Read More >>"> A You. (Perpisahan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - A You.
MENU
About Us  

Sebelas tahun yang lalu.

 

Sore itu, senja mulai terlihat meskipun terhalang oleh awan. Dua orang anak kecil sedang berusaha memanjat pohon mangga, namun hanya seorang anak cowok yang bisa memanjatnya. Sedangkan sahabatnya menunggu di bawah pohon.

"AGAS!!! Cepetan, nanti yang punya pohon malah!!” gadis mungil itu berteriak pada sahabatnya yang sedang bersusah payah menggapai mangga di atas. Dia masih susah untuk mengucapkan huruf 'R’. Sehingga lidahnya cadel jika menyebutkan huruf itu.

“Bentar, Al. Dikit lagi dapat nih,” sahut anak cowok itu di dahan pohon. Menggapai mangga yang buahnya berukuran cukup besar dan— akhirnya dapat juga.

“Al, nih tangkap,” ucap anak cowok itu sambil memegang sebuah mangga. Dan melemparnya—hap.

“Aduhh … Agas!! Mangganya kena jidat Al nih.” Seketika anak cewek itu menangis, karena merasakan kesakitan akibat terkena lemparan buah mangga.

Anak yang dipanggil Agas itu, dia segera turun dan mencoba menenangkan sahabatnya.

“Aduh … Alea jangan nangis dong. Agas minta maaf yah?” ucap Agas dengan mengusap kening Alea.

Alea menggeleng kepala tak mau. “Agas harus obatin jidat Al dulu, balu Al bakalan telima maafnya.”

Agas tertawa kecil membuat Alea mendengus kesal.

“Ya udah, kalau gak mau nanti kita gak us—” ucapan Alea terpotong.

Cup!

Agas mengecup kening Alea dengan singkat dan kemudian mengusapnya dengan pelan. Alea hanya terdiam. Jantungnya berdegup kencang dan tangannya berkeringat dingin. Semburat merah jambu keluar dari pipinya. Namun, Alea berusaha untuk tidak terlihat malu di dekat Agas.

“Itu obat dari Agas, nanti jidat kamu cepat sembuh. Udah yah jangan nangis lagi. Nanti kamu gak cantik kayak Cinderella loh,” ejek Agas membuat Alea mencubit tangan Agas.

“Agas nakal! Main cium-cium, kata mama gak boleh dosa. Kita kan belum nikah jadi gak boleh cium-cium,” kata Alea berkacak pinggang.

“Jadi, Al mau nikah sama Agas kalau udah gede gitu? Terus boleh buat cium Al?” tanya Agas memancing Alea.

“Ih!! Aku gak mau nikah sama Agas! Nyebelin!! Aku bakalan nikah sama pangelan yang ada di buku dongeng aku,” ucap Alea.

“Mmfff.. hi … hi… Hahahaha ….”

Alea menoleh ke arah Agas. “Kamu kok ketawa sih, ih Agas!!” Alea kesal melihat sahabatnya tertawa terpingkal-pingkal.

Terdengar langkah berat menuju arah mereka dan seketika tawa Agas mereda, namun masih terdengar cekikikan pelan.

“Alea, Agas! Waktunya pulang, udah sore. Agas ayok pulang dulu, tapi anterin Alea pulang dulu yah sayang,” ucap Mama Agas dari teras rumah. Dan kembali masuk.

“Siap! Wonder woman!” Kata Agas.

“Dengar kata mama kan? Kita pulang dulu. Nanti malam lihat bintang di rumah pohon. Aku punya teropong baru.” Agas menarik tangan Alea dan mereka berjalan beriringan menuju rumah Alea. Rumah mereka tidak terlalu jauh hanya melewati lima petak rumah.

Rumah-rumah yang terlihat sangat asri karena ada tanaman merambat menjadi pengganti pagar rumah. Dan di halaman depan rumah-rumah juga ditumbuhi oleh berbagai macam bunga warna-warni.

Mereka sudah sampai, dan Agas berpamitan dulu pada bunda Alea.

“Akhirnya udah pulang, biasanya abis magrib kalau pulang,” kata bunda Alea.

Agas tertawa. “Hehehehe … Udah sore, Bun, nanti Alea di culik sama nenek sihir kalau belum pulang.”

“Ih! Agas kamu ngomong apa sih? Gak jelas.” Alea pun masuk ke dalam rumah meninggalkan Agas yang masih berdiri.

Agas terkekeh melihat Alea yang cemberut saat masuk ke rumah. “Yaudah deh, Bun. Agas pulang dulu, nanti mama marah lagi kalau Agas gak pulang-pulang,” ucap Agas menyalami bunda Alea.

 

“Permisi, Bun. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam,” jawab bunda.

*****

Saat itu mereka masih bersekolah di sekolah dasar dan satu sekolah. Agas sudah duduk di kelas tiga SD. Sedangkan Alea masih duduk di kelas dua.

Mereka telah bersahabat sejak lama, waktu itu Alea anak pindahan dari Jakarta. Dan masih belum sekolah, sedangkan Agas telah sekolah. Ia duduk di bangku kelas dua SD.

Pertemuan awal mereka, suatu hari Alea sedang duduk sendiri di dekat pohon rindang sambil menggambar. Agas sepulang sekolah melihat Alea dari kejauhan, dia rasanya ingin bercengkrama dengan Alea. Dorongan dari hatinya membuat Agas ingin bisa berteman dengan Alea.

Dengan rasa keberanian di dada, Agas mencoba berjalan mendekati Alea.

“Hai,” sapa Agas pada Alea yang sedang sibuk mewarnai hasil karyanya.

Alea mendongak menatap Agas dengan bingung. “Hai juga,” sapa balik Alea dengan tersenyum.

“Sini duduk!” ucap Alea menepuk tempat di sebelahnya. Dan Agas duduk di samping Alea.

“Kamu anak baru yah di sini?” tanya Agas pada Alea, kemudian disambut anggukan darinya.

“Kenalin nama aku Agas.” Agas mengulurkan tangannya pada Alea.

Alea membalasnya. “Aku Alea, Cindelella kecil dan peli cantik di dunia,” katanya percaya diri membuat Agas menyembunyikan tawanya.

“Kamu gambar apa?” Tanya Agas lagi, hari ini dia banyak bertanya pada gadis cantik di sebelahnya. Keakraban mulai tercipta di antara mereka.

“Ini pangelan aku nanti,” jawab Alea.

“Kalau pangeran itu ada, kamu mau ketemu dia?”

Alea mengangguk. “Iya, nanti Al bakalan ngajak pangelan dansa.”

Lagi-lagi Agas harus menahan tawanya karena dia mendengar perkataan konyol dari Alea. Padahal kan itu hanya ada di kisah dongeng sebelum tidur.

“Kita bersahabat yah? Alea di sini kesepian,kamu mau kan jadi sahabat Al?” Tanya Alea dan dia mengangkat jari kelingkingnya.

“Boleh juga tuh, tapi janji yah jangan pernah ninggalin salah satu sahabatnya,” kata Agas dengan menyatukan jari kelingkingnya dengan Alea. Dan Alea mengangguk setuju.

*****

Awal dari persahabatan mereka saat itu telah dimulai. Namun, ternyata kebersamaan mereka yang sampai saat ini mungkin tak berlangsung lama.

Malam ini, Agas dan Alea tengah berada di dalam rumah pohon. Setiap malam tiba, mereka berdua selalu berada di rumah pohon sambil memandang hamparan bintang di langit malam. Dan bulan yang menjadi cahaya kegelapan malam.

“Lihat deh, Al. Bintangnya banyak banget!” Agas kegirangan melihat bintang dari teropong baru miliknya.

“Kamu culang pakai telopong,” ucap Alea kesal, membuat Agas mencubit pipinya.

“Ih! Agas sakit … nanti pipi Al habis gimana kalau kamu cubit teyus,” kata Alea memegangi pipinya.

“Yah, nggak bakalan lah.”

Alea mendengus kesal.

“Bintang yang itu telang banget yah, Agas…” Alea menunjuk sebuah bintang.

“Hmmm … itu bintang Sirius. Katanya bintang itu melambangkan keinginan yang kuat.”

“Silius?”

“Kamu susah ngomong huruf er. Aku ajarin yah?” Tanya Agas dan Alea mengangguk semangat.

“Ikutin aku.”

“Er.”

“El,” ikut Alea.

Agas menggeleng. “Er.”

“El, ih tuh kan aku gak bisa,” ucap Alea mulai pasrah.

“Jangan nyerah dong.” Kali ini ucapan Atas berhasil membangkitkan semangat Alea.

“El, El, El, El ,El ,El ,Er—” Alea menjeda ucapannya karena merasa ada yang janggal.

“Tadi kamu udah bisa, coba lagi.”

“El, Er, Er, Errrrrrrrrrrr … hore aku bisa,” kata Alea kegirangan dan melompat-lompat lalu tanpa sengaja dia memeluk Agas dengan erat.

Sadar akan hal itu, Alea melepaskan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya yang mulai berkamuflase.

“Cie peluk-peluk. Hahaha … selamat yah udah bisa ngomong huruf Er,” kata Agas memberikan sebuah bunga dandelion untuknya.

“Bunga dandelion? Buat apa?” Tanya Alea kebingungan dengan memegang setangkai bunga dandelion.

“Kamu tiup, terus kamu bilang di hati kamu. Kalau sudah besar kamu mau apa?” Kata Agas mencoba membuat Alea semakin senang. Membuat Alea senang dan tersenyum sudah membuat Atas bahagia, tapi —jika Alea tahu dia akan meninggalkan dirinya pasti Alea akan sedih.

Aku mau kalau Al sudah besar pangeran berkuda putih datang ke Al. Batin Alea.

“Yaudah aku tiup yah. Fiuh!!” tiupan dari Alea membuat serpihan-serpihan kecil bunganya yang ringan akan terbang terbawa angin dan menyebar kemana pun ia mau, yang akhirnya akan tumbuh menjadi bunga baru di tempat ia jatuh dan membawa kehidupan baru.

Sesaat kemudian mereka berdua terdiam, hanya menatap pemandangan malam saat ini. Mereka duduk di pinggir rumah pohon, dan mengayunkan kakinya.

Terdengar helaan napas panjang dari Agas. “Alea, besok aku mau pindah. Soalnya Papa ada pekerjaan di luar negeri. Jadi, aku harus ikut sama Papa.”

“Pergi ke mana? Ke bintang?”

“Bukan, aku mau ke Amerika. Tempatnya jauh banget, lebih jauh dari bintang,” ucapnya sambil merentangkan tangannya lebar-lebar.

Tak ada sahutan dari Alea, membuat suasana malam ini terselimuti diam. Hanya terdengar suara binatang malam. Seperti jangkrik, dan hewan lainnya yang tidak tahu di mana keberadaannya.

“Agas jangan tinggalin, Al.” tiba-tiba Alea berucap lirih penuh harap. Matanya yang cantik dan jernih mulai berkaca-kaca.

Agas menatap Alea dengan cemas dan sebenarnya dia juga tidak ingin meninggalkan sahabatnya. Kemudian Agas menangkup wajah Alea. Mengusap air matanya. “Hmmm … kan aku pernah bilang jangan pernah nangis kalau lagi sama aku. Tenang aja, Al. Aku bakalan balik lagi kok. Nanti kita sama-sama main di rumah pohon lagi, atau kalau pas aku pulang aku bawain coklat kesukaan kamu,” Agas berusaha menghibur Alea. Tapi Alea terlihat masih sedih dan usaha Agas kurang berhasil.

Agas masuk ke dalam rumah pohon, mengambil sebuah benda bulat dari kaca yang berisi air dan rumah mungil dengan bintang-bintang kecil yang menghujani rumah itu jika dikocok. “Al, ini benda kenang-kenangan dari aku buat kamu. Kamu jaga baik-baik.”

Alea masuk ke dalam rumah pohon, mencari benda kesayangannya. Dan akhirnya benda itu ketemu. “Buat Agas.”

Ternyata sebuah gantungan dream catcher berwarna biru dan pink perpaduan warna yang sangat cantik.

“Al cuma kasih ini, maaf yah kalau jelek.”

Agas menggeleng kepala karena menurutnya apa pun yang diberikan oleh Alea tentu sangat berharga.

“Jarak itu bukan menjadi penghalang untuk kita menjalin persahabatan, meskipun aku jauh. Kita bakalan terus bersahabat, kan?”

Alea menganggukkan kepalanya pelan sambil mengelap air matanya dengan telapak tangan.

"Princess Cinderella kecil, udah jangan nangis terus. Nanti mukanya jelek loh kayak nenek sihir, ihhh ...," ucap Agas membuat Alea sedikit tertawa dan mengusap air matanya.

"Agas suka godain Al muluh. Nanti suka loh sama Cinderella kecil," kata Alea.

Ucapan Alea membuat Agas tersenyum sendiri, sebab Alea kecil masih sangat polos untuk mengucapkan kalimat gombalan orang dewasa.

"Biarin aja, kalau Agas suka sama Al kenapa?" Tanya Agas dengan mengangkat satu alisnya.

"Tapi Alea ga suka sama Agas. Alea sukanya sama pangeran," kata Alea dengan pikiran membayangkan sosok pangeran impiannya.

"Kan Agas yang jadi pangerannya," jawab Agas dengan percaya diri.

"Ihhh!! Agas mah cuma mimpi, ga mungkin Agas jadi pangeran," ejek Alea sambil menjulurkan lidahnya.

Agas pura-pura tidak mendengarkan perkataan Alea, karena dia memikirkan bagaimana perasaan Alea jika Agas meninggalkan dirinya esok pagi?

Agas takut jika dirinya akan mengecewakan Alea, sebab dia telah berjanji bahwa tidak akan meninggalkan Alea. Seketika bayangan awal pertemuan mereka terlintas dipikiran Agas bagaikan trailer film. Baginya Alea itu seperti cahaya bintang yang telah menerangi gelapnya.

*****

Pagi ini Agas harus rela meninggalkan sahabatnya dan semua kenangan mereka di rumah pohon. Meskipun usia mereka masih kecil, tapi Agas tahu betapa berat rasanya meninggalkan seseorang yang dia sayangi.

Saat ini Agas tengah duduk di depan teras rumah Alea, ternyata kata bunda Alea masih tidur dia susah sekali saat di bangunkan.

“Jangan di bangunin, Bun. Kalau begitu Agas pamit yah, bun, titip salam ke Alea. Terus bilang selama gak ada Agas jangan pernah nangis. Kalau kangen sama Agas suruh aja dia ke rumah pohon yah, Bun.”

“Iya, nak. Kamu hati-hati di sana. Belajar yang rajin, jangan lupa balik ke Indonesia yah.”

“Siap, bunda. Agas pamit yah, Bunda,” ucap Agas dan memeluk bunda Alea kemudian mengecup punggung tangannya.

Matahari sudah bersinar tepat angka jam dua belas siang. Alea sedang termenung di rumah pohon. Dia kecewa kenapa Agas tidak memberikan salam perpisahan padanya. Kini sahabatnya benar-benar telah pergi.

“Kenapa Agas nggak pamit? Apa Agas lupa?” Alea bergumam sendiri sambil memeluk benda bulat pemberian dari Agas.

Bulir-bulir air mata menetes di pipinya, matanya sudah tak mampu menahan bendungan air di kelopak mata. Gadis kecil itu menangis, karena hatinya sedang resah. Apa yang harus dia lakukan? Marah pada Agas? Atau mencoba melupakan semua kenangan bersamanya?

Matahari telah berganti posisi dengan bulan, malam ini Alea duduk di ayunan halaman depan rumah. Dia menatap bintang di langit. Tiba-tiba Alea teringat dengan ucapan Agas tentang bintang Sirius yang dapat mewujudkan keinginan yang kuat.

Dengan mata terpejam dia meminta sesuatu pada bintang Sirius.

Sirius, hari ini Agas pergi. Dan dia gak pamit sama aku. Sirius kan baik sama Alea, selalu bikin senyum. Kalau begitu Alea minta Sirius balikin Agas ke Alea. Alea sendirian meskipun ada bunda, tapi aku ngerasa sendiri. Kalau di umur Alea yang ke–enam belas tahun Agas belum datang. Alea bakalan benci sama Sirius dan Agas. Batin Alea dalam hati memohon.

Setelah meminta sesuatu yang tidak memungkinkan pada bintang Sirius, Alea berjalan menuju rumah pohon. Dia duduk di pinggir seperti biasanya.

Alea mengambil napas dalam-dalam dan—

Ia berteriak. “Aku benci Agas!!!!! Aku gak mau punya sahabat lagi!! Aku kecewa sama Agas!! Aku gak mau ketemu sama Agas lagi!!!” teriak Alea mengeluarkan semua rasa amarahnya.

“Huft—lega sekarang.”

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 0 2 0 1
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Glad to Meet You
7      7     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...
Time Travel : Majapahit Empire
597      225     0     
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
One Day.
7      7     0     
Short Story
It's all about One Day.
Melankolis
34      27     0     
Romance
"Aku lelah, aku menyerah. Biarkan semua berjalan seperti seharusnya, tanpa hembusan angin pengharapan." Faradillah. "Jalan ini masih terasa berat, terasa panjang. Tenangkan nafsu. Masalah akan berlalu, jalan perjuangan ini tak henti hentinya melelahkan, Percayalah, kan selalu ada kesejukan di saat gemuruh air hujan Jangan menyerah. Tekadmu kan mengubah kekhawatiranmu." ...
Catatan 19 September
305      118     0     
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya? Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya. Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun. Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
Senja (Ceritamu, Milikmu)
75      67     0     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
Metamorfosis
42      32     0     
Romance
kehidupan Lala, remaja usia belasan monoton bagaikan air mengalir. Meskipun nampak membosankan Lala justru menikmatinya, perlahan berproses menjadi remaja ceria tanpa masalah berarti. Namun, kemunculan murid baru, cowok beken dengan segudang prestasi mengusik kehidupan damai Lala, menciptakan arus nan deras di sungai yang tenang. Kejadian-kejadian tak terduga menggoyahkan kehidupan Lala dan k...
Dibawah Langit Senja
24      12     0     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
14 Days
16      10     0     
Romance
disaat Han Ni sudah menemukan tempat yang tepat untuk mengakhiri hidupnya setelah sekian kali gagal dalam percobaan bunuh dirinya, seorang pemuda bernama Kim Ji Woon datang merusak mood-nya untuk mati. sejak saat pertemuannya dengan Ji Woon hidup Han Ni berubah secara perlahan. cara pandangannya tentang arti kehidupan juga berubah. Tak ada lagi Han Han Ni yang selalu tertindas oleh kejamnya d...
Hati Yang Terpatahkan
25      16     0     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?