Read More >>"> Hunch (BAB 4 Lost Due to Hurry) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hunch
MENU
About Us  

Dua bulan kemudian…

Entah mengapa, akhir-akhir ini Sierra benar-benar sibuk. Ia tak yakin bahwa universitas yang memberinya begitu banyak projek penelitian sehingga ia sering tidur pukul dua belas malam dan bangun pukul lima pagi. Menurutnya, kesibukannya akhir-akhir ini disebabkan karena dirinya yang terlalu memaksakan fisik dan psikisnya untuk menyelesaikan naskahnya dalam kurun waktu secepat mungkin. Matanya sudah berkantung, rasanya begitu berat untuk membuka mata saat pagi hari. Namun ini adalah impiannya, ia akan berusaha sekeras mungkin supaya sesuatu yang sudah diimpikannya sedari kecil dapat terwujud.

 

                "Sierra, kupikir kau tak perlu bekerja terlalu keras untuk menyelesaikan penulisan bukumu itu," kata Jeany saat mereka makan bersama di kantin universitas. "Kau juga tak mendapatkan kepastian mengenai bagaimana masa depanmu setelah kau berhasil mengirimkannya ke suatu penerbit. Sebaiknya kau bekerja dengan perlahan-lahan saja. Lagipula, bukankah pekerjaan menulis benar-benar mengandalkan mood seseorang? Kupikir kau tak bisa terus memaksakan diri terus menerus seperti ini."

                "Aiya… Jeany, kau tak mengerti bagaimana antusiasku saat menuliskan setiap kata pada notebookku. Aku benar-benar serasa masuk dalam cerita itu, dengan harapan aku adalah tokoh utama yang kuciptakan dalam kisah itu. Dan kau tahu, perasaan seperti itulah yang mendorongku untuk terus menulis segala yang ada dalam pikiran dan hatiku. Jadi, aku sama sekali tak memaksakan diri, OK?" sahut Sierra yang sedang makan sambil membuat coret-coretan di atas kertas nota.

                "Huft… baiklah. Hanya kau yang dapat mengerti dirimu sendiri. Kuharap kau benar-benar menjaga kesehatan tubuhmu. Aku hanya khawatir kau akan terserang beberapa gejala karena terlalu lelah," ujar Jeany sambil melanjutkan makanannnya. Jeany sebenarnya benar-benar perhatian dengan Sierra, namun pola pikir Sierra yang keras kepala membuat segala usaha Jeany untuk menjaganya seperti… sia-sia.  

 

                Pelajaran ekonomi di kelas Sierra telah usai sejak sepuluh menit yang lalu. Namun, Sierra masih belum keluar dari ruangan kelasnya. Ia meletakkan kepalanya di atas lengannya yang berada di atas meja. Kepalanya rasanya pusing sekali, berdenyut-denyut seperti ingin meletuskan otaknya. Kening dan lehernya terasa panas, dan matanya mulai berkunang-kunang. Kemungkinan besar ia terlalu lelah akhir-akhir ini.

                Sierra mengumpulkan energinya untuk menegakkan kepalanya kembali. Ia mengambil dengan sembarangan barang-barangnya yang ada di meja dan lacinya. Kemudian segera keluar dari kelas dan bergegas ke luar gedung kampus untuk mencari angkutan umum.

                Sierra berjalan dengan segenap kekuatannya untuk menuju ke gerbang timur 2 Peking University. Sepertinya ini sudah sisa kekuatannya. Jika keadaan memungkinkan, Sierra pasti sudah tergeletak di tengah-tengah koridor Peking University. Kepalanya yang pening membuat seluruh tubuhnya bagai tak bertenaga.

***

                Dylan berjalan dengan semangatnya seperti biasa menuju ke halte bus di dekat Peking University. Ia baru saja mengikuti reuni teman-teman SMPnya yang dilaksanakan di aula Peking University. Entah kenapa teman-temannya memilih tempat yang menjenuhkan dengan puluhan ribu siswa yang gila belajar itu. Setidaknya negara ini mempunyai beberapa kampus lain, yang meskipun dihuni oleh puluhan ribu siswa yang rajin belajar, namun kampusnya masih memiliki taman yang luas dan indah. Atau mungkin banyak temannya yang masuk ke universitas itu? Tapi jika memang banyak temannya yang pintar, setidaknya adakanlah acara reuni di tempat yang sedikit menyegarkan, seperti… Tsinghua University mungkin.

                Dylan memutuskan untuk duduk di kursi halte yang terbatas itu daripada menunggu sambil berdiri. Ia membuka iPhone-nya dan seperti kebiasaan para public figure – termasuk aktor muda sepertinya – ia membuka situs sosial medianya. Ketika ia membuka akun Weibo-nya, iPhone-nya langsung berdering beberapa kali menandakan telah masuk beberapa notifikasi. Namun bukan notifikasi itu yang menjadi masalahnya, namun suara yang dihasilkannya. Terakhir kali ia menggunakan iPhone-nya, sepertinya itu saat acara reuni tadi. Sebagai seorang mahasiswa yang mengerti visual, Dylan ditugaskan temannya untuk merekam beberapa video saat acara tersebut berlangsung. Saat semua teman hendak memutar video hasil rekamannya, ia menaikkan volume iPhone-nya hingga batas maksimal. Dan sekarang, lihatlah! Puluhan orang yang ada di bus itu, puluhan pasang mata yang menatap kesal kepadanya. Tak terkecuali seorang gadis yang sedari tadi terus menunduk sembari menopang kepala dengan tangannya.

 

                Sekitar delapan menit kemudian setelah Dylan tiba di halte, terlihat sebuah bus yang sepertinya akan berhenti di depan halte tersebut. Dan, ya… bus itu berhenti tepat di depan halte. Semua orang yang berada dalam halte segera berdesak-desakan untuk masuk ke dalam bus. Huft… apakah harus sebegini rumitnya untuk masuk ke dalam bus kota?

                Dan setelah sebagian orang masuk ke dalam bus, antrean kelihatannya berhenti. Apa yang terjadi? Dylan menerobos kerumunan orang untuk masuk ke dalam bus, melihat apa penyebab kemacetan antrean ini. Seorang gadis sedang menggeledah isi tasnya di dekat tempat untuk menggesek kartu bus kota. Sepertinya ia tipe gadis yang sangat merepotkan. Siapapun yang menjadi prianya pasti akan dibuat pusing akan tingkah-tingkahnya yang bodoh dan konyol. Menggeledah tas di depan bus? Mungkin saja dompetnya tadi sudah dicuri oleh orang yang berada di depan atau belakangnya. Dylan berkacak pinggang sebal melihat kejadian ini.

***

                Sebuah bus telah berhenti di depan halte tempat Sierra menunggu. Ia segera menuju pintu masuk bus, ikut berdesak-desakan dengan kerumunan orang yang terburu-buru. Mengesalkan sekali. Apakah ada orang Beijing yang tidak terlihat seperti dikejar waktu? Huft… ini salah satu tantangan bagi orang dari kota kecil yang tinggal di ibukota.

                Sierra naik ke bus sambil membuka tasnya, mencari-cari dompet tempat ia biasa menaruh uang dan kartu-kartunya, termasuk kartu bus kota. Ia sudah mencari sejak ia masih ada pada barisan ketiga. Namun, hingga sekarang tiba gilirannya, Sierra masih tak dapat menemukan dompetnya yang entah ditaruhnya dimana. Ketika ia tiba di hadapan mesin EDC bus kota, ia semakin terburu-buru untuk mencari dompetnya. Ia menggeledah seluruh isi tasnya, dan ternyata ia tetap tak menemukan barang yang dicari. Tanpa diduga, seorang pria muda – mungkin juga mahasiswa, sama sepertinya – menghampirinya. Ia berkacak pinggang melihat tingkah Sierra yang terlihat bingung dan panik. Pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ya… itu kartu bus kota.

                "Tuan, aku menggesek dua kali, untuknya juga," kata pria tersebut dengan gaya tidak peduli. Kemudian Sierra segera maju dan mencari tempat yang nyaman sehingga antrean dapat berlanjut.

                Pria tersebut kemudian berdiri dengan jarak yang tak terlalu jauh darinya. Wajahnya tak menampakkan suatu ekspresi bahwa ia baru saja menolong Sierra. Hhh… tapi mungkin itu adalah kebiasaan terburuk orang kota yang tak pernah terbuka dengan siapapun.

                "Soal tadi, terima kasih," kata Sierra singkat, memutuskan untuk membuka pembicaraan.

                "Tak masalah. Untungnya kartuku baru saja diisi dengan saldo yang berjumlah cukup besar. Jika tidak, mungkin kau perlu mencari bala bantuan lain yang akan menolongmu," kata mahasiswa tersebut sambil mengerlingkan sebelah matanya. Tatapan jahil.

                Baiklah. Sierra tak tahu apa yang ada dalam pikiran mahasiswa tersebut. Dan yang pasti ia tahu bahwa perkataan tadi menyindirnya secara tidak langsung,  seolah-olah menyiratkan 'sudah seharusnya kau berterimakasih padaku'.

                Ya Tuhan, tunggu dulu. Sierra seperti pernah mendengar gaya berbicara yang acuh dan merendahkan ini sebelumnya. Sepertinya ia pernah bertemu dengan pria ini, apakah… dia pria yang sama yang pakaiannya terkena tumpahan jus wortel saat di Beijing Film Academy?

How do you feel about this chapter?

5 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (27)
  • Riyuni

    Tema-nya tentang penulis. Keinginan Sierra sama dengan keinginan seluruh penulis TinLit.
    Sukses ya untuk ceritanya, Semoga bisa sesukses seperti karya Sierra.

    Comment on chapter BAB 3 The Way People Enjoy Their Youth
  • ShiYiCha

    @IndahPratiwi Thanks, Kak. Jangan lupa baca sampai akhir, yaa😉😂

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • IndahPratiwi

    Bahasanya ringan dan mudah dipahamj. Membuat pembaca awam mudah mengikuti alurnya

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • sinister

    saya suka gaya bahasa nya gak terlalu berat, dan mudah dipahami.

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • fafazulfha

    cerita bagus yang ringan (enak)di baca,,,,,

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • ShiYiCha

    @Hadasaaa Haloo... Tengkyu udah mampir.
    Sebenernya itu memang kayak kurang terasa klimaksnya gitu karena ada beberapa part yang terpaksa terpotong karena terkejar sama dateline

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • Hadasaaa

    Cerita & alurnya sdh bagus tapi kelihatannya masih banyak yg bs ditambahkan spy lebih berasa gregetnya deh. Tetap semangat dan lanjutkan terus menulisnya ya ????

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • Henny

    Bagus ????

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • fujasagita

    Halo, aku suka ceritamu. Rapi dan minim typo.

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • sherlygratia

    Suka nonton film china juga. Beruntung aku mudeng :"))

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
Similar Tags
Gue Mau Hidup Lagi
4      4     0     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
When You Reach Me
21      14     0     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
Cintaku cinta orang lain
5      5     0     
Romance
"Andai waktu bisa diulang kembali ,maka aku gak akan mau merasakan apa itu cinta" ucap Diani putri dengan posisi duduk lemah dibawah pohon belakang rumahnya yang telah menerima takdir dialaminya saat merasakan cinta pertama nya yang salah bersama Agus Syaputra yang dikenalnya baik, perhatian, jujur dan setia namun ternyata dibalik semua itu hanyalah pelarian cintanya saja dan aku yang m...
Werewolf Game
1      1     0     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...
Teman
13      7     0     
Romance
Cinta itu tidak bisa ditebak kepada siapa dia akan datang, kapan dan dimana. Lalu mungkinkah cinta itu juga bisa datang dalam sebuah pertemanan?? Lalu apa yang akan terjadi jika teman berubah menjadi cinta?
Persinggahan Hati
17      7     0     
Romance
Pesan dibalik artikel Azkia, membuatnya bertanya - tanya. Pasalnya, pesan tersebut dibuat oleh pelaku yang telah merusak mading sekolahnya, sekaligus orang yang akan mengkhitbahnya kelak setelah ia lulus sekolah. Siapakah orang tersebut ? Dan mengakhiri CInta Diamnya pada Rifqi ?
Dialog Hujan
329      260     3     
Short Story
Tak peduli orang-orang di sekitarku merutuki kedatanganmu, aku akan tetap tersenyum malu-malu. Karena kau datang untuk menemaniku, untuk menenangkanku, untuk menyejukkanku. Aku selalu bersyukur akan kedatanganmu, karena kau akan selalu memelukku di dalam sepiku, karena kau selalu bernyanyi indah bersama rumput-rumput yang basah untukku, karena kau selalu menyebunyikan tangisku di balik basahmu.
Kyna X Faye
33      13     0     
Romance
Keiko Kyna adalah seorang gadis muda pemilik toko bunga. Masa lalu yang kelam telah membuat gadis itu menjauhi dunia keramaian dan segala pergaulan. Namun siapa sangka, gadis pendiam itu ternyata adalah seorang penulis novel terkenal dengan nama pena Faye. Faye sama sekali tak pernah mau dipublikasikan apa pun tentang dirinya, termasuk foto dan data pribadinya Namun ketika Kenzie Alcander, seo...
HEARTBURN
4      4     0     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Princess Harzel
90      34     0     
Romance
Revandira Papinka, lelaki sarkastis campuran Indonesia-Inggris memutuskan untuk pergi dari rumah karena terlampau membenci Ibunya, yang baginya adalah biang masalah. Di kehidupan barunya, ia menemukan Princess Harzel, gadis manis dan periang, yang telah membuat hatinya berdebar untuk pertama kali. Teror demi teror murahan yang menimpa gadis itu membuat intensitas kedekatan mereka semakin bertamba...