Read More >>"> Trainmate (12. Nge-date? (Part 1)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Trainmate
MENU
About Us  

Sepertinya Malvin ini benar-benar sengaja ingin membuat Amalia naik darah pagi-pagi begini. Masalahnya cowok itu sudah sampai di rumah Amalia setengah jam lebih cepat dari yang dia bilang ke Amalia semalam. Dan dia juga tidak peduli kalau nanti cewek itu akan mencak-mencak sendiri, karena tujuan memang itu. Entah kenapa mengganggu, melihat Amalia marah menjadi salah satu kesenangannya tersendiri, apalagi kalau dia sedang bosan dan butuh sesuatu yang menghibur. Pasti Malvin akan dengan senang hati mencari Amalia dan mengganggunya, kapan pun dan dimana pun itu.

Setelah memarkirkan mobilnya tak jauh dari pagar rumah Amalia, Malvin segera memencet bel rumah tersebut, semoga saja ia tidak mengganggu penghuni rumah itu pagi ini. Tapi untungnya baru sekali ia memencet bel sudah ada seseorang yang menghampirinya dan membukakan pagar.

 “Lho, kok lo udah nyampe aja? Bukannya semalem si Lia bilang lo jemput jam 7 ya?” tanya cewek itu.

Malvin tersenyum smirk, “Iya, gue emang jemput dia jam 7. Tapi karena gue lagi ga sabar mau ketemu temen lo itu, jadi gue sengaja datengnya jam segini,” jawabnya santai.

Cewek itu, Rahmi, hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Demen banget sih lo, nyari ribut sama dia. Heran gue,” katanya sambil membukakan pagar untuk Malvin.

“Itu namanya bukan nyari ribut Mi, tapi nyari kesenangan,” elak Malvin sambil memasuki rumah tersebut. Rahmi menatap Malvin dari belakang dengan tatapan tidak percaya. Hobi maksudnya? Ngga ada yang lebih elit lagi apa selain gangguin temannya itu?

“Gue sama anak-anak ga tanggung ya, kalo nanti tuh anak ngamuk-ngamuk ga jelas,” ujar Rahmi mengingatkan dan Malvin merespon dengan mengangkat kedua jempolnya tinggi-tinggi. Sedangkan Rahmi, lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu ikut masuk ke dalam

Saat turun dari tangga, Yasmin dikagetkan dengan sosok Malvin yang terlihat duduk santai di sofa ruang tamu rumahnya. “Kok lo udah ada disini aja sih Vin?” tanyanya sambil berdiri menghadapan cowok itu.

“Lah kenapa emangnya? Suka-suka gue dong. Kan mau jemput gebetan, jadi gue agak pagian dong datengnya, biar surprise gitu,” jawab Malvin dengan santainya sambil memainkan kedua alisnya.

Yasmin jadi merasa ilfeel saat mendengar jawaban Malvin tadi yang menurutnya terdengar menjijikan dan cheesy. “Ew! Semalem lo abis minum apa gimana sih?”

“Engga, kenapa emangnya?” tanya Malvin balik.

“Soalnya lo kayak orang mabok ngomong begitu.”

Malvin termangut-mangut, “Ya salahin temen lo kalo gitu. Dia yang bikin gue mabok,” ucapnya nyeleneh.

Muka Yasmin semakin terlihat jijik sekaligus enek mendengar Malvin barusan. Cewek itu memasang muka pura-pura muntah lalu pergi begitu saja dari hadapan cowok cheesy bernama Malvin itu.

Setelah menunggu sekitar 20 menit, akhirnya orang yang ditunggu-tunggu Malvin menampakan dirinya juga. Cewek itu mengenakan blouse hitam, jeans, dan sneakers galaxy buatannya sendiri. Ya, kurang lebih tampilan mereka berdua sama lah.

Dan sesuai dengan bayangan Malvin sebelum berangkat tadi, cewek itu bakalan merespok kedatangannya yang lebih cepat dari yang dijanjikannya semalam.

“Heh alien! Kok lo udah nyampe aja sih? Kan semalem lo bilang jam 7! Tuh liat sekarang jam-” Amalia nenunjuk ke arah jam yang disalah satu sudut dinding ruang tamu.

“Jam tujuh kurang,” kata Malvin sambil memainkan kedua alisnya. Sedangkan Amalia terpaku ditempatnya berdiri sambil melihat jam yang ditunjuk. Lalu mata Amalia kembali melirik tajam ke Malvin yang ternyata sedang melempar senyum ejek ke dirinya.

“Lo pasti datengnya ga pas banget barusan atau paling engga lima menit yang lalu, tapi setengah jam yang lalu,” tebak Amalia tepat sasaran.

“Wow!” seru Malvin sambil bertepuk tangan. “Ternyata, lo tau banget gue ya.”

Amalia menatap Malvin sama seperti Yasmin barusan, tatapan jijik ditambah mencibir cowok itu. Lalu tanpa memperdulikan cowok itu, Amalia memilih segera menjauh dari cowok itu, “Tau gitu mendingan semalem ga usah gue iyain aja dia ngajakin jalan, kalo ujung-ujungnya dibikin kesel gini,” gerutunya.

Malvin reflek bangun dari sofa ketika Amalia kembali melewatinya dan hampir sampai di depan pintu utama. Dengan gerak cepat Malvin mengambil jaketnya yang tersampir ditangan sofa lalu segera menyusul Amalia sebelum cewek itu bertambah kesal dengannya. Terus kalau cewek itu marah, bisa-bisa mereka berdua ngga jadi jalan. Mungkin berakhir di ring, berantem, bukannya ditempat yang ingin Malvin ajak.

 

 

Duduk santai diruang tengah membuat Yasmin bisa mendengar perdebatan antara Malvin dan Amalia. Dan dari tempatnya, mata Yasmin juga tak lepas dari gerak-gerik keduanya sambil tangannya memainkan bibir mug yang dipegangnya.

“Gue demen ntar lo berdua LDR-an tapi status lo berdua itu ga pacaran. Yang satu sayang, yang satu suka. Abis itu berdua saling kangen, galau-galau gitu tapi gengsi buat ngomongnya. Jadi cuman bisa mendem kangen itu sendirian,” sindir Yasmin tajam sambil melirik ke kedua orang itu dengan suara sangat pelan, hampir berbisik.

Tanpa Yasmin sadari, dibelakangnya ada seseorang yang sejak tadi juga ikut memperhatikan dua orang itu diam dan tidak sengaja mendengar sindiran Yasmin itu. “Wadaw! Pedes amat tuh sindiran. Nyesek gue dengernya,” celetuk orang itu saat ikut duduk di sofa.

Yasmin menengokkan kepalanya sekaligus tersentak saat merasa ada seseorang yang datang tiba-tiba disebelahnya, “Anjir lo Ra! Bikin kaget aja,” teriaknya sambil memukul lengan temannya itu.

Sedangkan temannya itu yang tak lain adalah si Nadhira, cuman cengengesan ngga jelas. Terus mereka berdua juga masih memperhatikan Malvin dan Amalia sampai dua orang itu menghilang dari pandangan mereka berdua.

“Kok lo bisa pemikiran kayak barusan sih? Punya feeling apaan lo ke mereka berdua?” tanya Nadhira dadakan.

“Ha? Gatau deh ya darimana gue bisa dapet pemikiran kayak gitu. Reflek mungkin. Soalnya setiap ngeliat mereka berdua ketemu, pasti begitu. Ya kan?” Nadhira menggangguk setuju. “Terus feeling ke mereka? Ya kurang lebih kayak gue sindir tadi lah. Jadi siap-siap aja kalo tiba-tiba si Lia berubah jadi cewe yang galau tiap saat, dan palingan itu juga ga jauh-jauh gegara si Malvin,” jelas Yasmin. Lagi-lagi Nadhira menggangguk setuju.

“Terus tumbenan amat lo jam segini udah rapi pake make up-an segala. Mau kemana? Pergi juga?” mata Nadhira menatap Yasmin dari atas sampai bawah.

Yasmin menunjukan senyum smirknya sambil memainkan kedua alisnya tapi enggan menjawab. “Jangan bilang lo pergi sama si-,” ucap Nadhira menggantung.

“Yup!” seru Yasmin.

“Kok bisa?!” seru Nadhira semangat, “ga lo kasih jampi-jampikan tuh anak?” matanya menatap Yasmin curiga.

“Njir kaga lah! Gila lu yak. Ya kali gue pake begituan,” sanggah Yasmin cepat.

“Ya kan siapa tau gitu. Lo belom jawab kenapa tuh anak bisa ngajak lo jalan,” tuntut Nadhira.

Yasmin mengendikkan kedua bahunya, “Ya mana aing tau atuh, sok tanya aja sendiri sama anaknya.”

“Gue rasa otaknya lagi konslet deh. Makanya dia ngajakinnya elo, bukan yang laen.”

“Mulut kamu jahat banget sih Ra,” ucap Yasmin cemberut.

Nadhira menoyor jidat Yasmin, “Jijik njir muka lo kayak gitu, Jahatan juga mulut lo Yas daripada mulut gue,” cibirnya. Sedangkan yang dicibir menggerutu tak jelas. Tapi emang benar juga sih yang dibilang Nadhira. Maaf ya yang sering jadi korban mulut jahatnya Yasmin. Kan dia ngomong begitu berdasarkan kenyataan yang ada sama feeling-nya dia.

“Eh tapi ya kalo gue pikir-pikir, setelah dua taun lo kenal sama dia, ini pertama kalinya lo pergi sama dia diluar urusan kuliah. Tumbenan. Kenapa?” tanya Nadhira penasaran.

Yasmin mengendikkan kedua bahunya, “Gatau ya. Kepengen aja.”

“Lo ga tiba-tiba naksir sama tuh cowo kan Yas?” tembak Nadhira. Yasmin sedikit tersentak mendengar pertanyaan Nadhira yang tiba-tiba itu. Karena Yasmin tidak tahu harus menjawab apa, dan juga karena ia tidak tahu apakah dia naksir atau apa, jadi Yasmin hanya diam saja.

Nadhira yang melihat Yasmin tak kunjung mengeluarkan jawabnya memilih diam. Ia tidak ingin memaksa Yasmin menjawab, biarlah temannya itu cerita sendiri nanti. Lagi pula, Nadhira juga masih menerka-nerka apakah temannya itu mulai suka dengan seniornya itu atau tidak. Dalam artian suka sebagai cowok atau sebagai seniornya saja.

Dan sekarang mereka berdua menatap TV yang menyala sejak tadi dihadapan mereka tapi mereka anggurkan, setelah tadi mereka berdua mengobrolan mereka tentang gimana bisa hari ini Yasmin jalan sama cowok yang namanya tidak perlu Nadhira sebut karena ia sudah bisa menebak sendiri siapa cowok yang dimaksud Yasmin, lebih tepatnya sih yang ngajakin temannya ini pergi.

Suara dentingan dari handphone membuyarkan kegiatan menonton Yasmin dan Nadhira, dan yang pasti dentingan itu bukan dari handphone mereka berdua. Yasmin dan Nadhira pun reflek menengok ke sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari belakang mereka. Dan benar saja, dibelakang mereka Rahmi sedang berbicara dengan seseorang melalui handphone-nya. Rahmi bergumam minta maaf karena mengganggu kedua temannya yang sedang menonton.

“Nah nah, ini aja juga ikutan mau pergi juga?” Nadhira menunjuk ke arah Rahmi yang masih sibuk dengan handphone-nya.

Yasmin termangut-mangut sambil ikut melihat ke arah Rahmi, “Mungkin, orang dia juga udah rapi begitu,” jawabnya.

“Lo mau jalan sama cowo lo Mi?” tanya Yasmin saat Rahmi menjauhkan handphone-nya dari telinganya.

Nadhira mengangkat satu alisnya, “Pagi begini? Tumbenan banget. Biasanya siang lo perginya,” ujarnya.

“Dirumah dia mau ada acara gitu, terus gue diundang nyokapnya. Jadi ya udah deh, gue ngikut,” kata Rahmi.

“Terus sekalian ntar malem malming, gitu?” timpal Yasmin.

“Yoi! Tau aja lo,” kata Rahmi semangat.

“Semuanya aja pergi. Semuanya aja jalan sama cowo. Gue ditinggal sendirian buat jagain rumah. Jomblo, jomblo, sedih banget sih jadi lo,” ucap Nadhira dramatis sambil menggelengkan kepalanya, “udah gitu punya temen pada tegaan banget lagi, makin-makin nasib lo,” lanjutnya.

“Lebay lo ah,” seru Yasmin dan Rahmi kompak.

“Tuh kan, ga ada yang ngebelain. Sedih banget sih jadi gue,” ucap Nadhira dramatis lagi.

Rahmi menggelengkan kepalanya, “Alay banget sih lo Ra,” ucapnya gemas.

“Gue rasa semalem temen lo ini kebanyakan makan micin deh Mi. Bukan otaknya aja yang error, mulutnya juga ikutan error,” Rahmi menggangguk setuju.

“Tuh kan,” keluh Nadhira.

“Eh, gue cabut yak. Cowo gue udah di depan,” ucap Rahmi.

Disaat yang bersamaan Yasmin juga melihat notif message yang baru saja masuk di handphone-nya, “Eh gue juga yak,” ucapnya sambil memasukan beberapa barangnya ke sling bag-nya.

Bye lo berdua,” ketus Nadhira. Sedangkan Yasmin dan Rahmi terkekeh pelan mendengar ketusan temannya itu, lalu tanpa memperdulikan Nadhira yang terus-terusan mengeluh karena tiga temannya bakalan pergi apalagi sampai malam ditambah sama cowok pula, Yasmin dan Rahmi pun berdua keluar bersama.

“Rahmi!! Pokoknya pulang-pulang lo harus bawa makanan! Kudu! Wajib! Fardu ‘ain!” teriak Nadhira. “Kalo lo Yas! Pulang-pulang harus udah jadian sama Raffi! Gamau tau!” tambahnya lagi.

Di teras depan, Yasmin dan Rahmi saling tatapan. Lalu Yasmin menyembulkan kepalanya di pintu depan rumah, “Kok jadi gue sih yang jadian? Harusnya kan Amalia, bukan gue Ra,” elaknya.

“Iya juga sih. Harusnya itu anak dulu yang jadian, baru elo,” sahut Nadhira sambil menggosok-gosokkan dagunya.

Yasmin mendengus kesal lalu memundurkan badannya dari pintu utama, “Kenapa jadi ujung-ujungnya gue juga sih?” keluhnya.

Rahmi menatap Yasmin bingung, “Kok si Nadhira bawa-bawa Lia sama Malvin sih? Terus lo juga barusan,” ia menunjuk ke Yasmin.

“ Ntar malem lah gue ceritain,” jawab Yasmin malas, Rahmi menggangguk setuju. Dan mereka berdua pun menuju 2 mobil yang sudah berhenti di depan rumah mereka. Yasmin ke mobil silver, sedangkan Rahmi ke mobil hitam.

Awas aja lu Ra. Ntar pulang-pulang gue kempesin lu. Gerutu Yasmin dalam hati.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Unknown
6      6     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!
Enemy's Slave
17      13     0     
Romance
Kesha Ayu Shakira dan Leon Bima Iskandar. Keduanya saling bermusuhan. Bahkan generasi sebelumnya--alias mama dari Kesha dan mama dari Leo--keduanya juga sudah menjadi musuh bebuyutan. Berujung saat mama masing-masing saling menyumpah ketika kehamilan masing-masing; bahwa anak mereka akan saling jatuh cinta dan saling menjatuhkan. Apakah sumpah-serapah itu akan menjadi kenyataan?
Drama untuk Skenario Kehidupan
234      111     0     
Romance
Kehidupan kuliah Michelle benar-benar menjadi masa hidup terburuknya setelah keluar dari klub film fakultas. Demi melupakan kenangan-kenangan terburuknya, dia ingin fokus mengerjakan skripsi dan lulus secepatnya pada tahun terakhir kuliah. Namun, Ivan, ketua klub film fakultas baru, ingin Michelle menjadi aktris utama dalam sebuah proyek film pendek. Bayu, salah satu anggota klub film, rela menga...
Senja Menggila
5      5     0     
Romance
Senja selalu kembali namun tak ada satu orang pun yang mampu melewatkan keindahannya. Dan itu.... seperti Rey yang tidak bisa melewatkan semua tentang Jingga. Dan Mentari yang selalu di benci kehadirannya ternyata bisa menghangatkan di waktu yang tepat.
One-room Couples
12      8     0     
Romance
"Aku tidak suka dengan kehadiranmu disini. Enyahlah!" Kata cowok itu dalam tatapan dingin ke arah Eri. Eri mengerjap sebentar. Pasalnya asrama kuliahnya tinggal dekat sama universitas favorit Eri. Pak satpam tadi memberikan kuncinya dan berakhir disini. "Cih, aku biarkan kamu dengan syaratku" Eri membalikkan badan lalu mematung di tempat. Tangan besar menggapai tubuh Eri lay...
Unbelievable Sandra Moment
8      8     0     
Short Story
Sandra adalah remaja kalangan atas yang sedang mengalami sesuatu yang tidak terduga apakah Sandra akan baik-baik saja?
Nonsens
290      237     3     
Short Story
\"bukan satu dua, tiga kali aku mencoba, tapi hasilnya nonsens. lagi dan lagi gadis itu kudekati, tetap saja ia tak menggubrisku, heh, hasilnya nonsens\".
300 Ribu
7      7     0     
Short Story
Yoga bimbang. Dengan uang 300 ribu dari ibu kosnya, jaminannya ia harus mencoblos pasangan capres nomor 3 itu, maka ia bisa mentraktir kekasihnya. Politikus adalah pembohong. Tetapi, apakah Yoga akan tahan godaan dari uang itu?
Sang Musisi (2)
6      6     0     
Short Story
Apakah kau mengingat kata-kata terakhir ku pada cerita "Sang Musisi" ? MENYERAH ! Pada akhirnya aku memilihnya sebagai jalan hidupku.
Dua Sisi
92      61     0     
Romance
Terkadang melihat dari segala sisi itu penting, karena jika hanya melihat dari satu sisi bisa saja timbul salah paham. Seperti mereka. Mereka memilih saling menyakiti satu sama lain. -Dua Sisi- "Ketika cinta dilihat dari dua sisi berbeda"