19
Dan suatu hari minggu setelahnya, Pito menjemput Kirania siang hari. Naik kelas dua belas membuat ketua OSIS diburu masa kerja yang akan selesai dan itu berarti Pito sangat sibuk sampai masa jabatannya benar-benar berakhir.
“Serius mau nemenin aku bayar uang sisa gedung perpisahaan?” goda Pito
“Iya, serius”
“Kamu takut kan kalo aku di goda sama mbak marketing-nya? Hahaha... ”
Kirania mengernyitkan dahi
“Ngaku aja pasti takut kan? Mangkanya mau nemenin, takut pacarnya digoda mbak-mbak kan?”
“Iya iya aku takut nanti Pito yang kusayang dicolek perempuan lain kalo nggak di kawal,” kata Kirania menyenangkan hati pacarnya
“Mana berani mereka sama anak Papa KOPASSUS” kata Pito
Kirania mengangkat tangan seolah menunjukkan otot ala pria-pria yang sering nge-gym.
“Hahaha”
“Aku nitip kunci dulu ya?”
“Biar aku temenin” ponsel Pito pangsung berdering
Kirania mengintip terang-terangan hingga jarak ponsel Pito dan mukanya tinggal 25cm.
“Dasar cemburuan, ini Azka” Pito menarik hidung Kirania gemes
“Yaudah angkat aja, aku nitip kunci dulu”
Pito mengangguk dan menjawab panggilan Azka sambil memerhatikan Kirania yang menyeberang pelan-pelan.
“Akbar… assalamualaikum” Kirania mengetok pintu rumah tetangganya itu
“Wa alaikum salam”
“Hey” Kirania menunjuk ke arah pacarnya sembunyi-sembunyi “Pito”
Akbar melirik sedikit
“Pacar dong” pamer Kirania
“Sombong nggak mau ke sini”
“Dia lagi ngangkat telpon, kami mau pergi dong”
“Dasar tukang pamer”
“Hehehe” Kirania mengulurkan tangannya “Nih” memberi kotak
“Apaan nih?”
“Kata Mamamu hari ini berangkat ya? Beh…. Nanti aku nggak bisa nyebut kamu anak dokter lagi, tapi dokter beneran”
Akbar melanjutkan pendidikannya ke bidang kedokteran di luar Jakarta, Kirania mengetahui ini dari Mama Akbar karena belakangan Akbar sangat sibuk dengan berbagai tes-nya.
“Aamiin… iya nanti aku bakalan sibuk kayak Bapakku”
“Tuh aku beliin sarung bukan plastikan atau kotakan ya, ada tempatnya langsung. Anggap aja hadiah kelulusan”
“Makasih”
“Nih mau nitip kunci sekalian”
“Aku bentar lagi berangkat”
“Iya, mangkanya aku kasih hadiahnya sekarang, mamamu bilang boleh kok aku nitip kunci, nanti dia usahain pulang cepat dan sementara itu tolong ya kamu taruh di laci dulu”
“Kapan sih kamu ngomong sama mamaku?”
“Kami punya grub WA bareng dong”
Akbar langsung sinis, Kirania menatap Akbar lembut.
“Kuharap kita bisa ketemu lagi” kata Kirania tulus
“Jangan berharap pada seseorang, nanti kamu akan ditimpakan pedihnya pengharapan”
Kirania menunduk
“Aku juga berharap kita bisa ketemu lagi ya Kirania” kata Akbar lembut
Kirania tersenyum dan berjalan mundur “Dadah Akbar”
“Assalamualaikum Kirania”
“Wa alaikum salam Akbar”
Kirania berlari ke Pito yang menunggunya. Sambil tersenyum Pito mengangguk sedikit menyapa Akbar.
“Hati-hati” kata Akbar
Pito dan Kirania melaju dengan bahagia. Bahkan terlihat sangat bahagia dari Kirania beberapa bulan terakhir.
Akbar masuk ke rumahnya dan menutup pintu dengan punggung, lalu terduduk.
“Maaf”
Lalu terkenang saat Kirania bertanya “Kamu suka ya sama aku?”
“Aku menyukai Kirania, ya Tuhan” keluh Akbar
Saat beberapa pria mendekati secara terang-terangan dan menyebut nama Kirania dalam sepi dan lamunan, Akbarpun sama. Malam itu setelah pulang les sambil melajukan motornya, nama Kirania terucap di bibirnya.
Saat Mama Akbar menelpon Akbar dan bilang Kirania kembali ke rumah pagi-pagi dan tidak berangkat ke sekolah lagi, Akbar sangat panik dan meminta guru bidang studi untuk praktek hari itu mempercepat giliran Akbar dari urutan tetapnya.
Saat mereka sepedaan bersama, Akbar memberikan enam permen seribu dan semuanya bertulis 'Aku cinta kamu'.
"Iya, Aku menyukaimu Kirania”
'Aku suka Pito' pengakuan Kirania waktu itu kembali terdengar.
Akbar mematung. Tidak bisa mengekspresikan segala perasaan yang bercampur aduk dan menyesakkan dadanya. Tapi tentu Kirania tidak mengetahui ini, mungkin untuk selamanya.
ceritanya lucu juga, di save ah, lumayan buat bacaan sebelum tidur :D
Comment on chapter Keputusan terberat