1
“Kita putus, yuk?”
“Aku tunggu di kelas sehabis bubaran” lanjut kirania
Janji itulah yang membuat kirania duduk manis di kelasnya meski sejak pagi kebanyakan murid berada di luar menyaksikan berbagai pertandingan olahraga.
Sekolah kirania, SMA Bangsa adalah tuan rumah untuk O2SN kali ini. Tadi dia juga ada di sekitar lapangan tapi untuk menyampaikan ajakannya itu.
Kirania memandang keluar, apa benar ini waktunya?
***
Supporter terbanyak berada di lapangan basket. Dimana tim basket sekolah ini memiliki waktu beberapa detik lagi melawan tim tamu yang tengah unggul.
Sulit dipercaya jika mereka akhirnya kalah di kandang sendiri. Ini semua karena Kirania. Dia berada di sini tadi, dari awal sampai istirahat pertandingan.
Kirania pergi setelah memberikan minum dan mengobrol sebentar dengan kapten tim basket sekolah ini, ivan. Dan obrolan itu membuat runyam sisa pertandingan.
Rekan setim Ivan langsung berjatuhan di lapangan semua ketika pertandingan dinyatakan selesai, capek dan juga kesal membuat mereka sangat lemas. Meskipun ingin menyalahkan Ivan yang bermain sangat buruk, toh, nyatanya tak ada yang berani.
Berbeda dari mereka, Ivan masih bertenaga untuk melewati kerumunan perempuan yang cengkramannya sekuat elang, ular, singa. Intinya Ivan kuat melewati lautan binatang sekalipun untuk menghilangkan kegelisahannya.
Ivan berlari di koridor dengan baju basket yang terhuyung-huyung tiupan angin akibat kecepatannya.
Tap
“Aku enggak mau putus, Kirania!” seru Ivan lantang
Kirania berdiri membuat tas dukung berwarna hitamnya yang telah tersandang juga terangkat. Angin memhembus poni miring Kirania. Sambil mengangkat bahu dan tersenyum tipis “Yaudah kalo nggk mau, enggak usah”
“Jangan kayak gitu lagi, Yang” desah Ivan setelah berhasil memeluk Kirania, pacarnya yang tadi minta putus.
“Kamu bauk! kirania mengambil langkah mundur
“Iya, kan, habis tanding.”
“Kalah, ya?”
“Pastilah, udah ayok ke loker aku mau ganti baju dulu” sigap Ivan menggenggam tangan Kirania dan menuntunnya ke ruang olahraga 1 yang di rancang sekolah sebagai ruang ganti atlet basket sementara.
***
Sudah beberapa menit tapi Kirania masih duduk di dekat ruang olahraga 1 menunggu Ivan yang sepertinya bukan hanya ganti baju tapi juga mandi.
Sekolah masih ramai dipenuhi siswa dari sekolah lain yang ikut tanding ataupun sekedar penonton. Sedang siswa dari tuan rumah kebanyakan sudah pada pulang.
Jadi ini mulai membuat Kirania merasa sedikit bosan, tidak ada yang bisa diajak ngobrol. Dia memerhatikan sepatu merah yang dia kenakan. Jika di hari biasa pasti sudah ketangkap tapi karena sekolah mereka sedang sibuk jadi tak ada guru yang punya waktu untuk merazia.
“Kamu tadi yang di lapangan basket kan?” tanya seorang siswa pelan
Kirania mendongak “Ha? Siapa ya?”
“Kamu pakai soflen? Matamu kok warnanya coklat?. Kalo buat sekedar gaya-gayaan mending nggak usah tau, nggak sehat” siswa yang tidak dikenal ini menasehati dan mengambil posisi duduk di sebelahnya.
“Tenang aja ini asli kok bukan soflen. Kita pernah ketemu ya?” tanya Kirania yang masih bingung
“Aku Reza, pendukung tim basket yang menang tadi.” Mengulurkan tangan
Kirania menjabat tangan Reza datar “Menang ya? Selamat kalo gitu” tapi tak lama langsung ditariknya jabatan itu.
“Nama kamu?”
“Kirania”
Reza menatap mata coklat Kirania, dengan dalam dan menemukan jika benar tak ada soflen di sana. Indah dan murni ketika Kirania mengedipkan matanya.
Kirania sendiri sudah biasa dipandang begitu. Mungkin karena matanya sedikit berbeda dari orang Indonesia. Tapi, meski begitu wajahnya sangat oriental di dukung rambut hitam pekat yang panjang dan lurus, kulit putih berseri dan bibir tipis berwarna merah muda asli, bukan ditutupi pewarna bibir ataupun lipstick.
“Aku boleh minta nomormu?” tanya Reza spontan
Seorang rekan tim basket Ivan keluar dari ruang olahraga 1 dan memandang sinis ke Reza yang seenaknya duduk di samping pacar kapten.
Reza yang menyadari itu langsung berdiri membalas pandangan sinis itu lalu memandang Kirania dengan senyum “Sampai jumpa lagi ya”
“Hmm..” jawab Kirania datar mungkin tak kedengaran karena Reza langsung pergi.
“Tadi temanmu?
Kirania langsung menoleh ke sumber suara “Oh, enggak, Kak” jawabnya sopan
“Ivan bentar lagi keluar katanya”
“Iya, makasih Kak Putra”
Siswa yang dipanggil sebagai Kak Putra itu langsung pergi saja. Dia adalah teman seangkatan Ivan, wakil ketua basket dan dia juga kakak kelas yang digandrungi sama seperti Ivan.
“Yang,” sapa Ivan dengan senyum
“Hey, udah selesai?” Kirania langsung berdiri
“Udah dong, yuk pulang” ajak Ivan menggandeng tangan Kirania
Kirania hanya tersenyum tipis dan mengikuti Ivan yang menuju ke parkiran untuk mengambil mobil honda jazz merahnya.
“Kamu marah ya tadi?” tanya Ivan serius sambil mengemudikan mobil melewati pagar sekolah
“Enggak,”
“Aku juga nggk tahu kalo opening pertandingan bakalan dipelukin anak cheers sekolah,”
“Iya, yaudah”
“Aku tahu kamu marah, maaf ya, besok aku kasih pelajaran ketuanya”
“Hmm.. Enggak perlu kayaknya”
“Itu kan, alasan kamu min..ta putus tadi?”
“Iya, mungkin aku salah paham aja, karena kamu tahu aku ada di sana, tapi tetap senang aja digituin cewek rame-rame.
Masih sambil menyetir Ivan berhasil mengacak rambut kirania geram mendengar pengakuan kecemburuannya.
“Maaf maaf maaf”
“Iya sayang” senyum Kirania merekah
Ivan tambah geram melihat wajah Kirania yang jadi memanis dan mencubit hidung sang kekasih pelan.
“Makasih sayang”
***
ceritanya lucu juga, di save ah, lumayan buat bacaan sebelum tidur :D
Comment on chapter Keputusan terberat