Read More >>"> Black Roses (42) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Black Roses
MENU
About Us  

Setelah interogasi bersama Kapten Lee, Sumin diperkenalkan kepada semua orang sebagai anggota baru organisasi saat sarapan.

Semua orang menyambutnya dengan hangat, bahkan mereka bersimpati atas dipenjaranya Sumin oleh para vampir.

Saat ini Sumin sedang duduk dengan Inha di pinggir sungai. "Jadi, apa nama organisasi ini, Inha?"

"Kesatria Fajar" jawab Inha dengan bangga.

Suminpun mengernyit. "Maksudnya?"

"Karena vampir selalu berkeliaran di malam hari, kami mengibaratkan mereka seperti bintang. Kau tahu kan bintang selalu muncul di malam hari. Disamping itu, mereka sangat indah. Sama seperti para vampir yang memiliki paras tidak masuk akal" jelas Inha.

"Sementara itu, kami adalah fajar. Sinar yang akan menghapuskan gelapnya malam. Karena tidak akan ada bintang yang tetap bersinar disaat fajar tiba" lanjut gadis itu.

Sumin terdiam. Sejujurnya itu nama yang cukup masuk akal mengingat misi utama mereka adalah membasmi para vampir. "Itu nama yang keren" komentar Sumin.

Inha terkekeh. "Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu. Ah ya, aku akan mengajakmu menemui ketua organisasi nanti saat kita kembali ke kota"

"Tunggu, sebenarnya apa yang kalian lakukan disini? Liburan?"

"Tidak. Kami mencari markas para vampir itu. Kami pergi ke semua hutan untuk mencarinya"

"Kalian pikir mereka tinggal di hutan?"

Inha mengangkat bahu. "Kami mencari ke semua daerah terpencil"

Sumin mengangguk sok paham. "Apakah markas kalian jauh dari sini?"

"Tidak juga. Sebenarnya markas kami juga berada di pinggir kota. Bahkan di balik gedung latihan ada hutan lebat"

Kemudian Inha mengambil ranting yang ada di dekat kakinya. Lalu gadis itu mulai menggambar di atas tanah.

Inha menggambarkan bahwa markas Kesatria Fajar dikelilingi oleh hutan. Markas utama ada di belakang gedung penelitian. Kemudian gedung latihan ada di samping kedua bangunan yang lain.

Di depan gedung penelitian, ada perkampungan kecil. Sedangkan di belakang markas utama, ada Padang rumput yang biasa dipakai untuk latihan. Selain itu, semua dikelilingi hutan.

"Dan kita saat ini berada di hutan di belakang padang rumput markas" Inha mengakhiri penjelasannya.

Sumin mengamati hutan-hutan yang digambar Inha dengan asal. Ia berjanji akan menjelajahi hutan-hutan itu saat sampai disana. Mungkin saja ada Blue Roses yang bersembunyi di salah satu hutan itu.

???? Black Roses ????

Sore itu Sumin dan Inha pergi ke markas bersama beberapa orang lain dengan menaiki 2 mobil. Inha bilang, perjalanan akan memakan waktu kurang lebih 2 jam. Jadi Sumin memutuskan untuk tidur saja, karena memang ia hanya tidur 2 jam saja tadi pagi.

"Sumin, kita sudah sampai" bisik Inha sambil menggoyangkan lengan Sumin.

"Hmm" gumam gadis separuh vampir itu sambil bangun dan menggosok matanya.

Mereka sampai tepat di belakang markas utama. Mobil terparkir di sisi kiri Padang rumput. Letak markas para vampir hunter itu persis seperti apa yang Inha diskripsikan tadi.

"Kajja" ajak Inha sambil menggandeng Sumin dengan semangat. Sumin hanya mengikuti saja di belakangnya.

"Markas utama ini juga memuat kamar-kamar untuk kami semua. Aku akan meminta Ketua agar kau ditempatkan di samping kamarku" ucap Inha.

"Lalu bagaimana dengan orang yang tinggal di kamar itu sebelumnya?"

"Dari awal memang tidak ada penghuninya karena kupikir suatu saat nanti kau pasti bergabung bersama kami" jawab Inha yang tersenyum hingga menampakkan giginya.

Jika kalian pikir Sumin akan terharu, kalian salah. Karena yeoja Baek itu sama sekali tidak merasakan apapun.

Inha membimbing Sumin memasuki markas utama lewat pintu belakang. Mereka menyusuri lorong-lorong dengan banyak sekali pintu di sisi kanan dan kirinya.

Hingga sampailah mereka di depan lift yang mengantarkan kedua gadis itu ke lantai 8. Inha bilang, di lantai inilah ruang kerja dan kamar Sang Ketua berada.

Persis seperti yang Sumin ingat lewat visi si penyaru dulu, ruang kerja Sang Ketua berada di balik pintu kayu berukir indah.

Yeoja Choi itu mengetuk pintu. "Permisi, Ketua" teriaknya.

"Masuk" sahut sebuah suara husky dari dalam.

Inhapun membuka pintu dan masuk. Sumin dengan setia mengikuti di belakangnya. Ruang kerja itu juga sama persis seperti gambaran visi milik Im Daewon.

"Ketua, aku disini bersama Baek Sumin" ucap Inha pada punggung kursi kerja.

Karena sepertinya Sang pemimpin organisasi ini sedang duduk di kursi kerja yang membelakangi kedua gadis muda itu.

"Baek Sumin sahabatmu itu?" Tanya Ketua tanpa menunjukkan dirinya.

"Benar, Ketua" jawab Inha.

Tiba-tiba Ketua organisasi itu bangkit dan membalikkan badannya.

Sumin dan Inha sama-sama terkejut. Mereka berdua sama-sama tidak menyangka bahwa Sang pemimpin akan menunjukkan dirinya dihadapan keduanya.

Ketua organisasi vampir hunter itu berperawakan tinggi atletis. Rambutnya berwarna silver, kontras dengan iris matanya yang berwarna coklat.

Dan yang membuat kedua gadis itu terpaku adalah bekas luka yang melintang dari sisi mata kanannya hingga rahangnya. Sementara itu wajah sebelah kirinya tertutup topeng putih polos.

Meskipun hanya separuh wajahnya yang terlihat, tapi namja itu tetap terlihat tampan. Bahkan dengan codet mengerikan itu, ia malah semakin terlihat 'menantang'.

"Sumin ssi, suatu kehormatan bisa bertemu denganmu" ucap namja aneh itu sambil menunduk dalam.

Gadis separuh vampir itu terbengong. Kenapa Sang pemimpin organisasi vampir hunter ini menundukkan kepala kepada Sumin? "Maaf?" Ucap Sumin.

Namja bertopeng itu menegakkan tubuhnya dan tersenyum. "Aku mengagumimu, Sumin ssi"

Sumin semakin terbengong bingung. Bukankah ini pertama kalinya mereka bertemu?

"Aku kagum karena kau telah membunuh Park Jimin atas dasar balas dendammu untuk ibumu" jelas namja itu.

Sumin masih tidak mengerti apa dari hal itu yang patut dibanggakan?

"Kau bahkan tidak menjadi anggota kami saat itu. Tapi kau berhasil membunuh seorang vampir. Apalagi vampir yang kau bunuh adalah pacarmu sendiri. Tindakan itu sungguh hebat" pujinya.

"Begitukah menurutmu? Bagiku hal itu adalah penyesalan yang tiada akhirnya" batin Sumin dalam hati. "Terima kasih. Tapi saya belum puas. Saya ingin membunuh ibu dari Jimin" ucap Sumin dengan wajah datar.

Namja bersurai silver itu kembali mengulum senyumnya. "Kau datang ke tempat yang tepat. Kami akan membantumu untuk membalaskan dendam mu itu, Sumin ssi"

"Saya sungguh berterima kasih atas bantuan Anda"

"Sementara kami mencari tahu keberadaan vampir yang telah membunuh ibumu itu, kau bisa berlatih bersama Inha. Dia akan mengajarimu cara menembak dengan baik"

"Saya mengerti"

"Maaf ketua, bolehkah Sumin tinggal di samping kamar saya?" Tanya Inha.

"Tentu saja. Sekarang kalian boleh pergi" kemudian namja itu duduk kembali di kursi kebesarannya yang selalu menghadap dinding.

"Permisi" ucap Inha saat keluar dari ruangan itu.

"Astaga! Baru kali ini aku melihat ketua menunduk pada seseorang!" Ucap Inha dengan heboh saat telah berada di lorong. "Beliau pasti sangat menyeganimu, Sumin!"

Sumin memutar bola matanya. "Jangan berteriak-teriak seperti itu, Inha. Kau ingin memberi tahu semua orang yang ada disini?"

"Tapi ini keren, Sumin! Dan aku juga baru tahu kalau Ketua memiliki bekas luka di wajahnya. Biasanya beliau memakai topeng yang menutupi seluruh wajahnya"

Sumin mengernyit. "Jadi tidak ada seorangpun yang tahu wajah Ketua yang sebenarnya?"

Inha menggeleng.

Organisasi macam apa ini? Bagaimana mungkin mereka bergabung tanpa tahu wajah pimpinan mereka? Sumin sungguh tidak habis pikir.

???? Black Roses ????

Di malam hari saat semua orang telah terlelap, Sumin kembali berteleportasi ke mansion. Tentu saja ia menghubungi Jungkook terlebih dahulu menggunakan koin telepati itu.

Namjoon bilang, Raja mengizinkan Sumin untuk melanjutkan penyelundupan itu. Bahkan Raja berharap, Sumin bisa mendapatkan informasi apapun tentang anaknya.

Sumin juga melaporkan segala hal yang ia alami seharian ini. Bahkan ia juga menggambarkan tata letak markas organisasi vampir hunter itu.

"Kami sangat mengandalkanmu, Sumin ah" ucap Seokjin sambil menepuk bahu Sumin.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin" jawab yeoja Baek itu.

???? Black Roses ????

Keesokan harinya, Inha mengajak Sumin berlari-lari mengitari padang rumput luas di belakang markas. Gadis separuh vampir itu tentu saja tidak kesulitan mengimbangi laju Inha. Karena iapun selama ini juga terus berlatih bersama mendiang Yoon ssaem.

Kemudian Inha mengajak Sumin ke gedung latihan. Mereka latihan angkat beban disana. Setelah itu Inha membawa Sumin ke arena latihan tembak.

Yeoja Baek itu pura-pura terkejut saat Inha menyodorkan sebuah pistol padanya. "Apa kau yakin?"

"Tentu saja. Karena peluru perak bisa membasmi vampir manapun" jawab Inha dengan enteng. "Jadi kau harus berlatih menggunakannya"

Sumin menggigit bibir bawahnya, pura-pura cemas.

Inhapun berjalan ke belakang Sumin dan menjulurkan tangannya untuk membimbing tangan sahabatnya itu memegang pistol. Sehingga terlihat seperti Inha memeluk Sumin dari belakang. "Pegang seperti ini. Saat kau menekan pelatuknya, kau akan merasakan dorongan ke arah dirimu sendiri. Jadi kau harus memasang kuda-kuda yang kuat"

Sumin terus menuruti apapun yang diajarkan Inha. Awalnya ia pura-pura menembak dengan meleset. Tetapi perlahan ia menembak mendekati titik pusat lingkaran target.

Hingga tanpa terasa, waktu telah menunjukkan sore hari. "Kau belajar dengan cepat, Sumin. Aku bangga padamu" puji Inha saat berjalan kembali ke kamar mereka.

Sumin hanya tersenyum menanggapinya.

"Ah ya, malam ini aku mendapat tugas patroli di depan gedung penelitian. Jadi aku tidak bisa menemanimu makan malam" ucap Inha dengan nada sedih.

"Tidak apa, Inha. Kau harus mengutamakan tugasmu itu. Lagipula aku bisa makan bersama yang lain di aula makan" Jawab Sumin.

Oh Sumin sudah menunggu saat seperti ini. Saat dimana Inha tidak terus menempel padanya. Saat dimana ia bisa bebas berkeliaran menjelajahi markas musuh para vampir itu. Jadi Sumin berusaha sebisa mungkin untuk meyakinkan Inha untuk meninggalkannya.

???? Black Roses ????

Setelah mandi Inha segera bergegas ke pos jaganya. "Aku pergi" teriaknya di depan kamar Sumin.

Sumin segera membuka pintu kamarnya. "Bagaimana dengan makan malammu?" Teriak Sumin karena Inha sudah berlari menjauh.

"Akan ada orang yang mengantarkannya ke pos jaga nanti" Inha balas berteriak sambil melambai.

Sumin menghela nafas. Sekarang ia bebas. Setelah makan malam bersama anggota lain di aula makan, gadis separuh vampir itu memutuskan untuk menjelajahi hutan terlebih dahulu.

Sayangnya saat Sumin berjalan di padang rumput di belakang markas, ia bertemu dengan orang-orang yang sedang berpatroli. "Sumin ssi? Kau ingin kemana?" Tanya salah seorang namja berperawakan tinggi.

"Hanya jalan-jalan malam. Aku bosan di dalam" jawab Sumin seadanya.

"Mungkin sebaiknya aku menemanimu, Sumin ssi" katanya terdengar khawatir.

"Tidak perlu. Sejujurnya aku ingin sendirian" Sumin tersenyum canggung. Rencananya akan hancur berantakan jika namja sok ikut campur ini menemaninya.

"Baiklah. Tapi kau harus kembali sebelum jam 10 malam"

"Aku mengerti. Bye" Suminpun melenggang pergi ke arah hutan di belakang padang rumput.

Saat telah berada di bawah naungan pohon, gadis bersurai coklat panjang itu menengok. Untung saja si namja patroli tadi tidak mengikutinya.

Suminpun mengubah arahnya. Ia berbelok menuju hutan yang terletak di belakang gedung pelatihan. Karena menurutnya hutan disitu lebih lebat dan gelap.

Gadis separuh vampir itu terus menyusuri gelapnya hutan. Meskipun tanpa penerangan, matanya tak lepas dari lantai hutan yang tertutup karpet daun kering.

Hingga sampailah ia di bagian hutan tergelap. Ranting pohon disana menjalar kemana-mana dengan daun-daun yang sangat lebat. Hingga sinar bintang tak mampu menerobos gelapnya suasana hutan itu. "Seharusnya di kegelapan pekat seperti ini blue roses biasa tumbuh" gumam Sumin dengan mata yang menelisik area sekitarnya.

Yeoja Baek itu memutar kepalanya hingga iris matanya menangkap warna biru gelap di dasar sebuah pohon besar. Mata bulat Sumin semakin membulat.

Itu blue roses!
Itu adalah bunga yang dicarinya!
Itulah bunga yang bisa membangunkan Jimin kembali!

Kakinya bergegas menghampiri bunga indah itu. Tubuh Sumin merosot. Tak peduli jika nanti pakaiannya akan kotor. Ia terlalu bahagia melihat bunga itu. Berkali-kali bibirnya mengucap syukur pada Tuhan dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih Tuhan"

Jemari lentik Sumin membelai mahkota bunga biru itu dengan sayang. "Tunggulah, Jimin. Bulan purnama akan datang beberapa hari lagi"

TBC

Ff ini jelek banget ya?
Silent readersnya banyak banget ????

 

With love, Astralian ????

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Letter hopes
15      8     0     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
Werewolf Game
2      2     0     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...
Bukan kepribadian ganda
59      16     0     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
Alfazair Dan Alkana
3      3     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Power Of Bias
0      0     0     
Short Story
BIAS. Istilah yang selalu digunakan para penggemar K-Pop atau bisa juga dipakai orang Non K-Pop untuk menyatakan kesukaan nya pada seseoraang. Namun perlu diketahui, istilah bias hanya ditujukan pada idola kita, atau artis kesukaan kita sebagai sebuah imajinasi dan khayalan. Sebuah kesalahan fatal bila cinta kita terhadap idola disamakan dengan kita mencitai seseorang didunia nyata. Karena cin...
A Story
4      4     0     
Romance
Ini hanyalah sebuah kisah klise. Kisah sahabat yang salah satunya cinta. Kisah Fania dan sahabatnya Delka. Fania suka Delka. Delka hanya menganggap Fania sahabat. Entah apa ending dari kisah mereka. Akankah berakhir bahagia? Atau bahkan lebih menyakitkan?
Power Of Destiny
194      34     0     
Fan Fiction
Lulu adalah seorang wanita yang mempunyai segalanya dan dia menikah dengan seorang cowok yang bernama Park Woojin yang hanya seorang pelukis jalanan di Korea. Mereka menikah dan mempunyai seorang anak bernama Park Seonhoo. Awal pernikahan mereka sangat bahagia dan sampai akhirnya Lulu merasa bosan dengan pernikahannya dan berubah menjadi wanita yang tidak peduli dengan keluarga. Sampai akhirnya L...
Like a Dandelion
28      3     0     
Romance
Berawal dari kotak kayu penuh kenangan. Adel yang tengah terlarut dengan kehidupannya saat ini harus kembali memutar ulang memori lamanya. Terdorong dalam imaji waktu yang berputar ke belakang. Membuatnya merasakan kembali memori indah SMA. Bertemu dengan seseorang dengan sikap yang berbanding terbalik dengannya. Dan merasakan peliknya sebuah hubungan. Tak pernah terbesit sebelumnya di piki...
Frekuensi Cinta
3      3     0     
Romance
Sejak awal mengenalnya, cinta adalah perjuangan yang pelik untuk mencapai keselarasan. Bukan hanya satu hati, tapi dua hati. Yang harus memiliki frekuensi getaran sama besar dan tentu membutuhkan waktu yang lama. Frekuensi cinta itu hadir, bergelombang naik-turun begitu lama, se-lama kisahku yang tak pernah ku andai-andai sebelumnya, sejak pertama jumpa dengannya.
Frasa Berasa
485      61     0     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...