Read More >>"> Cowok Cantik (Part 9) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cowok Cantik
MENU
About Us  

Cowok Cantik Part 9

Rama menciumku di tengah kata-kataku. Cukup untuk membuatku diam. Bahkan mematung dengan bola mata yang melebar.

"Gak ada maaf lagi, oke?" katanya pelan melepas ciumannya.

Apa yang harus aku lakukan? Apa arti ciuman ini? Aku tak mau marah lagi dan membuat semua ini jadi sia-sia. Tapi kenapa harus ciuman? Dan, apa yang aku pikirin? Kenapa aku,, aku tak mungkin senang, kan? Aku, aku bukan maho. Tapi kenapa jantungku berdetak sekencang ini?

"Lu gimana kabar?" katanya menginterupsi seluruh alur pikiranku. Aku kembali menatapnya untuk menjawabnya. Semua pikiran yang lalu, sirna begitu saja.

"Gue baik-baik aja, kok. Cuma agak kerepotan aja ngurusin masalah tanpa lo," jawabku mencoba menenangkannya.

Aku sama Rama rasanya sudah seperti sepasang kekasih yang sudah sangat rindu karena lama tak bertemu. Saling mengusap tangan dan berbagi kehangatan secara tidak sadar. Aku mengusap tangannya sambil melayangkan senyum yang tak henti-henti. Begitu juga Rama yang menyambutku dengan senyum senang yang juga tak berujung.

"Lu sendiri? Udah baikan?" tanyaku sedikit penasaran bercampur khawatir. Meskipun dengan melihatnya saja aku harusnya sudah tahu, tapi keadaan sekarang memaksaku untuk menanyakannya. Sementara Rama hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaanku. Aku harus bertanya apa lagi? Rintihku dalam hati.

"Oh iya, lu udah makan? Mau gue suapin?" tanyaku melihat bubur dan buah-buahan di atas meja yang belum banyak tersentuh.

Aku lihat Rama mengangguk lagi sambil tersenyum antusias. Aku melapaskan tangannya dan beralih ke makanan di meja.

"Lu mau makan bubur, atau buah?"

"Bubur aja," jawabnya sayup.

Aku lalu mengambil bubur itu. Ternyata masih hangat. Sebentar kuaduk-aduk lagi sambil meniup-niup pelan. Aku lihat dia beranjak menegakkan duduknya.

"A..." panduku tak lupa membuka mulutku sendiri. Satu sendok bubur melayang-layang di antara muka kami berdua. Sengaja aku mempermainkannya untuk lebih mencairkan kebosanannya.

"Am.. Hum.." gumamku seperti sedang menyuapi seorang bayi. Nampaknya aku berhasil. Kami berdua tergelak karenanya.

"Dah, habis!" sorakku berseringai. Tak lupa aku meminumkannya. Rasanya adem banget melihat dia minum seperti ini. Cepat sembuh ya, Ram!

"Cp cp cp... Makannya blepotan banget sih," ucapku spontan melihat wajahnya yang bertabur sisa-sisa bubur tadi. Aku pun tak mau berpikir panjang untuk mengambil tisu dan membersihkan wajahnya.

Dan Tes..

Rama hanya diam membiarkanku melap wajah tampannya. Sementara tanganku, mulai melambat menyapukan tisu itu di sekitar bibirnya. Tak sengaja aku teringat ciuman yang tadi Rama lesakkan kepadaku. Well, aku rasa ini sudah sampai di ujung. Tidak boleh lebih dalam lagi. Aku sadar dan tanganku kembali melap wajahnya dengan cepat. Rama nampak terkejut dengan perubahan sikapku, tapi dia tidak mempermasalahkannya. Dia masih tetap tersenyum kepadaku.

"Dah, bersih!" sorakku seperti biasa. Aku tersenyum simpul. Meski tak seberseri sebelumnya.

"Thanks, San!" katanya membalas senyumku. Dia tidak lagi memanggil namaku dengan sebutan "Can" atau "Cantik" lagi sekarang. Awalnya agak risih karena aku tak terbiasa mendengar dia memanggilku seperti itu, tapi aku menghargai usahanya.

"Oh iya, lu tahu dari mana kalau gue di sini?" tanya Rama terlihat ikut berpikir. Dia pasti penasaran. Dia menatap menunggu jawaban dariku.

"Tadi gue ke rumah lo. Terus pembantu lo ceritain semuanya ke gue."

"Oh ya? Emang lu tahu alamat rumah gue?" katanya lagi.

"Oh iya. Gue tadi ke sini sama Heri," jawabku malah panik sendiri. Sepintas kulihat air muka Rama sedikit berubah. Tapi aku tak bisa memikirkan itu sekarang. Aku harus melihat Heri di luar. Sudah hampir satu jam aku di sini dan dia masih menunggu di luar.

Cklk.. Bunyi pintu kamar saat kubuka. Tapi di luar tak ada sosok Heri. Dia kemana? Aku meneruskan langkahku keluar kamar agar bisa leluasa mencari sosok Heri. Tapi tetap saja tak bisa kutemukan. Aku mau pamitan pada Rama, tapi entah kenapa hatiku rasanya tak bisa menempatkan Heri setelah Rama. Entah apa yang sebenarnya terjadi padaku.

Aku keluar. Sudah di tempat parkir dan motor Heri masih ada. Kalau dia belum pulang, terus dia dimana? Batinku mulai bingung. Nafasku memburu karena berlari. Her, lo dimana?

Tap..

"Sahnh, lo mahu ke manah?" tanya seorang laki-laki di belakangku dengan nafas yang ngos-ngosan sepertiku. Heri? Kenapa dia bisa ada di belakangku? Aku berbalik untuk memastikan. Ternyata dia memang Heri.

"Gue nyariin Lo. Lo dari mana aja?" kataku terus mengendalikan nafasku.

"Lo,,," katanya terputus.

"Gue abis dari toilet. Lo udah selesai ngobrolnya?" lanjutnya dengan wajah enteng yang dibuat-buat. Aku tak tahu kenapa. Mungkin karena tak mau membuat aku merasa tidak enak karena sudah meninggalkannya sendirian dari tadi. Aku menatap wajahnya lamat dan mulai berpikir yang aneh-aneh.

"San?" panggilnya menyadarkanku.

"Maaf!" kata itu keluar dari mulutku. Dan Heri memaku tak mengerti atas sikapku.

"Maaf karena gue gak bisa nahan rasa bersalah gue udah bikin lu nunggu selama ini," ucapku seperti kehilangan kontrol.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
AILEEN
152      96     0     
Romance
Tentang Fredella Aileen Calya Tentang Yizreel Navvaro Tentang kisah mereka di masa SMA
Flower
7      7     0     
Fantasy
Hana, remaja tujuh belas tahun yang terjebak dalam terowongan waktu. Gelap dan dalam keadaan ketakutan dia bertemu dengan Azra, lelaki misterius yang tampan. Pertemuannya dengan Azra ternyata membawanya pada sebuah petualangan yang mempertaruhkan kehidupan manusia bumi di masa depan.
The watchers other world
42      26     0     
Fantasy
6 orang pelajar SMA terseret sebuah lingkarang sihir pemanggil ke dunia lain, 5 dari 6 orang pelajar itu memiliki tittle Hero dalam status mereka, namun 1 orang pelajar yang tersisa mendapatkan gelar lain yaitu observer (pengamat). 1 pelajar yang tersisih itu bernama rendi orang yang suka menyendiri dan senang belajar banyak hal. dia memutuskan untuk meninggalkan 5 orang teman sekelasnya yang ber...
Pillars of Heaven
69      48     0     
Fantasy
There were five Pillars, built upon five sealed demons. The demons enticed the guardians of the Pillars by granting them Otherworldly gifts. One was bestowed ethereal beauty. One incomparable wit. One matchless strength. One infinite wealth. And one the sight to the future. Those gifts were the door that unleashed Evil into the World. And now, Fate is upon the guardians' descendants, whose gifts ...
Power Of Bias
7      7     0     
Short Story
BIAS. Istilah yang selalu digunakan para penggemar K-Pop atau bisa juga dipakai orang Non K-Pop untuk menyatakan kesukaan nya pada seseoraang. Namun perlu diketahui, istilah bias hanya ditujukan pada idola kita, atau artis kesukaan kita sebagai sebuah imajinasi dan khayalan. Sebuah kesalahan fatal bila cinta kita terhadap idola disamakan dengan kita mencitai seseorang didunia nyata. Karena cin...
The Reason
306      172     0     
Romance
"Maafkan aku yang tak akan pernah bisa memaafkanmu. Tapi dia benar, yang lalu biarlah berlalu dan dirimu yang pernah hadir dalam hidupku akan menjadi kenangan.." Masa lalu yang bertalian dengan kehidupannya kini, membuat seorang Sean mengalami rasa takut yang ia anggap mustahil. Ketika ketakutannya hilang karena seorang gadis, masa lalu kembali menjerat. Membuatnya nyaris kehilan...
Kumpulan Quotes Random Ruth
58      35     0     
Romance
Hanya kumpulan quotes random yang terlintas begitu saja di pikiran Ruth dan kuputuskan untuk menulisnya... Happy Reading...
Meet Mettasha
11      11     0     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
Hujan Bulan Juni
6      6     0     
Romance
Hujan. Satu untaian kata, satu peristiwa. Yang lagi dan lagi entah kenapa slalu menjadi saksi bisu atas segala kejadian yang menimpa kita. Entah itu suka atau duka, tangis atau tawa yang pasti dia selalu jadi saksi bisunya. Asal dia tau juga sih. Dia itu kaya hujan. Hadir dengan serbuan rintiknya untuk menghilangkan dahaga sang alang-alang tapi saat perginya menyisakan luka karena serbuan rintikn...
102
55      36     0     
Mystery
DI suatu siang yang mendung, nona Soviet duduk meringkuh di sudut ruangan pasien 102 dengan raga bergetar, dan pikiran berkecamuk hebat. Tangisannya rendah, meninggalkan kesan sedih berlarut di balik awan gelap.. Dia menutup rapat-rapat pandangannya dengan menenggelamkan kepalanya di sela kedua lututnya. Ia membenci melihat pemandangan mengerikan di depan kedua bola matanya. Sebuah belati deng...