAliss

    Yeay! Akhirnya dapat juga komentator pertama.

    Hey, salam kenal juga. Makasih yah, komentar mu berharga banget loh buat author. *Of course.
    Kalau karakter Jimmy ngingetin sama Dr. Stone, rasanya author perlu ikut nimbrung ke manga itu nih. Hehehe.. Just info : Author bukan pembaca yang baik.

    And yah, chapter awal-awal emang masih ngeri. Semoga ke depannya, setelah Dimulai, kisahnya bisa lebih floor yah. Arigatoo for da komentar. :D

    Comment on chapter Prologue
  • radenbumerang

    Dari segi ide, bisa dibilang Laskar Biru ini cukup unik dan anti mainstream, ditambah lagi emosi karakternya yg meluap-luap juga bisa menjadi daya tarik tersendiri. Cuma agaknya setting lokasi sama deskripsi lainnya masih perlu dijelaskan lebih detail lagi supaya pembaca gak mikir terlalu keras. Tapi overall udah oke kok. Ditunggu ya lanjutan ceritanya.

    Comment on chapter Fenomena Angka
  • radenbumerang

    Halo, salam kenal... wah, ceritanya unik juga ya, tentang sebuah dunia yang "asing" dan "aneh" dengan segala sistem dan juga hitung-hitungan yang di luar kewajaran. Antara heran plus nahan ketawa pas baca adegan tawar-menawar di pasar... kok bisa gitu ya hitungannya? Kalau melihat karakter tokoh Jimmy, rasanya jadi teringat cerita manga Dr. Stone.

    Comment on chapter Fenomena Angka
Similar Tags
Blue Rose
2      2     0     
Romance
Selly Anandita mengambil resiko terlalu besar dengan mencintai Rey Atmaja. Faktanya jalinan kasih tidak bisa bertahan di atas pondasi kebohongan. "Mungkin selamanya kamu akan menganggapku buruk. Menjadi orang yang tak pantas kamu kenang. Tapi rasaku tak pernah berbohong." -Selly Anandita "Kamu seperti mawar biru, terlalu banyak menyimpan misteri. Nyatanya mendapatkan membuat ...
Memoar Damar
6      2     0     
Romance
Ini adalah memoar tiga babak yang mempesona karena bercerita pada kurun waktu 10 sampai 20 tahun yang lalu. Menggambarkan perjalanan hidup Damar dari masa SMA hingga bekerja. Menjadi istimewa karena banyak pertaruhan terjadi. Antara cinta dan cita. Antara persahabatan atau persaudaraan. Antara kenangan dan juga harapan. Happy Reading :-)
Midnight Sky
6      2     0     
Mystery
Semuanya berubah semenjak kelompok itu muncul. Midnight Sky, sebenarnya siapa dirimu?
Daniel Whicker
36      10     0     
Mystery
Sang patriot ikhlas demi tuhan dan negaranya yang di khianati oleh negara dan dunia.. Dan Ayahnya pun menjadi korban kesadisan mereka...
The Journey Of F
24      7     0     
Romance
beberapa journey, itu pasti ada yang menyenangkan dan ada yang menyedihkan, bagaimana kalau journey ini memiliki banyak kesan di dalamnya. pastilah journey seseorang berbeda beda. dia adalah orang yang begitu kecil lugu dan pecundang yang ingin menaklukan dunia dengan caranya. yaitu Berkarya
Help Me to Run Away
4      4     0     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...
November Night
2      2     0     
Fantasy
Aku ingin hidup seperti manusia biasa. Aku sudah berjuang sampai di titik ini. Aku bahkan menjauh darimu, dan semua yang kusayangi, hanya demi mencapai impianku yang sangat tidak mungkin ini. Tapi, mengapa? Sepertinya tuhan tidak mengijinkanku untuk hidup seperti ini.
Sejauh Matahari
3      3     0     
Fan Fiction
Kesedihannya seperti tak pernah berujung. Setelah ayahnya meninggal dunia, teman dekatnya yang tiba-tiba menjauh, dan keinginan untuk masuk universitas impiannya tak kunjung terwujud. Akankah Rima menemukan kebahagiaannya setelah melalui proses hidup yang tak mudah ini? Happy Reading! :)
As You Wish
1      1     0     
Romance
Bukan kisah yang bagus untuk dikisahkan, tapi mungkin akan ada sedikit pelajaran yang bisa diambil. Kisah indah tentang cacatnya perasaan yang biasa kita sebut dengan istilah Cinta. Berawal dari pertemuan setelah 5 tahun berpisah, 4 insan yang mengasihi satu sama lain terlibat dalam cinta kotak. Mereka dipertemukan di SMK Havens dalam lomba drama teater bertajuk Romeo dan Juliet Reborn. Karena...
Teman
13      7     0     
Romance
Cinta itu tidak bisa ditebak kepada siapa dia akan datang, kapan dan dimana. Lalu mungkinkah cinta itu juga bisa datang dalam sebuah pertemanan?? Lalu apa yang akan terjadi jika teman berubah menjadi cinta?