"Mas, nggak usah pakai bedak lagi ya, soalnya kulit Mas udah putih," saran pria berjari lentik itu yang sibuk menata rambut Yuner.
Ia teringat Sherin yang tempo hari pernah memaksa memoleskan bedak di muka Yuner ketika dirinya dipanggil secara eksklusif oleh Pak Tino. Bahkan kemampuan make over pria ini jauh lebih baik dari Sherin. Sahabat perempuannya itu pasti akan merasa minder menyaksikan kecakapan Ses.
"Iya, Ses tahu yang terbaik," ujar Yuner menyerahkan semuanya.
Nama aslinya Endang tetapi penata rias sekaligus penata busana itu ingin dirinya dipanggil Ses. Tidak menunda-nunda, esoknya Yuner bersama band Reborn melaksanakan shooting video klip perdana mereka. Baik perdana dari Yuner juga dari band Reborn.
"Artis sudah siap?" tanya lantang sutradara video klip mereka.
"Sedikit lagi, Say!" balas Ses tidak kalah lantang.
"Ses, Ses, muka saya perlu tambahan bedak lagi nggak? Biar jerawatnya ketutup gitu...." Felix tiba-tiba datang dan mengganggu konsentrasi Ses yang sedang fokus menangani Yuner.
"Mau jerawat lo ketutup juga lo masih jelek, nggak ada yang bakal merhatiin," cela Haris sambil menggeret Felix. "Lanjutin lagi, Ses."
Yuner tidak berhenti dibuat tawa oleh tingkah laku Felix dan Haris. Pertengkaran adalah cara mereka saling peduli satu sama lain.
Ses berdecak beberapa kali. "Haduh, berantem aja mulu itu anak berdua. Kayak Tom and Gery aja."
"Tom and Jery, Ses. Bukan Gery," koreksi Gery yang kebetulan melewati mereka untuk mengambil minum.
"Eh, kedengeran ya?" Ses berpura-pura mengatakan hal tersebut secara tidak sengaja. Padahal berulang kali, Ses menggoda Gery dengan nama Jery. "Oke, sudah selesai."
Yuner menatap pantulan dirinya di cermin. Ternyata ia cukup pantas memakai baju bergaya retro. Awalnya ia sempat ragu mengenakan celana potongan model cut bray ala Elvis Persley. Tapi Ses menyingkirkan keraguannya. Terbukti dengan tambahan rambut sedikit klimis namun tidak terkesan culun, Yuner terlihat manis dan seksi.
"Kamu jalan dari ujung sana, nanti camers bakal shoot kamu dari depan dan samping. Terus kamu duduk di kursi yang itu." Sang director memberi arahan, Yuner pun mengangguk paham. "Kita bakal lakukan itu sebanyak lima kali berganti-ganti kostum."
Taman ini sengaja dipesan tim yang menangani pembuatan video klip band Reborn demi kenyamaan dan mempercepat waktu produksi. Pedagang kaki lima yang biadanya mangkal di sekitar taman pun memindahakan tempat jualan mereka untuk sementara waktu.
Banyak pepohonan rindang tersebar di segala sisi taman. Jalan setapak masih becek bekas hujan semalaman. Petrichor pun terhidup segar, membangkitkan semangat para kru serta artis yang tengah bekerja.
"Camera rolling... action!"
Dengan tanggap, Yuner berjalan sesuai arahan sutradara. Ekspresi yang tercetak di wajahnya tenang. Ia sesekali mengadahkan kepalanya atas saran sutradara, supaya camers bisa menyorot rahang tegas Yuner yang menunjukan pesonanya.
Gery mendapat pujian dari sutradaranya karena pandai memilih pemeran dalam video klipnya sehingga nilai jual lagunya bertambah. Tidak hanya memiliki wajah photogenic, Yuner juga sangat natural dalam membawakan aktingnya.
Yuner duduk di kursi taman. Ia memperlihatkan raut wajah bak menunggu seseorang. Kepalanya mencari sesuatu ke sana dan kemari.
"Cut!" teriak sutradara menggunakan toa. Kedua cameraman melakukan tos. Dan Yuner segera mengaambil pakaian keduanya.
"Capek, Yun?" tanya Kresna ketika mereka bertemu di ruang ganti.
"Capek tapi seru banget," ujar Yuner yang kemudian cepat-cepat membuka kemeja bermotif dedaunan coklat yang ia kenakan.
"Gue pernah denger, silent acting itu yang paling susah ya?"
Silent acting memang bisa dikategorikan sebagai pantonim. Namun, yang dimaksud Krena adalah kemampuan seseorang dalam berakting tanpa berbicara sepatah kata pun tapi mampu menunjukan kepada penonton apa yang ia rasakan. Seperti contohnya ketika seseorang malu, maka tanpa berkata, seseorang itu harus memerahkan wajahnya, tersenyum tipis dan menggerakan tubuh salah tingkah.
Sekarang pakaian Yuner berganti ke era 20'an. Jaket kulit hitam dan rapped jeans benar-benar menggambarkan musik pada era kejayaan OASIS dan Avril Levigne. "Tergantung orangnya, menurut gue silent acting cukup gampang gue kuasain. Yang paling susah itu peran jadi cewek."
Yuner kelimpungan setengah mati sewaktu ia berperan sebagai putri salju. Teman-temannya memilih dia dikarenakan warna kulitnya yang paling putih diantara yang lain. Yang tidak habis ia pikir, Max sangat menjiwai perannya sebagai ibu tiri yang seharusnya tidak ada dalam cerita Putri Salju. Kala itu tugas kelas mereka adalah menciptakan drama komedi. Dan Yuner sedikit mengecewakan teman-temannya akibat caranya berjalan masih terlalu maskulin.
"Persis Gery," kata Kresna. "Dia bisa nyanyi semua genre musik, tapi dia nyerah waktu praktek nyinden."
Yuner tertawa kecil, membayangkan Gery mengeluarkan suara perempuan dengan nada tinggi. "Gue duluan," pamit Yuner sambil merapihkan krah jaket kulitnya.
"Yo, semangat!" balas Kresna yang masih sibuk membenarkan ketak syal di lehernya.
"Eh, Yuner, rambutnya ditata ala-ala anak alay dulu dong!" Ses mengejar lari Yuner sambil membawa sisir dan hair spray.
Yuner mengulangi adegan yang sama dan tidak membutuhkan dua kali take. Menurut sutradara, akting Yuner tidak memiliki celah. Semuanya pas pada porsinya.
Pukul lima sore, giliran band Reborn yang mengisi pengambilan gambar. Mereka memang menunggu matahari sore sebagai latar. Gery berdiri di tengah seraya bernyanyi menggunakan stand mig, sementara tiga temannya di membentuk posisi segitiga di belakang.
Padahal Yuner sudah pernah mendengar lagu ini beberapa kali sebelum memutuskan menerima tawaran Gery untuk menjadi model video klipnya. Namun, bosan bukan kata yang tepat menggambarkan lagu ini. Alunan melodi yang sederhana tapi mampu membuat siapa pun menghentakan kaki. Suara Gery yang merdu menambah kekuatan pada lagu yang mempunyai lirik tersirat banyak makna.
Semua di dunia ini pasti berakhir
Begitu pula cinta yang terjalin
Tapi saat ini aku tak ingin itu terjadi
Sesederhana itu, aku hanya ingin bertemu
Memujamu tiada henti
Menjamumu tiada lelah
Sepenggal lirik yang melekat di memori Yuner. Tidak terlalu puitis tapi mengena di hati.
Bertemu merupakan lagu yang mengisahkan seseorang yang mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama dan berharap akan bertemu lagi dengan pujangga hatinya. Namun, jangan tertipu dari nada lagunya yang ceria. Video klip yang dibuat justru menyuguhkan sad ending.
Diceritakan Yuner adalah manusia yang abadi. Dia bertemu seorang gadis di tahun 80’an dan mengalami cinta pada pandangan pertama. Yuner selalu menunggu kehadiran gadis itu di tempat pertama kali mereka bertemu. Selama tiga puluh tahun Yuner menunggu. Pakaiannya yang berganti sesuai model pada tiap era, menggambarkan pergantian tahun yang ia lewati. Namun, nasib malang menimpa dirinya. Tiga puluh tahun menunggu, Yuner bertemu gadis itu yang telah menua sembari membawa seorang anak kecil. Di akhir video, Yuner mengekspresikan rasa bahagianya meskipun tidak bisa memiliki, setidaknya ia bisa bertemu gadis yang ia sukai.
Proses shooting berlangsung seharian penuh. Semua kru, band, serta artis bertos ria dan mengakhiri dengan doa. Kini mereka tinggal menuggu editor memoles video klip mereka.
Total Yuner berganti model rambut yaitu sebanyak delapan kali. Rambutnya berubah menjadi sangat kasar. Ia mengancam besok pagi akan keramas dan diam-diam menggunakan condotioner ibunya.
"Kopi?" tawar Gery yang menyerahkan segelas kopi beraroma cappucino kepada Yuner.
Mau tidak mau, Yuner menerima segelas kopi tersebut. "Oh, makasih. Tapi lain kali, gue lebih suka susu."
Gery terkekeh pelan, ia mengambil tempat duduk di samping Yuner. "Lo suka banget susu ya?"
Yuner menggangguk semangat. "Banget! Gue suka semua rasa susu. Asalkan itu susu, gue suka."
"Pantes lo tinggi."
"Gue tinggi mungkin karena gen dari ibu gue."
Meskipun bukan seorang model, ibu Yuner mempunyai tinggi 170 cm. Tinggi tersebut termasuk standar bila dibandingkan keluarganya di Swiss. Bahkan sepupunya yang baru berusia enam belas tahun, sudah mencapai 180 cm.
"Lo ngingetin gue sama gebetan gue," ujar Gery lancar. Seolah ia telah mengenal Yuner lama dan mempercayainya untuk menceritakan hal yang berkaitan dengan kisah asmaranya. "Dia bener-bener nggak suka sama susu."
Asap kopi yang mengepul, membelai leher jenjang Yuner. "Gebetan?"
"Iya, gebetan." Gery meyakinkan. Matanya berbinar seakan status pendekatan seperti itu patut dibanggakan.
"Kenapa nggak tembak aja?"
Gery menghembuskan napas. Binar di matanya perlahan menghilang. "Katanya dia belum siap pacaran."
Yuner berdecak. "Hati-hati. Alasan klasik kayak gitu biasanya berujung ditinggalin."
Bukannya tersinggung, Gery justru tertawa. "Gue bakal nerapin teori itu ke cewek lain. Tapi khusus buat dia, nggak akan."
Seumur hidup, Yuner belum pernah menyentuh kisah cinta bersama seorang gadis. Namun, ia tertarik memberikan solusi terbaik bagi Gery. Ia memang tampan tapi tidak memakai kelebihannya itu secara makasimal. Yuner tidak aktif organisasi apa pun di sekolah, jarang pergi ke kantin karena lebih suka menabung demi console game dan tidak menyukai berpesta. Ia bukan tipe introvert, hanya saja dia sudah menemukan titik nyamannya dan enggan beranjak dari sana untuk saat ini.
"Apa sih yang buat lo yakin banget dia nggak bakal kepincut sama cowok lain?" tanya Yuner heran.
Gery mengangkat kepalanya, menatap butiran bintang yang indah di langit tengah malam. "Gue juga nggak tahu apa yang buat gue seyakin itu sama dia, mungkin gue lagi buta-butanya sama cinta."
"Ya... semoga dia cepet sadar ada cowok yang cinta buta sama dia." Yuner menyeruput kopinya sedikit demi sedikit. Lebih dari dua bulan lidahnya tidak merasakan kopi. "Apa lagu ini terinspirasi dari dia?"
"Tahu aja," ucap Gery tersipu. "Gue jatuh cinta sama dia waktu pertama kali ketemu. Awalnya gue nggak percaya love at first sight, tapi setelah ngerasain sendiri, gue nggak berkutik."
"Udah berapa lama kalian kenal?"
"Enam bulan."
Suasana pun hening. Mereka berkutat pada pikiran mereka masing-masing. Suara hewan malam menemani kesunyian yang mereka ciptakan. Semilir angin malam sedikit menembus lapisan jaket Yuner tapi tidak membuatnya dingin.
"Sorry, gue jadi curhat," kata Gery canggung.
"Santai aja. Gue nggak ngelarang," balas Yuner yang lalu menghabiskan sisa kopinya. "Gue juga mau bilang makasih karena lo udah mau milih gue jadi model video klip lo."
Seakan teringat sesuatu, pupil Gery melebar. "Oh, ya. Sebenernya, gue milih lo juga atas saran gebetan gue."
"Hah? Kenapa bisa?"
"Gue udah coba diskusi sama anak-anak band, tapi mereka nggak bisa diandelin. Lo tahu sendiri gimana kerjaan Haris sama Felix. Sedangkan sutradara gue udah angkat tangan karena gue nolak semua cast yang dia ajuin di video klip gue." Gery mengambil jeda dalam ceritanya. "Akhirnya gue minta saran dia dan dia nunjuk foto lo pas gue kasih beberapa kandidat. Katanya muka lo paling cocok jadi orang yang kerjaannya nunggu kepastian.”
Air muka Yuner murung seketika sedangkan Gery tertawa terbahak-bahak. “Tapi itu tandanya lo punya wajah-wajah tipe orang yang setia kan?” Gery mencoba menaikan harga diri Yuner.
“Gue masih nggak paham dari mana cewek lo nilai muka gue sampai nyamain gue sama cowok yang setia. Awas aja kalau ketemu,” ancaman Yuner dibalas pukulan ringan di perutnya.
“Nggak bakal gue kenalin.” Gery menggeleng. “Soalnya dia kelihatan tertarik sama lo. Kalau ketemu dan dia lebih milih lo, gue bakal kalah bersaing.”
“Ah, zaman sekarang itu cowok ganteng kalah sama cowok humoris,” sergah Yuner.
“Memangnya lo nggak humoris?”
“Selera gue receh.”
Yuner terkadang tidak memahami humornya. Ia bisa tertawa sampai sakit perut hanya melihat orang berjoget heboh, tapi terkadang ia tidak tertawa sama sekali menyaksikan Naja melakukan stand up comedy di depan kelas.
“Menurut gue sebagai orang yang sama sekali nggak humoris, semua cowok itu pasti bakal berusaha melucu di depan cewek yang mereka suka. Sifat itu keluar sendirinya. Mungkin karena kita pengin lihat cewek yang kita suka ketawa, atau ngerasa nyaman sama kita….” Kedua bahu Gery naik. “Gue juga nggak tahu pasti, tapi itu yang gue alamin.”
Malam berganti dini hari, tetapi keramaian di lokasi belum padam. Para kru masih membereskan peralatan dan beberapa orang tampak berdiskusi. Hari ini tidak pernah Yuner lupakan dalam hidupnya. Pertama kalinya dia menginjak dunia entertainment dan mulai mengepakan sayapnya. Perlahan tapi pasti, sayapnya membawanya terbang. Semua orang memujinya, semua orang mengagulkannya. Dia terbang menuju tempat tinggi. Namun, ia tetap ingat. Semakin tinggi ia terbang, angin yang menerpanya pun juga semakin kuat.
***
nice story :)
Comment on chapter P R O L O G