Read More >>"> simbiosis Mutualisme seri 2 (Ternyata Gue di sini) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - simbiosis Mutualisme seri 2
MENU
About Us  

Samar-samar gue mendengar suara yang semakin keras. Nggak lama kemudian gue berjuang membuka kedua mata yang rasanya berat banget. Setelah sedikit terbuka gue memandang lemas dan lemah ke sekeliling, tapi sepertinya gue nggak mengenal tempat ini. Tanpa gue sadari tangan kanan gue menyentuh dada sebelah kiri, ternyata membuat gue sedikit lebih sadar dan ingat kalo gue punya kelainan jantung. Dengan lemas sejenak gue menghela nafas, trus mencoba mengingat yang sebelumnya terjadi sama gue, kenapa gue sampai terbaring lemah di tempat yang nggak gue kenal ini.

Walaupun masih lemas dan lemah kedua mata gue sedikit menajam, lalu tangan kanan gue kembali meraba-raba dada kiri tepat di atas jantung. Sejenak gue mendengarkan dengan serius detak jantung gue. Abis itu tangan kiri gue cepat memeriksa nafas gue di bawah kedua lubang hidung.

“Ternyata gue masih hidup.” Ucap gue pelan dan datar.

Setelah itu kedua mata gue bergerak ke kanan dan ke kiri, kembali memeriksa setiap setiap benda yang tampak. Kemudian gue menoleh ke sebelah kanan bersamaan pintu ruangan ini yang berada di sebelah kanan terbuka. Ternyata Dokter laki-laki membuka pintu, trus masuk ke dalam ruangan ini diikuti Nyokap dan Bokap. Dengan senyum bahagia Nyokap dan Bokap cepat mendekati gue, trus berdiri di sebelah kiri, sementara Dokter yang wajahnya gue kenal banget karena sering memeriksa gue saat cek up kondisi jantung berdiri di sebelah kanan.

“Deni, kamu sudah sadar? Alhamdulillah, Ibu senang kamu sehat.” Suara Nyokap agak keras sembari memandang dengan mata berkaca-kaca. Sementara Bokap cuma mengangguk-angguk seraya mengusap sudut matanya.

Sebelum berkata Dokter cepat memeriksa detak jantung gue dengan stetoskop sambil memeriksa denyut nadi di tangan gue. Setelah itu Dokter memeriksa kedua mata gue dengan senter kecil, juga mengecek mulut dan lidah gue.

“Syukur alhamdulillah, kondisi anak Ibu dan Bapak sudah membaik. Semuanya baik, termasuk jantungnya.” Kata Dokter.

Alhamdulillah...” Ucap Nyokap dan Bokap bersamaan.

“Tapi...kenapa anak kami bisa pingsan Dok? Padahalkan selama ini anak kami tidak pernah pingsan, walaupun punya kelainan jantung.”

Pelan Dokter mengangguk-angguk, trus bilang “Setiap orang bisa mengalami kondisi kesehatan paling bawah, dan batas kondisi paling bawah pada setiap orang itu berbeda-beda, tergantung dari ketahanan fisik orang tersebut. Saat seseorang berada pada kondisi paling bawah, maka akan mengakibatkan kehilangan kesadaran untuk sementara, yang sering disebut pingsan. Saya yakin Nak Deni tidak pernah mengalami kondisi kesehatan paling bawah karena Nak Deni sangat pandai menjaga tubuh, jadi tahu kapan tubuh terasa tidak enak atau sakit, sehingga Nak Deni ini langsung mengambil langkah untuk istirahat, atau minum vitamin.”

Sejenak Dokter menghela nafas, lalu melanjutkan “Jadi bisa saya simpulkan anak Ibu dan Bapak pingsan, karena beberapa hari sebelum jatuh pingsan kondisi kesehatan Nak Deni ini sudah tidak stabil dan buruk, tetapi masih dipaksakan untuk melakukan kegiatan. Sehingga Nak Deni jatuh pingsan saat ada sesuatu yang membuatnya menguras pikiran dan sangat kaget atau syok, karena itu juga bisa memperlambat aliran darah dari jantung.”

“Ooo begitu...” Ucap Nyokap dan Bokap hampir bersamaan.

Gue baru tahu kalo sekarang gue ada di rumah sakit, dan gue ada di sini gara-gara pingsan. Dalam hati gue tanya “Hmm kenapa ya kok gue bisa pingsan segala?”

“Deni, sekarang badan kamu gimana? Udah nggak sakit?” Tanya Nyokap. Gue nggak segera menjawab, tapi sedikit merapatkan kening.

“Deni, Bapak yakin kamu udah gede dan nggak cengeng. Jadi jangan sakit karena ditinggal Dokter Meyda.” Sahut Bokap agak tegas.

Terkejut gue sigap membuka kedua mata gue dan cepat juga gue menoleh pada Bokap. Saat itulah perlahan gue ingat sama yang menimpa gue, hingga membuat wajah gue menegang saat gue teringat tulisan Dokter Meyda dalam surat yang gue baca malam itu. Nggak lama kemudian air mata gue pecah, hingga akhirnya gue menangis sambil cepat memeluk Nyokap yang berdiri di samping gue. Gue menangis keras karena lagi-lagi gue nggak bisa mendapatkan Dokter Meyda, gue menangis keras karena cinta dan lamaran gue nggak diterima Dokter Meyda, gue menangis keras karena gue nggak berjodoh sama Dokter Meyda, dan gue menangis keras karena Dokter Meyda memilih laki-laki lain untuk menjadi pendampingnya, bukan gue, Bang Anjar, dan Bang Gibran yang melamar bareng ke rumah Dokter Meyda, walaupun nggak janjian.

Sembari mengelus rambut gue, Nyokap bilang dengan lembut “Cup cup cup, masak anak Ibu yang katanya udah gede masih nangis, sambil meluk Ibu lagi.”

Sedikit terperanjat kaget gue cepat melepaskan pelukan ke Nyokap, mencoba menghentikan air mata yang terus berjatuhan sambil tangan gue bergerak mengusap air mata di pipi. Dengan terisak-isak gue bilang “Tapi kan orang gede masih ada yang nangis Bu, kalo kejepit pintu kayak Mang Encep.”

Serentak Nyokap, Bokap dan Dokter tersenyum lebar, bahkan tertawa. Sementara gue masih berusaha menghentikan air mata yang nggak mau berhenti keluar, soalnya hati gue sediiih...banget.

“Ya udah, kamu boleh nangis tapi tangan kamu Ibu jepitkan dulu dipintu, biar sama kayak Mang Encep.”

Mendadak gue kaget sambil cepat memandang Nyokap yang tersenyum. Tanpa berkata gue cuma geleng-geleng kepala sambil terisak-isak, tanda kalo gue nggak mau kejepit pintu. Baru abis itu gue ngomong “Tapi Deni...”

“Udah Bu, biar aja Deni nangis, biar keluar semua kesedihannya dan nggak dipendam. Yang penting Deni bisa ikhlas melepas Dokter Meyda.” Bokap memotong tegas.

“Iya Pak.”

“Oh Dokter, apa masih ada yang harus diperiksa dari anak saya?” Tanya Bokap pada Dokter.

“Semua sudah stabil, jadi untuk saat ini tidak ada Pak, tapi besok akan diperiksa lagi kondisinya.”

“Kalau begitu kapan anak kami bisa pulang Dok?” Tanya Nyokap.

“Mmm kalau besok setelah diperiksa yang terakhir kondisi Nak Deni masih stabil dan tidak ada masalah dengan tubuh atau jantungnya, maka besok bisa pulang. Hanya saja seperti biasa setiap satu atau dua bulan sekali selalu cek up kesehatan jantungnya saja.” Jawab Dokter.

“Deni nggak mau pulang, Deni masih pingin di sini.” Suara gue agak tegas, tanpa memandang Bokap, Nyokap ataupun Dokter.

“Lho kenapa? Apa masih ada yang sakit, di mana Deni? Ayo bilang.” Tanya Bokap cepat yang mendahului Nyokap. Sambil terisak-isak menahan tangis gue nggak menjawab, tapi gue sedikit manyun.

“Deni, ayo bilang mana yang sakit? Biar Dokter...” Nyokap mengulang cemas.

“Sakitnya di sini.” Gue memotong dengan tangan kanan menyentuh dada kiri. Serentak Bokap dan Nyokap terkejut, cuma Dokter terlihat yang mengerutkan dahi sambil melihat gue lekat-lekat.

“Di hati Deni.” Gue melanjutkan bersamaan air mata kembali menetes, hingga akhirnya gue menangis lagi.

Seolah nggak perduli sama kesedihan yang gue rasakan, Nyokap, Bokap sama Dokter malah ketawa. Itu membuat gue semakin sedih, hingga akhirnya gue kembali menangis. Rasanya sakit banget hati ini saat gue harus kehilangan Dokter Meyda, saat menyadari lamaran gue ditolak yang mungkin sama dengan naskah novel yang kemarin gue kirim, saat menyadari kenyataan ternyata gue di sini sendiri, bukan bersama Dokter Meyda.

Karena nggak ada pilihan lagi, akhirnya gue bilang sama Nyokap dan Bokap pingin mengungsi di rumah sakit ini untuk sementara. Gue nggak mau pulang, walaupun sebenarnya keadaan jantung dan anggota tubuh gue nggak ada lagi yang sakit. Gue cuma masih lemas dan syok aja karena masih kepikiran cinta gue yang hilang tiba-tiba. Gue juga nggak mau pulang karena gue masih sering menangis. Gue nggak mau diketawain Vita dan Aldo yang bakal pulang sebelum bulan puasa yang masih empat bulan lagi.

Hati gue masih sakit banget, cuma itu alasannya yang selalu gue bilang ke Nyokap dan Bokap. Hingga akhirnya Nyokap dan Bokap mengijinkan gue berlama-lama di rumah sakit, malah mereka kelihatan tambah senang kalo gue di rumah sakit, tapi bukan berarti mengharapkan gue sakit. Bokap sama Nyokap senang karena gue bisa istirahat dan mereka berharap gue bisa melupakan Dokter Meyda.

Masya Allah....berat banget Ya Allah ujian dari-Mu. Apakah gue sanggup kehilangan Dokter Meyda? Tapi kalo gue nggak ikhlas, gue dosa dong...” Bisik gue dalam hati air mata terurai deras.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
always
15      8     0     
Romance
seorang kekasih yang harus terpisah oleh sebuah cita-cita yang berbeda,menjalani sebuah hubungan dengan rasa sakit bukan,,,bukan karena saling menyakiti dengan sengaja,bahkan rasa sakit itu akan membebani salah satunya,,,meski begitu mereka akan berada kembali pada tempat yang sama,,,hati,,,perasaan,,dan cinta,,meski hanya sebuah senyuman,,namun itu semua membuat sesuatu hal yang selalu ada dalam...
Bukan kepribadian ganda
65      17     0     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
With you ~ lost in singapura
3      3     0     
Fan Fiction
Chaeyeon, seorang siswi SMA yang sangat berani untuk pergi menyusul Tae-joon di Paris. Chanyeol, seorang idol muda yang tengah terlibat dalam sebuah skandal. Bagaimana jika kedua manusia itu dipertemukan oleh sebuah takdir?
I'M
65      22     0     
Romance
"Namanya aja anak semata wayang, pasti gampanglah dapat sesuatu." "Enak banget ya jadi anak satu-satunya, nggak perlu mikirin apa-apa. Tinggal terima beres." "Emang lo bisa? Kan lo biasa manja." "Siapa bilang jadi anak semata wayang selamanya manja?! Nggak, bakal gue buktiin kalau anak semata wayang itu nggak manja!" Adhisti berkeyakinan kuat untuk m...
Sweet Sound of Love
0      0     0     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
Memorieji
78      22     0     
Romance
Bagi siapapun yang membaca ini. Ketahuilah bahwa ada rasa yang selama ini tak terungkap, banyak rindu yang tak berhasil pulang, beribu kalimat kebohongan terlontar hanya untuk menutupi kebenaran, hanya karena dia yang jadi tujuan utama sudah menutup mata, berlari kencang tanpa pernah menoleh ke belakang. Terkadang cinta memang tak berpihak dan untuk mengakhirinya, tulisan ini yang akan menjadi pe...
Senja (Ceritamu, Milikmu)
5      5     0     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
CINTA DALAM DOA
27      12     0     
Romance
Dan biarlah setiap doa doaku memenuhi dunia langit. Sebab ku percaya jika satu per satu dari doa itu akan turun menjadi nyata sesungguhnya
Bertemu di Akad
54      16     0     
Romance
Saat giliran kami berfoto bersama, aku berlari menuju fotografer untuk meminta tolong mendokumentasikan dengan menggunakan kameraku sendiri. Lalu aku kembali ke barisan mahasiswa Teknik Lingkungan yang siap untuk difoto, aku bingung berdiri dimana. Akhirnya kuputuskan berdiri di paling ujung barisan depan sebelah kanan. Lalu ada sosok laki-laki berdiri di sebelahku yang membuatnya menjadi paling ...
As You Wish
2      2     0     
Romance
Bukan kisah yang bagus untuk dikisahkan, tapi mungkin akan ada sedikit pelajaran yang bisa diambil. Kisah indah tentang cacatnya perasaan yang biasa kita sebut dengan istilah Cinta. Berawal dari pertemuan setelah 5 tahun berpisah, 4 insan yang mengasihi satu sama lain terlibat dalam cinta kotak. Mereka dipertemukan di SMK Havens dalam lomba drama teater bertajuk Romeo dan Juliet Reborn. Karena...