Read More >>"> Black Roses (25) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Black Roses
MENU
About Us  

Jimin pingsan.

Itulah kesimpulan yang dapat diambil oleh otak Sumin. Masih dengan panik, gadis itu menyeret Jimin ke ranjang bertiang yang tirai birunya diikat ke tiang. Dengan sangat hati-hati, Sumin membaringkan pacarnya itu di kasur lembutnya.

Mata Sumin langsung terbelalak ngeri melihat kemeja Jimin yang sudah basah dan lengket oleh darah. Dengan cekatan, ia membuka kancing kemeja Jimin. Sementara itu, otaknya sibuk berpikir, haruskah ia membawa Jimin ke rumah sakit? Tapi apakah obat manusia bisa berpengaruh pada seorang vampir? Jimin tidak pernah memberitahunya.

Sumin kembali terbelalak saat melihat luka yang menganga mengerikan di perut Jimin. Gadis itu segera pergi mencari baskom, air, dan handuk.

Saat Sumin kembali, ia mengerutkan dahi bingung. Kemudian mengerjap. Menggosok kedua matanya. Sumin benar-benar tidak percaya pada pandangannya. Dia yakin, luka Jimin tadi lebih lebar.

Gadis itu baru saja bangkit, berniat untuk menghidupkan lampu saat ia menyadari bahwa matanya akan terasa sakit jika terkena cahaya lampu. Kemudian ia ingat bahwa ada banyak sekali lilin di sudut-sudut kamar Jimin.

Sumin menyalakan beberapa lilin diatas nakas sambil terus berdoa, semoga matanya tidak akan terasa sakit jika terkena cahaya lilin.

Saat cahaya lilin menerangi kamar, barulah Sumin percaya pada matanya bahwa luka Jimin memang mengecil.

Tidak memikirkannya lebih lanjut, Sumin mulai membersihkan luka kekasihnya itu.

"Sumin" Terdengar suara lirih Jimin.

Sumin berjengit kaget dan langsung memutar kepalanya. "Mian. Pasti kau terbangun karena aku menekan lukamu terlalu keras"

Jimin menggeleng samar. "Gomawo"

Sumin mengangguk dan kembali fokus pada luka Jimin. "Haruskah kita pergi ke rumah sakit?"

"Tidak perlu. Sebentar lagi lukanya akan menutup"

Sumin menatap Jimin khawatir. "Apa kau yakin oppa?"

Jimin mengangguk. "Aku hanya butuh vitamin dan darah" ucapnya sambil melirik ke nakas.

Sumin mengikuti arah lirikan Jimin. Saat melihat bunga mawar hitam di atas nakas, Sumin mengerti bahwa vitamin yang dimaksud Jimin adalah bunga kematian tersebut.

Yeoja Baek itu segera mengambilkannya. Kemudian membantu Jimin untuk duduk bersandar pada kepala ranjang. Setelah itu, Sumin ikut duduk di sisi ranjang. "Bagaimana cara kau memakannya oppa?" Tanyanya sambil menyodorkan setangkai bunga mawar hitam yang dipegangnya.

Jimin mencabut salah satu kelopak bunga tersebut. Memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya, lalu menelannya. Terus seperti itu hingga kelopak bunga mawar hitam tersebut habis.

"Lagi?" tanya Sumin yang sedari tadi memperhatikan Jimin.

Pria itu hanya menggeleng.

"Kalau begitu aku akan mengambilkanmu air" kata Sumin sambil bangkit.

"Tidak. Darah saja"

Sumin mematung. Dia merasa sangat bodoh. Tentu saja Jimin meminum darah. Bukan air!

Tapi dimana ia bisa mendapatkan darah? Bagaimana jika darahnya saja?

"Jangan pernah berfikir untuk menawarkan darahmu lagi, chagiya" kata Jimin. Pria itu seolah bisa membaca pikiran Sumin.

Gadis bersurai coklat gelap itu tersadar dari lamunannya. "Mian" kemudian ekspresinya berubah khawatir saat Jimin turun dari ranjang. "Oppa, jangan! Nanti lukamu-"

Cup!

Jimin mengecup singkat belah bibir Sumin. Kemudian ia tersenyum. "Gwaenchana. Lukanya sudah menutup"

Tidak percaya, Sumin segera menunduk melihat perut Jimin. Dan benar saja. Lukanya telah menutup sempurna. Gadis itu terkagum-kagum dalam hati menyadari kecepatan penyembuhan diri seorang vampir.

Tiba-tiba pipinya merona melihat ABS indah Jimin. Gadis itu langsung membuang muka. "Sepertinya memang sudah sembuh" ucapnya gugup.

Jimin mengangguk masih dengan senyuman di wajahnya. "Sebentar" Kemudian pria itu pergi dari hadapan Sumin. ia berjalan menuju lemari dengan kemeja berlumur darah yang menggantung aneh dikedua pundaknya.

Setelah memilih-memilih pakaian, Jimin mengganti kemejanya dengan sweater coklat. Kemudian ia kembali dengan sweater putih di tangannya. Pria itu langsung memakaikan sweater tersebut pada Sumin.

Saat itulah Sumin baru sadar bahwa ia masih memakai gaun pengantin yang telah compang-camping. Pipinya kembali terasa panas.

"Mandilah. Kamar mandinya ada di sebelah sana" ucap Jimin sambil menunjuk sebuah pintu kaca di sebelah kiri ruangan.

Sumin yang menunduk untuk menyembunyikan rona di pipinya, hanya bisa mengangguk. Meskipun sebenarnya ia sudah tahu dimana letak kamar mandi Jimin saat mencari baskom, air, dan handuk tadi. Gadis itupun segera beranjak ke kamar mandi.

???? Black Roses ????

Sumin keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit kepalanya, serta memakai sweater putih milik Jimin yang kelewat besar untuk tubuh mungilnya. Sumin bahkan harus menggulung lengan sweater tersebut agar tangannya tidak tertelan. Dan panjang sweater itu bahkan mencapai lututnya.

Jimin sedang menyalakan lilin di dekat sofa saat Sumin menghampirinya. "Sudah selesai?" tanyanya sambil mendongak.

Sumin mengangguk.

"Kalau begitu makanlah" kata Jimin sambil mendudukkan Sumin di sofa biru tuanya. "Aku baru saja membelinya di restoran" lanjutnya sambil mengedikkan dagu pada semangkuk Tteokbeokki panas.

"Kau baru saja dari restoran?" Tanya Sumin.

Jimin mengangguk.

"Apakah Inha ada disana?"

Jimin kembali mengangguk. "Makanlah. Aku akan mandi" Kemudian Jimin menghilang.

Beberapa saat kemudian, "Sepertinya kau sangat lapar" ucap Jimin tepat di belakang telinga Sumin.

Sumin yang sedang mengelap mulutnya dengan tisu, langsung terlonjak kaget.

Jimin tertawa kecil sambil melepas lilitan handuk di kepala Sumin. Membuat rambut panjang gadis itu tergerai. Kemudian Jimin menggunakan handuk tersebut untuk menggosok rambutnya sendiri yang masih meneteskan air sambil duduk di samping kekasihnya itu.

"Kau tidak makan oppa?" tanya Sumin sebelum menenggak segelas air.

"Aku masih kenyang. Saat kau mandi tadi, aku sudah meminum darah"

Sumin mengangguk sambil menggumam. "Dimana dapurnya, oppa?" tanya Sumin sambil bangkit.

Jimin langsung menarik lengan Sumin hingga gadis itu kembali terduduk ke sofa. Lalu Jimin melingkarkan tangannya pada pinggang Sumin dan menyandarkan kepalanya di bahu kekasihnya itu. "Biarkan saja disitu"

Tangan Sumin refleks mengusap rambut Jimin yang masih sedikit basah. "Apa kau masih merasa tidak enak badan oppa?"

Jimin menggumam tidak jelas. Membuat Sumin mengira bahwa Jimin memang masih belum sembuh.

"Baumu seperti mawar, Sumin ah. Membuatku ingin memakanmu"

Sumin tertawa renyah. Bagaimana tidak? Sabun dan shampo milik Jimin yang Sumin gunakan tadi memang beraroma mawar. "Boleh"

"Kalau begitu tutup matamu"

"Em, oke" Suminpun menutup matanya.

Beberapa saat kemudian, Sumin merasakan lengan Jimin di pinggangnya menarik tubuhnya ke belakang. Jika Sumin mengira bahwa ia akan terhempas ke sandaran sofa, maka ia salah!

Karena nyatanya, ia malah terhempas ke ranjang yang sangat lembut. Sehingga membuat gadis itu membuka mata kaget.

"Aku belum memperbolehkanmu membuka mata" Ucap Jimin dengan bibir dipoutkan.

"Kau membuatku kaget!" jawab Sumin sambil mengubah posisinya agar menghadap Jimin.

Jimin mengusap-usap kepala Sumin dengan lembut. "Mian. Aku tidak memiliki lampu. Tapi kuharap, semua lilin ini cukup"

"Ini lebih baik, oppa. Karena mataku akan terasa sakit jika terkena cahaya lampu ataupun matahari. Entah kenapa"

Jimin terbelalak kaget. "Apa kau juga merasa terus lapar dan haus?"

Kali ini Suminlah yang kaget. "Bagaimana kau tahu?"

"Sejak kapan kau merasa seperti itu?" tanya Jimin, mengabaikan pertanyaan Sumin sebelumnya.

"Sejak pulang dari restoran kemarin. Memangnya apa yang terjadi padaku oppa?" tanya Sumin cemas.

"Itu pertanda bahwa kau adalah manusia setengah vampir sekarang"

Sumin tenganga. "Bagaimana bisa?"

"Apa kau lupa kalau darahku mengalir di dalam tubuhmu, chagiya?"

Sumin mengerjap. Benar juga!

"Sekujur tubuhmu akan terasa sakit jika kau tidak segera berubah menjadi vampir sebelum bulan purnama"

"Bagaimana caranya berubah menjadi vampir?"

"Dengan melakukan ritual. Kau harus memakan bunga mawar merah muda. Kemudian meminum darahku" jawab Jimin. "Kita bisa melakukannya sekarang" lanjutnya sambil bangkit.

Tapi Sumin mencegahnya. "Kau baru saja kehilangan banyak darah oppa. Aku bisa menunggu sampai besok" katanya dengan senyum lembut. "Lagipula, bulan purnama masih seminggu lagi"

Jimin mengangguk paham. Pria itu memeluk Sumin semakin erat. "Terima kasih. Aku senang kau mau berubah menjadi vampir"

Sumin mengangguk. "Ini berarti, aku bisa menemani hidupmu hingga ratusan tahun kemudian"

Jiminpun mencium puncak kepala gadis yang berada di dekapannya itu. "Kau milikku. Selamanya"

TBC

Komen dong ??






 

With love, Astralian ????

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Error of Love
20      9     0     
Romance
Kita akan baik-baik saja ketika digoda laki-laki, asalkan mau melawan. Namun, kehancuran akan kita hadapi jika menyerah pada segalanya demi cinta. Karena segala sesuatu jika terlalu dibawa perasaan akan binasa. Sama seperti Sassy, semua impiannya harus hancur karena cinta.
Klise
26      11     0     
Fantasy
Saat kejutan dari Tuhan datang,kita hanya bisa menerima dan menjalani. Karena Tuhan tidak akan salah. Tuhan sayang sama kita.
injured
31      12     0     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
Luka Adia
6      2     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Kala Saka Menyapa
135      31     0     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
My Last Moment
2      2     0     
Short Story
Will Nicole know what her parents' biggest lie to her is?
Dream Space
3      3     0     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
An Invisible Star
26      12     0     
Romance
Cinta suatu hal yang lucu, Kamu merasa bahwa itu begitu nyata dan kamu berpikir kamu akan mati untuk hidup tanpa orang itu, tetapi kemudian suatu hari, Kamu terbangun tidak merasakan apa-apa tentang dia. Seperti, perasaan itu menghilang begitu saja. Dan kamu melihat orang itu tanpa apa pun. Dan sering bertanya-tanya, 'bagaimana saya akhirnya mencintai pria ini?' Yah, cinta itu lucu. Hidup itu luc...
Panggil Namaku!
71      20     0     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
Gomawo
15      5     0     
Fan Fiction
Dia, datang. Dia, merubah. Dia, dunia. Hidup seorang Park Jihoon berubah 180 derajat setelah bertemu dengannya. Seorang yeoja bernama Yi Rang yang telah merubah dunianya. Yang membuatnya bahagia sekaligus berdebar menunggu kedatangannya. Yang membuatnya mampu untuk berani menggenggam tangan yeoja tersebut dengan penuh ketulusan.