Read More >>"> The Secret Of Donuts (Aroma Mark) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Secret Of Donuts
MENU
About Us  

Aroma yang sangat dikenal Lan-lan kentara tercium. Ia limbung. Bukan karena tidurnya yang terganggu, namun karena kenyataan yang dilihatnya saat ini. Suara di ujung ponsel itu terus saja meneriaki namanya. Sedang, Lan-lan tidak menghiraukan lagi. Ia terpana, melihat wujudnya sendiri dan kamar tidur yang sangat ia kenali.

 

“Aghhhh…. Tidak…” Teriakan Lan-lan memenuhi kamar. Segera ia meraih ponselnya.

“Peter, Pet…”

“Ya, kamu gimana?”

“Aku berubah Pet…”

“Iya, makanya, aku nanya kamu. Malah aku dibiarkan ngomong sendiri”

“Peter, ini benaran terjadi. Akibat larangan itu…” Lan-lan duduk di tepi kasurnya. Ia memperhatikan sekeliling. Kamar ini bukanlah kamar di apartemennya. Melainkan, kamarnya ketika sekolah di kampung. Tangan Lan-lan meraba setiap lekuk tubuhnya. Ia merasa banyak perubahan di tubuhnya.

“Ia, makanya itu. Sekarang kamu di mana?” Tanya Peter penasaran.

“Aku belum yakin, tapi aku rasa aku di kamarku di kampung.”

“Aku juga ini. Kamu tahu, mamaku memanggilku tadi, memintaku bersiap ke sekolah. Gila gak nih!” Ada nada keputusasaan.

“Apa? Sekolah? Ah, yang benar saja” Lan-lan benar-benar merasa ini adalah mimpi belaka.

“Lan, aku mau melihat keadaan, nanti aku telepon kamu lagi ya. Kamu juga lihatlah sekeliling dan temukan mengapa kita menjadi begini.” Peter mengakhiri percakapan.

 

Lan-lan menghela napas. Meletakkan ponsel pada nakas di samping tempat tidur. Tinggi badan berkurang, begitu juga dengan paras dan bagian tubuhnya yang lain. Lan-lan berubah menjadi anak remaja lagi. Di benaknya berkelebat pikiran tentang, Jakarta, tempat kerja, teman, dan sebagainya. Semua pertanyaan mendesak ingin mendapat jawaban. Pikirannya penuh.

 

Tiba-tiba pintu kamar diketuk. Ada suara lelaki dengan nada yang berat. Lan-lan mengenal sekali suara itu. Itu adalah suara Mark. Kakak angkatnya yang seharusnya telah tiada. Sejenak jantung Lan-lan sakit dan sesak. Sungguh kejadian ini membuatnya bingung. Mark membuka pintu. Senyum lembut menghangatkan itu benar-benar Lan-lan rindukan. Harusnya tahun ini adalah peringatan delapan tahun meninggalnya Mark. Melihat Mark seperti melihat makhluk yang berbeda, asing.

 

“Lan, gimana? Sudah merasa baikan? Obat sudah dimakan?” Mark menghampirinya. Lan-lan melirik nakas dan melihat tumpukan bungkus obat di samping ponsel. Lan-lan mencoba bersikap biasa. Walau tangisnya ingin pecah.

 

Lan-lan berdiri dan segera menjatuhkan tubuhnya ke dalam dekapan Mark. Sungguh, ia rindu sekali Mark. Hal yang paling membahagiakan dari keanehan yang ia alami adalah bertemu Mark. Aroma tubuh Mark masih sama. Ada aroma vanila, coklat dan aneka topping donat. Aroma itu dihasilkan karena Mark membantu ibu mengadon dan memberi topping  donat di toko. Lan-lan membenamkan tubuhnya lebih erat dan lama.

 

“Hey, sayang. Kamu kenapa? Memelukku sangat erat? Masih sakitkah?” Tangan Mark dengan segera mendarat di kening Lan-lan. Merasakan suhu tubuh Lan-lan yang memang masih hangat. Ia mencoba merenggangkan pelukan Lan-lan. Namun, Lan-lan seolah bertahan.

 

“Mark, terima kasih… Kamu ada saat ini. Terima kasih sudah kembali” Air mata Lan-lan tidak terkendali. Mendadak keluar. Rindu yang bagai gunung es itu kini mencair sudah. Kakak yang paling baik, yang nyatanya harus berakhir karena kecelakaan motor sekarang ada di hadapannya. Bagi Lan-lan, persetan dengan semuanya saat ini, karena ia memiliki Mark. Semakin erat pelukan Lan-lan seolah ia tidak ingin mimpi atau kejadian ini berakhir. Kemeja putih Mark basah. Lan-lan sesegukan. Bagaimana pun ia merasa bahagia karena malaikat pelindungnya telah dikembalikan Tuhan. Lan-lan berucap syukur dalam hatinya.

 

Dada bidang Mark tidak sekaku terakhir Lan-lan melihatnya, ketika hujan datang dan membawa mayat Mark pulang. Motor Mark ditabrak mobil dan meninggal seketika di tempat. Sedangkan Lan-lan ingat sekali, paginya sebelum kecelakaan itu, mereka akan jalan ke taman untuk mencari objek lukis. Kenyataannya, lukisan terakhir Lan-lan adalah tubuh Mark yang kaku terbaring. Sejak itu pula, Lan-lan tidak pernah memegang kuas. Tidak pernah melukis lagi. Semua terkubur di liang lahat di mana Mark disemayamkan.

 

“Hayolah sayang… Jangan manja ah, pasti kamu belum makan obat, makanya lemah begini” Mark merenggangkan pelukan Lan-lan. Tangannya menjangkau bungkus obat di atas nakas. Matanya bertemu dengan mata bulat Lan-lan.

“Kamu sudah makan rotinya kan, nah sekarang obatnya dulu,” Mark menyodorkan tiga butir obat dan segelas air putih. Tanpa basa-basi lagi, Lan-lan langsung meminumnya. Untuk apa berdebat dan menjelaskan banyak hal. Kepala Lan-lan sudah berat dengan semua kejadian pagi ini.

 

Lan-lan sadar, harusnya ia tidak menunjukkan kesedihan mendalam. Toh, ia telah dewasa, walau sekarang wujudnya remaja. Ia ingin segera memahami situasi dan mencari solusi seperti yang disampaikan Peter.

“Mark, sudah berapa lama aku sakit?” Tanya Lan-lan yang duduk di ujung tempat tidur. Ia menarik ujung kemeja Mark, agar Mark tidak beranjak dari pandangannya.

“Wah, kamu Lan, benar-benar sakit. Masa berapa lama sakit, tidak tahu” Mark geleng-geleng kepala sembari menunjukkan dua jarinya, menandakan sakit Lan-lan sudah dua hari.

“Lalu, sekarang aku kelas berapa? Sekolah di mana?” Mata Lan-lan serius menatap Mark. Mark tertegun menatap Lan-lan. Mark menghela napas panjang. Namun tetap mencoba menjawab.

“ Kamu kelas dua sekarang, di SMPN 1, masa itu saja tidak ingat lagi, makanya istirahat ya istirahat sayang, aku bantu ibu dulu ya di toko” Mark meninggalkan kecupan di kening Lan-lan singkat kemudian berlalu.

 

Pintu tertutup rapat. Kamar hening. Hanya Lan-lan dengan segala keingintahuannya.

Meja belajar Lan-lan di pojokan berdekatan dengan jendela adalah tujuan yang utama, untuk memahami kondisi. Di atas meja masih ada beberapa gambar manga Lan-lan yang pernah ia gambar. Diambilnya satu-satu kertas gambar itu. Ia ingat setiap inci tarikan garis, warna dan kapan ia menggambar semua itu. Posisi buku dan semua perkakas Lan-lan masih seperti dulu ia perlakukan. Tidak ada yang berubah.

 

Lan-lan membuka jendela kamar. Udara pagi itu langsung menyapa lembut wajah. Udara yang lama tidak ia rasakan. Udara bercampur aroma donat yang bersumber dari toko di samping rumah. Ya, toko ibu tepat berada di paviliun samping rumah utama.

 

Kampung adalah aroma yang paling khas dan akan kita rindukan suatu saat nanti.

 

Tiba-tiba lamunan dan kenangan yang dicoba untuk diingat oleh Lan-lan berhenti. Lan-lan ingat harus menghubungi Peter menanyakan keadaannya. Segera ia berlalu menuju ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Sejenak, Lan-lan terpaku. Mengapa Mark tidak melihat ponselnya atau setidaknya menanyakan jenis ponsel ini?

 

“Peter… kamu di mana?” Tanya Lan-lan.

“Ah, Lan-lan. Aku di sekolah nih,” terdengar nada enggan Peter.

What? Ternyata usia kita mundur sepuluh tahun Pet. Perhitunganku sih…” Lan-lan mencoba santai dengan keanehan yang dialami.

“Aku rasa demikian. Tapi, ini ada yang aneh Lan-lan. Kamu harus lihat apa yang bisa aku lakukan di sini.”

“Apa? Katakan saja!”

“Tidak bisa, kamu harus lihat! Aku pikir ini karena kita makan donat kemarin. Banyak keanehan yang aku alami di sekolah ini.” Jelas Peter.

“Aku akan cari cara keluar dari rumah, karena aku sedang sakit rupanya haha…” Lan-lan menertawakan keadaannya sendiri.

 

Memang, menertawakan keadaan diri sendiri membuat kita menjadi lega.

Bahagia tidak selalu datang dari luar diri, melainkan dari diri sendiri.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

3 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • Sifa

    Wah menarik... Ditunggu kelanjutan ceritanya ????

    Comment on chapter Aroma Mark
  • Letti_Lita

    Idenya menarik.. ditunggu kelanjutannya ya..

    Comment on chapter Terlarang
  • Litaarlianti

    Ceritanya menarik dan buat penasaran. Tak sabar menantikan kelanjutannya....

    Comment on chapter Terlarang
  • shofikendal

    Sejak awal membaca, sepertinya Lan-lan merupakan representasi dari penulisnya.
    Tinggal kita tunggu bagaimana cara Lan-lan menghadapi kegalauannya. #heuheu

    Comment on chapter Terlarang
  • Dianasuwardi

    Iya, kebetulan si tokoh memang berhidung pesek bang @adekatari05

    Comment on chapter Terlarang
  • Adekatari05

    Menarik hati, namun kasihan ada julukan si hidung pesek....

    Comment on chapter Terlarang
Similar Tags
Bulan Dan Bintang
33      17     0     
Romance
Cinta itu butuh sebuah ungkapan, dan cinta terkadang tidak bisa menjadi arti. Cinta tidak bisa di deskripsikan namun cinta adalah sebuah rasa yang terletak di dalam dua hati seseorang. Terkadang di balik cinta ada kebencian, benci yang tidak bisa di pahami. yang mungkin perlahan-lahan akan menjadi sebuah kata dan rasa, dan itulah yang dirasakan oleh dua hati seseorang. Bulan Dan Bintang. M...
Mamihlapinatapai
55      18     0     
Romance
Aku sudah pernah patah karna tulus mencintai, aku pernah hancur karna jujur tentang perasaanku sendiri. Jadi kali ini biarkan lah aku tetap memendam perasaan ini, walaupun ku tahu nantinya aku akan tersakiti, tapi setidaknya aku merasakan setitik kebahagian bersama mu walau hanya menjabat sebagai 'teman'.
Warna Untuk Pelangi
80      20     0     
Romance
Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat Pelangi Putih, penulis best seller yang misterius. Kenyataan bahwa tidak seorang pun tahu identitas penulis tersebut, membuat Rain bahagia bukan main ketika ia bisa dekat dengan idolanya. Namun, semua ini bukan tentang cowok itu dan sang penulis, melainkan tentang Rain dan Revi. Revi tidak ...
Melawan Takdir
14      5     0     
Horror
Bukan hanya sebagai mahkota pelengkap penampilan, memiliki rambut panjang yang indah adalah impian setiap orang terutama kaum wanita. Hal itulah yang mendorong Bimo menjadi seorang psikopat yang terobsesi untuk mengoleksi rambut-rambut tersebut. Setelah Laras lulus sekolah, ayahnya mendapat tugas dari atasannya untuk mengawasi kantor barunya yang ada di luar kota. Dan sebagai orang baru di lin...
The Last Cedess
8      4     0     
Fantasy
Alam bukanlah tatanan kehidupan makroskopis yang dipenuhi dengan makhluk hidup semata. Ia jauh lebih kompleks dan rumit. Penuh dengan misteri yang tak sanggup dijangkau akal. Micko, seorang putra pekebun berusia empat belas tahun, tidak pernah menyangka bahwa dirinya adalah bagian dari misteri alam. Semua bermula dari munculnya dua orang asing secara tiba-tiba di hadapan Micko. Mereka meminta t...
AILEEN
61      20     0     
Romance
Tentang Fredella Aileen Calya Tentang Yizreel Navvaro Tentang kisah mereka di masa SMA
Chasing You Back
2      2     0     
Romance
Sudah 3 tahun, Maureen tidak pernah menyerah mengejar pangeran impiannya. Selama 3 tahun, pangeran impiannya tidak mengetahui tentangnya. Hingga suatu saat, Pangeran Impiannya, Josea Josh mulai mendekati Maureen? Hmmm ..
Mengejarmu lewat mimpi
9      3     0     
Fantasy
Saat aku jatuh cinta padamu di mimpiku. Ya,hanya di mimpiku.
Secret Elegi
46      14     0     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Selfless Love
36      15     0     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.