Read More >>"> Catatan 19 September (06 : 19 September) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Catatan 19 September
MENU
About Us  

Selamat ulang tahun, semoga lo jadi pribadi yang serba bisa. Tanpa terkecuali serba bisa untuk soal perasaan, yaitu mencintai gue.

 

***

 

Benar, perasaan ku yang dulu sempat untuk Gilang kini kembali tumbuh lagi setelah ulang tahunku 3 bulan yang lalu. Ya, semuanya berjalan dengan mulus tanpa hambatan selama 3 bulan belakangan ini. Aku dan Gilang selalu menghabiskan waktu bersama, Gilang selalu saja berhasil membuat pacuan jantungku lebih keras berkali-kali lipat dari sebelumnya.

Saat di mall waktu itu, aku dan dia menonton film horror di bioskop. Dia bilang kalau aku takut peluk saja dia, tetapi nyatanya yang dia bilang itu hanya omong kosong. Saat di dalam ruangan teater dia bilang kepadaku bahwa kalau takut cukup genggam saja tangannya, tidak usah di peluk karena tidak enak dengan pengunjung lain. Meski merekapun juga melakukan hal yang sama bahkan lebih parah.

Dua hari setelah ulang tahunku, Gilang datang ke rumah dan bertemu dengan Papa. Aku sempat kaget dengan apa yang dia lakukan, dia meminta izin kepada Papa untuk menjadi ojek pribadiku selama satu bulan. Aneh memang, tetapi aku juga senang dengan perbuatan dan perhatian konyolnya. Dia bilang, cewek yang baru saja ulang tahun tidak boleh di biarkan pergi kemana pun sendirian.

Hah! Konyol.

Masalah waktu itu, saat aku di antar oleh Kak Rigel ke sekolah dan karena ucapan aneh Kak Rigel yang bilang ke Gilang ‘jagain pacar kita’ cowok itu sering sekali membahas masalah itu denganku. Dia mempermasalahkan aku yang terlalu banyak dekat dengan cowok di sekolah, bahkan di luar sekolah seperti Kak Rigel. Hah! Lagi-lagi dia salah paham mengenai ini.

Gilang berhenti berpikiran aneh saat dia datang ke rumahku untuk kedua kalinya setelah malam ulang tahunku yang saat itu tak ada Kak Rigel di rumah. Mama bilang Kak Rigel berangkat mendadak saat pukul satu malam, itu berarti dia melihat aku dan Gilang yang tertidur di ruang tamu.

Setelah aku menjelaskan semuanya, Gilang hanya nyengir kuda dan meminta maaf karena sudah salah paham. Dia bilang, dia gak rela ada cowok lain yang dekat denganku kecuali dia. Seketika saja pipiku rasanya menghangat dan pegal karena selalu ingin tersenyum setelah Gilang mengucapkan itu.

Perasaanku memang sensitif sekali setiap kali itu tentang Gilang. Tentang rasaku kepadanya.

Semalam aku tak bisa tidur karena terus-terusan teringat akan sosok Gilang yang selalu hangat. Perhatian dia yang aku rasa anti mainstream. Dan ucapannya yang terlalu menghangatkan. Aku terjaga hingga pagi, saat Kak Rigel mengetuk pintu kamar aku langsung melenggang ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dan pada pukul 07.00 aku berangkat dari rumah menggunakan motor baru yang diberikan oleh Papa.

Iya, Kak Rigel dan Mama sudah mempercayakan aku untuk membawa motor sendiri.

Sampai di parkiran sekolah, aku memarkirkan motorku dengan teratur lalu membuka helm dan meletakkannya di kaca spion motor. Dari arah koridor lab aku melihat Gilang berjalan mendekat ke arahku sambil membawa kantong plastik di tangan kanannya.

“Apa tuh?” tanyaku melirik tangannya.

Gilang mengangkat plastik itu ke atas, “Mau? Tadi gue beli ini pas lewat jalan dekat komplek depan rumah, pecel nya enak banget gue jamin deh.”

“Mauu!” seruku. Gilang menyerahkan kantong plastik berisi pecal itu kepadaku. Ini adalah salah satu makanan favorit ku setelah nasi goreng. Dan Gilang juga tahu ini selama beberapa bulan belakangan kami dekat.

“Tapi... cuma satu? Buat lo?” Aku menatapnya dengan tatapan tak enak. Gilang tersenyum dan menarik tanganku berjalan memasuki area sekolah.

“Gue udah tadi, gue beli itu sengaja buat lo. Di makan ya,” ucapnya pelan sambil mengacak rambutku. Aku mengangguk. “Makannya mau di mana?” tanya Gilang.

“Di kelas aja, Lang,” jawabku.

“Gak enak sama anak-anak kalo di kelas. Di kantin aja gimana?”

Aku mengangguk dan kami berjalan bersamaan menuju kantin dengan tangan kami yang masih saling menggenggam.

Kantin masih agak sepi karena ini masih pagi, aku dan Gilang duduk di meja kantin yang terletak di paling pojok ruangan. Gilang berjalan ke dapur kantin untuk meminjam piring dan sendok.

Setelah selesai makan kami masih bertahan di kantin, masih ada waktu 15 menit lagi sebelum bel berbunyi. Aku menarik napas dalam saat dadaku tiba-tiba merasa sesak dan perutku menghangat saat aku teringat akan niatku tadi malam. Aku gugup.

“Lang...,” panggilku dengan suara pelan.

Gilang yang bermain game dengan ponselnya kemudian mendongak lalu menyimpan ponselnya. “Apa?”

“Lo ingat kan hari ini hari apa?” ucapku. Gilang mengangguk, ya, hari ini adalah hari ulang tahunnya.

“Ingat dong!” serunya. Dia tersenyum, “Lo mau kasih apa ke gue?” Gilang berujar dengan smirk nya.

Aku tersenyum kaku dan menautkan jariku di atas meja, “Kasih hati gue, Lang,” jawabku pelan. Ku yakin Gilang masih bisa mendengarnya.

“Apa Li?” raut Gilang heran saat menatapku.

“Hari ini ternyata lo udah tambah tua ya, Lang. Gue gak nyangka kita bisa melangkah sejauh ini, ehm... maksudnya lo. Gue gak nyangka ternyata lo sampai sejauh ini...”

“Sejauh ini?” sela Gilang penasaran.

Aku tersenyum, “Sampai sejauh ini pemilik hati gue masih lo,” ucapku kemudian menghembuskan napas berat.

Wajah Gilang kaget bercampur heran, keningnya berkerut dalam saat menatapku. Dari pelipis Gilang samar-samar aku melihat bulir keringat di sana. “Ma... maksudnya?”

Aku tertawa pelan dan meletakkan tanganku di dahi Gilang mengusap keringat nya. “Lo mencuri hati gue, Lang. Hanya lo pemilik hati gue setelah 3 tahun ini. Setelah gue sama Jerry,” aku menatap matanya lekat. “Gue sayang lo.”

Ini memang terlalu nekat untuk ukuran perempuan. Aku terlalu berani membuka pembicaraan lebih dulu dengan Gilang mengenai perasaanku. Aku tahu itu, tetapi ini lebih baik daripada aku terus menunggu hal yang tidak pasti. Aku tidak suka menggantungkan perasaanku sendiri.

Sejak dulu, aku memang lebih suka dengan hal yang terang-terangan. Baik mengenai perasaan sekalipun.

“Coba ulang sekali lagi Li apa yang tadi lo bilang,” ucap Gilang dengan rautnya yang syok. Dia lucu kalau sedang begini.

“Gue gak suka memendam perasaan gue Lang, gue sukanya terang-terangan. Maaf kalo ini terlalu gamblang buat lo, tetapi gue rasa ini yang terbaik buat kita. Lo juga punya rasa yang sama kan Lang sama gue?”

Gilang diam sejenak sebelum akhirnya dia memejamkan mata dan menghela napas kasar, keningku berkerut melihat reaksi Gilang yang tiba-tiba berubah dingin dan datar.

“Makasih untuk kepemilikan gue atas hati lo selama 3 tahun belakangan ini,” ucap Gilang. Aku tersenyum. “Tapi gue harap lo jangan berharap gue bakal balas perasaan lo itu, Li. Gue cuma anggap lo teman. Gak lebih dari itu.”

DUAR!!

Ucapan terkahir Gilang rasanya lebih terdengar menakutkan di bandingkan dengan bunyi guntur, lebih menyakitkan daripada di sambar petir. Dan lebih menyedihkan daripada hujan.

“Lang...”

Gilang meraih tanganku yang berada di atas meja lalu menggenggamnya sebelum akhirnya Gilang mengucapkan satu kata, “Sori.” lalu dia berlalu di hadapanku dengan langkah lebarnya.

Aku mengerjap beberapa kali. Apa yang barusan saja aku lakukan dan aku dapat? Aku mengungkapkan rahasia besarku lalu mendapat penolakan. Bodoh!

Aku memang bodoh.

“Sekarang lo udah sadar bahwa lo bodoh?” Sebuah suara terdengar dari samping meja yang berada tak jauh dari tempat dudukku. Aku menoleh ke arah Tata yang sekarang berjalan mendekat ke arahku. Tata memelukku erat dan mengusap punggungku.

“Lo bodoh, Li! Lo terlalu bodoh untuk merasakan perasaan yang di namakan cinta. Lo bodoh!” ucapnya membuat tangisku pecah seketika.

“Jadi selama ini semua yang gue lalui sama Gilang itu apa, Ta? Semua perhatian dan hal manis yang dia berikan sama gue itu namanya apa? Kejahatan berkedok rasa manis kah, Ta?”

Tata diam sambil masih memelukku. Aku menangis sekencangnya menuangkan semua rasa sakit yang tiba-tiba saja hadir setelah kepercayaan diriku runtuh berkat penolakan menyakitkan dari Gilang.

“Jawab gue, Ta!” desakku pada Tata. Aku melepas pelukannya. “Apa maksud dari semuanya?!”

“Lika—”

“Kenapa Gilang sejahat ini sama gue, Ta? Salah gue apa? Kurang gue apa? Cacat gue apa?” ucapku dengan napas yang memburu.

“Terkadang Ta, gak semua perhatian dan hal manis bermakna rasa suka dan perasaan sayang,” kata Tata.

“Tapi dia bilang dia sayang gue, Ta. Dia bilang itu saat ulang tahun gue.”

“Lo nanya lagi gak selanjutnya dari ucapannya dia?”

Aku menggeleng.

“Cowok punya seribu pesona buat bikin cewek suka dia, Li. Cowok punya sejuta hal manis buat dia beri ke cewek. Tapi gak selalu cewek yang dia baperin itu dia sayang dan suka. Gilang romantis ke elo, Li, dia baik ke elo. Dia bilang sayang ke elo. Tapi dia juga melakukan hal yang sama dengan cewek lain, lo tahu!”

“Tata...”

“Lo percaya sama gue, Li. Plis jangan bela Gilang,” Tata menarik napas dan mengeluarkan ponselnya lalu menyerahkannya padaku.

Aku membaca isi chat yang di ada di tangkapan layar ponsel Tata. Dadaku merasakan sesak dan aku kesulitan bernapas saat aku melihat Gilang mengatakan dia menyukai Retna. Sahabatku. Bahkan dia meminta Retna menjadi pacarnya.

Dengan gerakan getir, aku mengembalikan ponsel Tata lalu berlari menuju kelas tidak memperdulikan guru yang mengajar di kelas karena bel sudah berbunyi. Aku membenamkan kepalaku di balik lipatan tangan di atas meja. Aku menangis karena laki-laki untuk yang kedua kalinya. Dan kali ini lebih parah dari sebelumnya.

Aku mengangkat kepala saat kelas tiba-tiba saja hening, pandanganku mengitari seluruh ruang kelas dan tak menemukan seorang pun di sini kecuali aku dan Gilang. Mungkin aku tertidur saat menangis tadi hingga tak sadar bahwa jam pelajaran sudah berakhir.

Helaan napasku terdengar kasar, aku bersandar pada kursi ku. Aku menatap kosong pada barisan kursi yang berjejer rapi di dalam kelas. Pikiranku kembali berputar pada kejadian pagi tadi, saat Gilang...

“Jangan galau, bawa happy aja Li. Gue gak mau jadi alasan atas tangis lo.”

Aku menoleh pada Gilang yang duduk di sebelah ku setelah dia mengusap pipiku yang berair, jadi aku menangis. Ku tatap Gilang dengan tatapan terluka juga kecewa.

“Tahu apa lo tentang rasa sakit gue? Bahkan lo dengan sengaja menciptakan nya, Gilang!” tukasku.

“Maaf...”

“Lo adalah definisi sakit yang sempurna bagi gue.”

 

TBC

 

Mohon dukungan nya ya teman-teman untuk ceritaku... 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • Cemplonkisya

    @penakertas_ paham kok wehehe

    Comment on chapter Prolog
  • YourEx

    @Lightcemplon
    Sulit dimengerti prolog nya ????

    Comment on chapter Prolog
  • Cemplonkisya

    awal yang dalem:(

    Comment on chapter Prolog
  • Alfreed98

    Wow

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
(L)OVERTONE
23      6     0     
Romance
Sang Dewa Gitar--Arga--tidak mau lagi memainkan ritme indah serta alunan melodi gitarnya yang terkenal membuat setiap pendengarnya melayang-layang. Ia menganggap alunan melodinya sebagai nada kutukan yang telah menyebabkan orang yang dicintainya meregang nyawa. Sampai suatu ketika, Melani hadir untuk mengembalikan feel pada permainan gitar Arga. Dapatkah Melani meluluhkan hati Arga sampai lela...
CAMERA : Captured in A Photo
11      5     0     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
Princess Harzel
90      34     0     
Romance
Revandira Papinka, lelaki sarkastis campuran Indonesia-Inggris memutuskan untuk pergi dari rumah karena terlampau membenci Ibunya, yang baginya adalah biang masalah. Di kehidupan barunya, ia menemukan Princess Harzel, gadis manis dan periang, yang telah membuat hatinya berdebar untuk pertama kali. Teror demi teror murahan yang menimpa gadis itu membuat intensitas kedekatan mereka semakin bertamba...
UnMate
12      8     0     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Can You Love Me? Please!!
26      10     0     
Romance
KIsah seorang Gadis bernama Mysha yang berusaha menaklukkan hati guru prifatnya yang super tampan ditambah masih muda. Namun dengan sifat dingin, cuek dan lagi tak pernah meperdulikan Mysha yang selalu melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan cintanya. Membuat Mysha harus berusaha lebih keras.
Young Marriage Survivor
22      9     0     
Romance
Di umurnya yang ke sembilan belas tahun, Galih memantapkan diri untuk menikahi kekasihnya. Setelah memikirkan berbagai pertimbangan, Galih merasa ia tidak bisa menjalani masa pacaran lebih lama lagi. Pilihannya hanya ada dua, halalkan atau lepaskan. Kia, kekasih Galih, lebih memilih untuk menikah dengan Galih daripada putus hubungan dari cowok itu. Meskipun itu berarti Kia akan menikah tepat s...
Tanda Tanya
2      2     0     
Humor
Keanehan pada diri Kak Azka menimbulkan tanda tanya pada benak Dira. Namun tanda tanya pada wajah Dira lah yang menimbulkan keanehan pada sikap Kak Azka. Sebuah kisah tentang kebingungan antara kakak beradik berwajah mirip.
fixing a broken heart
72      23     0     
Romance
"Kala hanya kamu yang mampu menghidupkanku kembali." - R * Risa, ialah kontradiksi. Ia junjung tinggi indepedensi, ia bak robot tanpa simpati. Dalam hidupnya, Risa sama sekali tak menginginkan seorang pun untuk menemani, hingga ia bertemu dengan Rain, seorang lelaki yang pada akhirnya mampu memutarbalikan dunia yang Risa miliki.
Sebuah Musim Panas di Istanbul
3      3     0     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Happiness Is Real
2      2     0     
Short Story
Kumpulan cerita, yang akan memberitahu kalian bahwa kebahagiaan itu nyata.