Read More >>"> Turn on Your Heart (P R O L O G) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Turn on Your Heart
MENU
About Us  

Yuner menyedot tanpa jeda susu coklat jatah minumnya istirahat ini. Mata birunya memandang bebas keluar jendela kelas. Ratusan siswa berpakaian warna-warni sedang berbaris apik di lapangan utama sekolah yang kebetulan bersebrangan dengan kelas Yuner. Ia lebih memilih memperhatikan kegiatan MOS sekolah dibandingkan mendengarkan teman-teman sepermainannya bergosib ria tentang salah satu artis remaja yang beberapa hari lalu tertangkap basah tengah mengonsumsi ganja di sebuah apartemen. Bagi Yuner, menghabiskan lima gelas susu setiap hari tidak pernah salah bila dibandingkan menghabiskan dua botol alkohol setiap malam.

Terkadang ia merasa beruntung akan seleranya.

Bibir tipisnya berkerut ketika ia mendengar suara angin saling beradu di dalam kemasan kotak susunya. "Yah, udah habis," keluhnya datar.

"Mau ambil punya gue?" Sherin menyodorkan susu kotak rasa stroberi berkemasan kecil kepada Yuner yang tentunya, langsung diterima senang hati.

"Boleh."

Max menoyor kepala Yuner asal. "Lo kayak orang susah aja."

"Yaelah, hidup-hidup dia. Untung-untung juga gue nolong orang," balas Sherin membela.

"Nolong sama anak orang kaya. Orang kurang mampu tuh harusnya lo tolingin. Lagian mana ada artis minum minuman bekas orang. Apalagi orangnya sejenis lo," Max bergedik ngeri melihat Sherin menggigit kuku-kuku lentiknya.

Yuner menggerjapkan matanya beberapa kali. "Yah, udah habis lagi."

Max menopang dagunya malas. Biasanya ia dapat makan kalori dan karbohidrat lebih banyak. Namun, karena ia sudah menerima kontrak sebuah film drama yang mengharuskan ia menurunkan berat badannya sebanyak lima kilogram, mau tidak mau, Max harus bersabar sampai lima bulan ke depan setelah kontraknya beres. Demi mendalami perannya sebagai pengidap TBC, Max tidak menyangka ia harus sebegini susahnya merelakan jatah makannya sehari-hari.

"Ceritanya bapak lo meninggal, lo jadi tinggal di rumahnya Ryan?" tanya Wanda tidak sabaran.

Sherin menaikkan bahunya acuh. "Gitu, deh."

"Dan lo sama Ryan nanti jadi saling suka? Tapi nggak direstuin sama emaknya Ryan?" Wanda melayangkan sebuah hipotesa.

"Namanya juga sinetron Indonesia, semua orang juga pasti udah bisa nebak ending-nya gimana." Kekehan geli keluar dari mulut kecil Sherin.

Tidak jauh berbeda, Wanda adalah pemain film TV yang namanya sudah tidak asing lagi di rumah-rumah produksi. Peran khas Wanda biasanya menjadi anak durhaka atau ketua geng perempuan centil yang bertugas memperlonco siswi-siswi culun. Sementara Sherin, harus puas dengan perannya sebagai gadis miskin yang terpaksa tinggal di rumah kolega bisnis ayahnya dulu. 

"Permisi." Meskipun keadaan kelas tidak sedang mengajar dan pintu tidak terkunci, Bu Laras--guru BK kelas tersebut--tetap mengucapkan salam. "Oh di situ rupanya kamu!" 

Telunjuk lentik Bu Laras mengarah ke kerumunan barisan belakang, tempat Yuner dan teman-temannya berkumpul.

Wanda dan Sherin saling tatap, menerka-nerka apakah mereka yang Bu Laras maksud atau bukan. Namun, keduanya tidak ada yang memulai untuk bertanya. Jatah itu pun diambil Yuner karena bagaimana pun, ia merasa dirinya masuk ke dalam kerumunan yang Bu Laras tunjuk.

"Saya, Bu?" tanya Yuner mengkonfirmasi.

"Iyap. Nah, bisa ikut Ibu sebentar? Ada orang penting yang mau bertemu kamu." Bu Laras mengedipkan sebelah matanya. 

Max, Sherin dan Wanda saling berpandangan menukarkan ide mereka masing-masing tanpa berbicara terhadap kode kedipan mata Bu Laras. Sebelum Yuner menghampiri Bu Laras di ambang pintu, Max segera merapihkan kerah seragam putih Yuner. Di sampingnya, Sherin mengeluarkan sisir dari saku rok selututnya kemudian membenahi rambut gondrong Yuner. Wanda yang sempat ingin memoles wajah Yuner menggunakan bedak, ditolak oleh Yuner mati-matian. Kulitnya sudah putih khas ras putih, menambahkan lapisan bedak hanya akan membuatnya seperti vampir.

"Lo pada ngapain sih?" Yuner menepis segala pergerakan heboh yang dilakukan ketiga temannya. "Siapa tahu gue dipanggil sama orang penting itu wali kelas kita, gara-gara ada nilai gue yang bermasalah atau.... siapa tahu presiden mau ngasih gue sepeda!"

"Rese banget lo jadi makhluk! Lo rangking satu tiga semester berturut-turut mana ada nilai lo ada yang bermasalah!" serang Max kesal.

Yuner geleng-geleng kepala. Sebelum semakin menjadi, Yuner segera angkat kaki dari kelasnya dan mengekor di belakang Bu Laras. 

"Semoga kali ini lo terima ya! Semangat, Baby!"  Yuner pura-pura tidak mendengarkan teriakkan Sherin yang jelas-jelas tertuju padanya. Bahkan beberapa murid yang melintas di koridor, sempat menoleh akibat teriakkan Sherin.

"I love you!"  Wanda yang tidak mau kalah ikut menyumbangkan suaranya. Mereka berdua sengaja keluar dari pintu kelas dan menghadapkan tubuh mereka ke arah Yuner berjalan. 

Yuner melangkah canggung masuk ke dalam sebuah ruangan khusus tamu yang sekolah sediakan, sesaat sehabis Bu Laras membuka pintu dan berbasa basi satu dua kata sebagai salam permisi. Ia mendapati seorang pria berbadan subur yang sudah tidak asing lagi dalam dunia pertelevisian Indonesia. Di sebelah pria itu, Yuner tidak tahu pasti. Ia hanya menduga pria berjas kulit tersebut adalah rekan bisnis Pak Tino--sutradara sekaligus produser profesional asal Indonesia. 

"Ini dia! Pas sekali! Sudah berbakat, tampan pula!" Pak Tino menjetikkan jarinya. "Pantas saja ia jadi anaknya Lukas."

Yuner sempat membeku mendengar nama Lukas disebutkan. Bu Laras yang salah presepsi--mengira mematungnya Yuner adalah wujud kaget bertemu produser ternama bukan karena kesal pun menepuk pundak Yuner lembut, "Ini Pak Tino sama asistennya, Pak Raksa. Kamu pasti udah tahu Pak Tino kan? Udah nggak usah gugup. Santai aja. Ayo, salam dulu."

Bergantian, Yuner menjaba tangan Pak Tino dilanjut Pak Raksa lantas ia duduk di sofa yang berhadapan dengan keduanya. 

Sebenarnya, untuk seorang remaja yang hampir setiap hari tampil beradu akting dan ditonton lebih dari tiga puluh orang yang mengerti akan bidangnya, rasa gugup sudah mati dalam indra rasa Yuner. Oleh karena itu, jelas ia tidak merasa gugup sama sekali bertemu Pak Tino yang meski seorang sutradara terkenal atau berjaba tangan dengan artis sekelas Will Smith sekali pun.

Bu Laras yang duduk di samping Yuner segera memulai obrolan. "Jadi, Pak Tino sengaja datang ke sekolah kita buat merekrut salah satu siswa jurusan seni drama buat jadi pemeran utama di project sinetron terbarunya yang akan tayang Oktober mendatang. Karena berhubung waktu yang cukup mepet, beliau meminta Ibu mencarikan siswa berbakat yang siap menerima script panjang dan akting yang fleksibel. Ibu rasa untuk anak berbakat seperti Yuner, puluhan scence  dalam sehari pun tidak masalah."

Pak Tino menggangguk paham di sofanya sementara Yuner sendiri sekarang lebih memilih mendengarkan berkumpul bersama teman-temannya di jam istirahat walapun obrolan yang mereka bahas adalah tentang artis remaja yang ditangkap karena mengonsumsi ganja.

Bu Laras pun tersenyum puas menyaksikan ekspresi Pak Tino. "Perihal jadwal sekolah, bisa kami atur menyesuaikan terhadap jadwal syuting Yuner sendiri. Sudah keahlian sekolah dalam mengatur hal ini." 

"Peran apa yang akan saya dapatkan nanti?" tanya Yuner tanpa ragu.

Pak Tino terlihat sangat siap menjawab pertanyaan yang diajukan Yuner. "Tentara yang bertugas di sebuah kota. Nanti tentara itu bakal jatuh cinta sama dokter muda. Pemeran dokternya sudah kami tentukan, rencanya saya akan sandingkan kamu sama Natalia Georgia. Karena Natalia sudah membintangi banyak judul sinetron pasti bisa membimbing kamu di sinetron perdana kamu ini."

"Descedant of The Sun," ucap Yuner tiba-tiba. "Sinetron yang akan saya isi nanti seperti drama Korea yang satu itu?"

"Lho, kita kan cuman mengambil idenya saja. Jalan ceritanya kita bedakan, kita akan buat lebih banyak konflik sehingga episodenya akan lebih panjang. Cerita romansa ini akan sangat berbeda sama kebanyakkan kisah cinta remaja lainnya yang kebanyakkan berlatar belakang di SMA. Belum pernah ada stasiun TV mana pun yang menayangkan sinetron ini."

"Tapi sudah ditayangkan di Korea," sergah Yuner. "Maaf, saya rasa, saya tidak akan bisa menerima tawaran Bapak. Wajah saya blasteran, tidak akan cocok memerankan tentara Indonesia."

 "Eit, eit, bukan," potong Pak Tino penuh semangat."Kamu nanti akan berperan sebagai tentara Belanda yang jatuh cinta sama dokter Indonesia. Dan tanpa diduga, kamu malah membantu tentara Indonesia melawan Belanda. Bagaimana? Jalan ceritanya tidak terduga kan?" 

"The Last Samurai." Ucapan Yuner kali ini menimbulkan tanya tersendiri bagi tiga orang dewasa yang sedang berada di sekitarnya. "Film yang diperankan Tom Cruise menceritakan tentang seorang tentara Amerika yang malah ikut bertarung melawan negaranya sendiri demi kebebasan Jepang. Di sana, Cruise diceritakan juga memiliki sebuah perasaan gamblang kepada seorang anak pemimpin kelompok samurai Katsumoto."

Selain tampil, tugas yang biasa dikerjakan oleh anak seni drama yaitu dalam seminggu mereka harus membuat laporan riview minimal tiga film pilihan yang diberikan guru mata pelajaran Analisa Perfiliman, atau biasa murid-murid singkat AP. Tidak hanya belajar berakting, seorang anak lulusan seni drama juga harus menguasai konsep ON AIR serta latar dari film yang mereka bintangi.

"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya sekali lagi. Saya tidak bisa menerima tawaran Bapak. Permisi, saya harus masuk kelas." Yuner bangkit dari posisi duduknya, hendak meninggalkan ruang tamu tanpa penyesalan sedikit pun.

"Tunggu sebentar, Yuner, begini...." Pak Tino yang tidak rela, segera menghadang kepergian Yuner. "Sinetron ini, targetnya bukan lagi anak usia tiga belas sampai delapan belas tahun. Bukan pula tujuh puluh persen bergender perempuan. Laki-laki, orang tua, orang dewasa pun dapat menikmati sinetron ini. Apalagi, pemainnya benar-benar pilihan. Kita bakal menggebrak industri sinetron di Indonesia. Saya, Pak Raksa, seluruh staf saya, dan Indonesia memerlukan kamu sebagai pemeran utama. Tenang, ayah kamu bakal membantu kamu di lokasi syuting nanti."

Ayahnya. Membantunya. Film.

Tiga kata yang bila dihubungkan, akan menjadi sebuah ledakan kekesalan tersendiri bagi Yuner. 

Kedua tangan Pak Tino yang tengah bertengger kuat di kedua sisi pundaknya, perlahan dan sesopan mungkin, Yuner lepaskan. "Saya tidak akan berubah pikiran. Honor, rating, lawan main, tidak akan berpengaruh bagi keputusan saya. Maaf telah mengecewakan Bapak, permisi."

Yuner sempat berpikir akan bermain kasar jika benar-benar Pak Tino memaksanya sekali lagi. Namun, tidak ada yang menahannya seorang pun hingga kakinya berlabuh di tepi lapangan utama.

Sinar matahari sayup-sayup menembus tebalnya lapisan awan. Membuat cuaca siang hari ini cukup teduh. Tak selang lama bel berbunyi, tanda jam istirahat telah selesai. 

Bertepatan setelahnya, suara dari pembina upacara penutupan MOS mengkoordinir seluruh penghuni lapangan. "Oleh karena itu, saya ucapkan, selamat datang siswa maupun siswi berbakat yang telah lulus seleksi ketat di sekolah khusus seni menengah atas Saraswati!!!"

Suara riuh sorak kegembiraan menggema ke seluruh penjuru lapangan. Tak jarang diantara mereka ada yang saling berpelukkan, melompat riang, dan bertepuk tangan dengan hasil suara yang keras. Seperti bisa memanggil tukang nasi goreng berjarak tempuh tiga kilometer.

Yuner menghela nafas lega. Dua tahun yang lalu ia merasakan hal yang sama. Kegembiraan, lompatan tertingginya, tepuk tangan terlantangnya dan pelukkan penuh haru. Tetapi, sekarang semuanya hanya penyesalan di matanya. Walau ia juga mencintai dunia seni peran, tetapi jika orang-orang disekitarnya hanya mengenalnya sebagai seorang artis atas bantuan dari sang ayah yang juga berprofesi serupa, lebih baik ia hari ini mengikuti les privat intensif untuk masuk perguruan tinggi negeri.

How do you feel about this chapter?

2 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
To The Girl I Love Next
3      3     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
Kamu
4      4     0     
Short Story
Untuk kalian semua yang mempunyai seorang kamu.
AMBUN
2      2     0     
Romance
Pindahnya keluarga Malik ke Padang membuat Ambun menjadi tidak karuan. Tidak ada yang salah dengan Padang. Salahkan saja Heru, laki-laki yang telah mencuri hatinya tanpa pernah tahu rasanya yang begitu menyakitkan. Terlebih dengan adanya ancaman Brayendra yang akan menikahkan Ambun di usia muda jika ketahuan berpacaran selama masa kuliah. Patah hati karena mengetahui bahwa perasaannya ditiku...
Good Art of Playing Feeling
2      2     0     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
SIREN [ RE ]
2      2     0     
Short Story
nyanyian nya mampu meluluhkan hati. namanya dan suara merdunya mengingatkanku pada salah satu makhluk mitologi.
Between Earth and Sky
2      2     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
Aku Lupa Cara Mendeskripsikan Petang
312      245     2     
Short Story
Entah apa yang lebih indah dari petang, mungkin kau. Ah aku keliru. Yang lebih indah dari petang adalah kita berdua di bawah jingganya senja dan jingganya lilin!
My Sweety Girl
27      3     0     
Romance
Kenarya Alby Bimantara adalah sosok yang akan selalu ada untuk Maisha Biantari. Begitupun sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu salah satu dari keduanya perlahan terlepas. Cinta yang datang pada cowok berparas manis itu membuat Maisha ketakutan. Tentang sepi dan dingin yang sejak beberapa tahun pergi seolah kembali menghampiri. Jika ada jalan untuk mempertahankan Ken di sisinya, maka...
Rain, Coffee, and You
309      244     3     
Short Story
“Kakak sih enak, sudah dewasa, bebas mau melakukan apa saja.” Benarkah? Alih-alih merasa bebas, Karina Juniar justru merasa dikenalkan pada tanggung jawab atas segala tindakannya. Ia juga mulai memikirkan masalah-masalah yang dulunya hanya diketahui para orangtua. Dan ketika semuanya terasa berat ia pikul sendiri, hal terkecil yang ia inginkan hanyalah seseorang yang hadir dan menanyaka...
Dear You
92      30     0     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...