Read More >>"> Unthinkable (Rahasia Afo) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Unthinkable
MENU
About Us  

Jendela ruangan menghadap ke arah dimana matahari terbenam. Senja itu, matahari yang menyilaukan menyorot ke ruangan berwarna pastel. Uap mengepul dari cerat di atas kompor. Dan dari dalam cerat, terdengar gelegak air, menambah suasana hangat di ruangan yang sunyi dan nyaman itu.

    Klik!

    Kompor telah dimatikan. Kemudian terdengar suara dentingan kaca dan suara air mengisi gelas kaca. Beberapa saat kemudian, terdengar langkah mondar-mandir mencari sesuatu dalam ruangan itu.

    Di balik ambang pintu ruangan, Linta mengintip. Punggung orang yang diintipnya sedari tadi bergerak, tapi tak pernah berbalik dan menangkap ada yang mengintipnya. Linta selalu sebal jika menunggu Vega memergokinya. Tapi, dia juga geli jika mengintip tapi tak ketahuan. Sejak dulu, Vega tak pernah peka.

    Rumah ini benar-benar sepi. Ayah Afo sedang dalam perjalanan ke Bali. Afo sendiri belum pulang dari kuliahnya. Sedangkan Vega, baru saja pulang. Linta melihatnya menyeberangi halaman depan dari balkon kamarnya. Dia langsung berlari ke rumah Afo, karena sangat kesepian di rumahnya. Kemudian, dia mendapati Vega sudah menyeduh teh di dapur. Dan sekarang, dia masih mengawasinya tanpa diketahui.

    Vega sangat menyukai teh. Katanya teh dapat menenangkannya ketika lelah. Lebih menenangkan daripada Linta, itu cemooh Vega dulu. Linta tak pernah membatahnya, karena dia lebih tepat disebut mengganggu daripada menenangkan. Dulu mereka juga sering meminum teh bersama seperti ini ketika senja, saat masih pacaran.

    Dengan hati-hati, Linta berjingkat-jingkat mendekati Vega, yang sekarang sedang menambahkan gula. Dia langsung memeluknya dari belakang untuk mengagetkan.

    “Linta!” teriak Vega gemas, saat sendok di tangannya jatuh ke lantai.

    “DOR!” Linta memajukan wajahnya untuk melihat ekspresi Vega.

    Sudah Linta duga, Vega mendengus kesal, melepas tangan Linta, dan memungut sendok yang jatuh. Hanya ada satu perbedaan. Jika dulu Vega langsung memarahinya, sekarang dia tersenyum lembut setelah bangkit.

    “Mau teh?” tawarnya.

    Linta tersenyum geli dan menggeleng perlahan. Dia berjalan ke arah kulkas Afo dan mengambil es krim. Kemudian duduk di kursi makan. Vega menyusulnya setelah mengambil sendok baru dan mengaduk tehnya.

    “Nggak berubah, ya?” kata Vega seraya duduk di sisi Linta. Dia mengamati Linta yang menjilati es krimnya.

    “Lo juga,” kata Linta.

    Linta menatap teh yang mengepul di depan Vega. Ini sedikit mengingatkan  Linta pada Ota. Dan Linta sedikit geli ketika kemarin mereka harus saling bicara dengan berteriak di atas vespa. Padahal jika dalam keadaan normal, Ota bicara dengan lembut. Sama seperti Vega sekarang.

    “Lo ngapain kesini?” tanya Vega.

    Pertanyaan Vega membuat bibir Linta mengerucut. Sepertinya Vega tak suka Linta kesini. Vega hanya  tersenyum melihat Linta, seolah mengerti.

    “Bukan  gitu,” katanya. “Maksudnya, tujuan lo kesini itu apa?”

    “Emang kalau gue kesini harus ada apa-apanya dulu? Kok semua orang gitu ya! Kalau nggak ada kepentingan sama gue, gue nggak boleh deket-deket!”

    Vega menghela napas, “Susah ngomong sama lo.”

    “Eh, tapi di antara semua orang, cuma elo yang nggak pernah ngusir-ngusir gue,” seru Linta. “Walaupun lo dulu cowok yang jahat,” lanjutnya lirih.

    Vega nyengir, “Emang cowok lo yang sekarang enggak jahat?”

    Linta terdiam dan cengiran di wajah Vega hilang seketika. Vega memiringkan posisinya agar menghadap ke Linta.

    “Jadi dia juga jahat?” tanya Vega.

    Linta menunduk.

    “Kalau dulu yang jahat sekarang udah berubah gimana?” tanya Vega lagi.

    Tangan-tangan Vega menyentuh pipi Linta, mengangkatnya agar Linta menatapnya lurus-lurus. Yang dipandang Linta membuat sesuatu di dadanya berputar. Dan jantungnya berdesir ketika tangan-tangan itu mengusap pipinya perlahan. Napas yang hangat semakin mendekat di wajah Linta. Waktu seakan berhenti saat itu juga.

    Sebuah cengkeraman dan hentakan keras menandakan bahwa waktu yang kejam kembali berjalan. Afo berada di samping Linta dengan bahu yang naik turun, terengah-engah. Dia baru saja menarik Linta dengan kasar. Dan sekarang Afo memandang ganas ke arah Vega.

    “Jangan coba-coba lagi!” raung Afo, menggema di ruang dapur itu.

    Butuh waktu lama bagi Linta untuk memahami situasi saat ini. Namun, hanya butuh waktu dua detik bagi Afo untuk menarik Linta dari tempat itu. Linta terpontang-panting di belakang Afo. Hingga akhirnya, dengan seluruh kekuatannya, Linta menghempaskan tangan Afo yang menggenggam lengannya kuat, hampir mematahkannya malah, tepat saat di kebun belakang.

    Afo membalikkan badannya, masih dengan tatapan ganas-marah yang belum pernah Linta lihat sebelumnya. Namun, kemarahan Linta jauh lebih besar, karena Afo telah memutar kembali waktu yang kejam. Dan memusnahkan perasaan itu di hati Linta yang baru terasa sekejap.

    “Mau lo apa?” bentak Linta dengan suara melengking.

    “Jangan deket-deket sama bajingan itu lagi, Li! JANGAN!” teriak Afo, tak kalah dari Linta.

    “Emang apa urusannya sama lo?”

    Sepertinya, mereka tak peduli bahwa orang yang dibicarakan sedang di ruangan di dekat mereka saling berteriak. Linta juga tak peduli jika dia harus bermusuhan dengan Afo sekarang. Karena Linta tak pernah mengerti dengan apa yang dipikirkan sepupunya ini. Bahkan Linta juga tak mengerti mengapa Afo marah karena hal ini.

    “Elo inget!” bentak Afo, “Kenapa lo putus sama bajingan itu?”

    Angin sepertinya memperlambat derunya, sehingga kata-kata Afo sulit sekali didengar dan dicerna Linta, meskipun kata-kata itu menusuk seperti belati. Linta sekarang tak tahu kemarahan di dadanya untuk siapa.

    Rasa itu seakan terasa lagi. Basah kuyub dan kediginan, marah dan sedih, dan lebih parah dari rasa ingin membunuh. Ketika Linta membuka pintu, orang yang ditunggunya lebih dari dua jam sedang saling melumat dengan gadis lain. Ada yang menyumbat mulutnya dan menggergaji kakinya, rasanya seperti itu. Seakan tubuhnya disayat dengan paksa dan tanpa hentinya.

    Air mata, yang juga sama seperti dulu, mengalir lagi. Afo memegang pundak Linta yang bergetar.

    “Elo harus tahu ini,” kata Afo sangat pelan. “Bajingan itu suka ngerebut milik orang lain, cuma buat dirusak terus dibuang!”

    Linta hanya mendengarkan sambil terus menunduk.

    “Orang yang ninggalin gue, orang yang gue sayang dan harus pergi udah dua. Dan salah satunya cewek yang lo lihat pas lo putus sama Vega.”

    Linta mendongak dengan mata yang masih basah. Dia menatap mata Afo yang lebih sedih darinya. Tak percaya.

    “Dia bunuh diri karena hamil dan bajingan itu nggak mau tahu.”

    Linta kian tercengang. “Vega tahu? Kalau lo sayang sama cewek itu?”

    Afo menganguk, “Nyatanya dia emang suka ngerebut cewek yang gue sayang. Dan jauh sebelum itu, dia juga pernah ngerebut cewek lain.”

    Akhirnya, kebenaran. Linta sekarang tahu apa penyebab Afo harus pindah lagi. Hanya saja, Linta tak menyangka bahwa itu karena Vega.

    “Gue cuma nggak mau kalau lo harus jatuh ke tempat yang salah lagi.”

    Setelah mengusap mata Linta, Afo pergi, meninggalkan Linta dengan penyesalan yang semakin tak keruan. Padahal baru beberapa jam yang lalu, dia memutuskan untuk melupakan misi kedua menggunakan misi pertama.

    Untuk menghadapi hidup, Linta memang harus tegar. Tapi, dia tak bisa setegar sepupunya.

    Dalam keremangan senja, Linta melihat wajah di jendela dapur. Linta tahu Vega telah mendengar semuanya. Vega tersenyum. Linta tahu Vega akan mundur, tak perlu menunggu Linta yang menjauhinya.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (8)
  • soraaa

    wew

    Comment on chapter Pesta Kedua
  • bektidh

    yes, cowok
    2 hari sekali yaa @flower_flo

    Comment on chapter Prolog
  • bektidh

    i'll keep my promise too @beekkul

    Comment on chapter Prolog
  • bektidh

    thanks for reading ^^ @beekkul @flower_flo

    Comment on chapter Prolog
  • flower_flo

    Lanjutnya hari apa aja?

    Comment on chapter Berkat Dagu
  • flower_flo

    Vega itu cowo?

    Comment on chapter Prolog
  • beekkul

    so, keep ur promise too to always watch my video kkk

    Comment on chapter Prolog
  • beekkul

    i keep my promise

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Hati Yang Terpatahkan
19      10     0     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Rela dan Rindu
65      18     0     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
Pensil Kayu
2      2     0     
Romance
Kata orang cinta adalah perjuangan, sama seperti Fito yang diharuskan untuk menjadi penulis buku best seller. Fito tidak memiliki bakat atau pun kemampuan dalam menulis cerita, ia harus berhadapan dengan rival rivalnya yang telah mempublikasikan puluhan buku best seller mereka, belum lagi dengan editornya. Ia hanya bisa berpegang teguh dengan teori pensil kayu nya, terkadang Fito harus me...
ketika hati menentukan pilihan
3      3     0     
Romance
Adinda wanita tomboy,sombong, angkuh cuek dia menerima cinta seorang lelaki yang bernama dion ahmad.entah mengapa dinda menerima cinta dion ,satu tahun yang lalu saat dia putus dari aldo tidak pernah serius lagi menjalani cintanya bertemu lelaki yang bernama dion ahmad bisa mengubah segalanya. Setelah beberapa bulan menjalani hubungan bersama dion tantangan dalam hubungan mereka pun terjadi mula...
Puisi yang Dititipkan
2      2     0     
Romance
Puisi salah satu sarana menyampaikan perasaan seseorang. Puisi itu indah. Meski perasaan seseorang tersebut terluka, puisi masih saja tetap indah.
Warna Warni Rasa
10      5     0     
Romance
Rasa itu warna. Harus seperti putih yang suci. Atau seperti hijau yang sejuk. Bahkan seperti merah jambu yang ceria. Rasa itu warna. Dan kau penentunya. Banyak gradasi yang harus di lalui. Seperti indahnya pelangi. Bahkan jika kelabu datang, Kau harus menjadi berani seperti merah. Jangan seperti biru yang terlihat damai, Tapi jika marah akan menghancurkan bumi seperti tsunami. R...
Alvira ; Kaligrafi untuk Sabrina
112      23     0     
Romance
Sabrina Rinjani, perempuan priyayi yang keturunan dari trah Kyai di hadapkan pada dilema ketika biduk rumah tangga buatan orangtuanya di terjang tsunami poligami. Rumah tangga yang bak kapal Nuh oleng sedemikian rupa. Sabrina harus memilih. Sabrina mempertaruhkan dirinya sebagai perempuan shalehah yang harus ikhlas sebagai perempuan yang rela di madu atau sebaliknya melakukan pemberontakan ata...
Dear Diary
4      4     0     
Fantasy
Dear book, Aku harap semoga Kamu bisa menjadi teman baikku.
Delilah
55      19     0     
Romance
Delilah Sharma Zabine, gadis cantik berkerudung yang begitu menyukai bermain alat musik gitar dan memiliki suara yang indah nan merdu. Delilah memiliki teman sehidup tak semati Fabian Putra Geovan, laki-laki berkulit hitam manis yang humoris dan begitu menyayangi Delilah layaknya Kakak dan Adik kecilnya. Delilah mempunyai masa lalu yang menyakitkan dan pada akhirnya membuat Ia trauma akan ses...
Perjalanan Kita: Langit Pertama
28      14     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.