Read More >>"> Loneliness (4 : Teringat Akan Dia) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Loneliness
MENU
About Us  

       Suara ombak pantai, sejenak membuat Olan relax. Dia berjalan-jalan ke pinggir pantai dan membiarkan air laut membasahi kedua kakinya yang kini tanpa sepatu. Olan berdiri diam menatap laut dan langit yang kini berada dihadapannya. Begitu luasnya sehingga membuat perasaannya seakan-akan tanpa beban.

       “Apa kau ingin bermain air?” Tanya Fani mendekat.

       “Sudah lama aku tidak ke pantai. Benar apa yang dikatakan olehnya. Jika ingin menenangkan pikiran dan perasaan, datanglah ke pantai. Lihat laut dan langit, maka beban yang ada di dada dan pikiranmu seakan-akan hilang.” Seru Olan mengingat seseorang.

       “Siapa dia? Apakah dia—”

       “Heii, kalian berdua! Beraninya kalian jalan-jalan tanpa mengajak aku.” Teriak Leo dari kejauhan ketika mendapati pemandangan dua anak manusia itu berdiri dan tertawa di bibir pantai.

       Olan segera membalikan tubuhnya dan tersenyum melihat Leo dari kejauhan.

       “Heii, tunggu aku!!” Teriak Hazen sambil berlari.

       “Bukan, kah, tadi dia berkata ingin istirahat.” Fani berkacak pinggang sambil tertawa melihat kedua teman karibnya berjalan mendekat.

 

                                                                                                        

 

       “Aku dapat kabar dari Rona. Kalau Fikar, Arson, dan Joe sudah tiba. Saat ini, mereka berada di restoran bersamanya.” Ujar Leo yang bertemu Hazen didepan kamarnya.

       “Fani dan Olan mana?” Tanya Hazen ketika melihat Leo sendirian.

       “Mereka di depan.”

       Hazen mengerutkan keningnya, heran lalu tersenyum. Jarang-jarang Olan langsung dekat dengan orang yang baru dikenalnya, apalagi dengan seorang wanita. Mereka berdua segera menuju lift dan menemukan Olan dan Fani yang juga sedang menunggu lift. Mereka dengan riang mengobrol tanpa memperdulikan orang yang lalu-lalang disekitar mereka.

       “Suara kalian seperti di pasar saja.” Ejek Hazen sambil tertawa kecil memasuki lift.

       “Aku heran, mengapa kau lama sekali! Apa kau juga memakai make up seperti ku.” Fani balik mengejek.

       “Bagaimana penampilanku? Pastinya sudah sangat menarik, bukan?” seru Hazen memuji diri sendiri. Dia memakai stelan jas berwarna coklat tua dengan dasi kupu-kupu berwarna senada.

       “Siapa wanita yang membuatmu tertarik memakai jas dan dasi seperti ini? Apa aku mengenalnya? Terlalu formal.” Tanya Leo mulai mengintrogasi.

       “Sudahlah, jangan seperti itu padanya. Biarkan adik kecil kita ini berkreatifitas.” Tambah Olan yang ikut-ikutan menyudutkan.

       “Kau pikir aku anak Tk. Berkreatifitas!”

       Hazen langsung melenggang pergi setelah lift terbuka. Dia tidak lagi memperdulikan ejekan Leo, Olan, dan Fani pada dirinya. Dengan wajah sumringan, Hazen masuk ke dalam restoran di ikuti Leo, Olan, dan Fani dari belakang. Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka malam ini.

       “Apa kabar kalian semua?” Seru Hazen antusias menyapa teman kuliahnya.

       “Haii, pak pengacara apa kabar?” Sapa Olan riang sambil mengangkat satu tangannya dari belakang Hazen.

       Joe, Arson, dan Fikar tertawa bahagia melihat kedatangan teman-teman kuliahnya. Raut wajah dan hati mereka begitu sangat bahagia, ingin rasanya waktu berhenti disini. Olan langsung duduk di sebelah Fikar dengan menarik Fani untuk duduk di dekatnya. Ntah sejak kapan Olan menjadi akrab dan setiap saat selalu bersama Fani. Hazen yang menyadarinya, langsung menyikut lengan Leo dan mereka tertawa kecil.

       “Haii Leo, bagaimana kabarmu?” Ujar Seina lembut.

       “Aku mengundangnya untuk makan malam bersama kita.” Jelas Rona pada keempat temannya yang baru tiba.

      “Aku baik. Kau apa kabar?” Aahut Leo yang memilih duduk bersebelahan dengan Seina.

      Tawa mereka seketika terhenti saat melihat Leo berbincang akrab dengan Seina. Menyadari hal tersebut, Leo berbalik menatap tajam  seluruh temannya, mengisyaratkan untuk tidak mengganggu ataupun megejeknya. Mereka menurut saja. Karena hal tersebut sudah menjadi penglihatan mereka sehari-hari ketika kuliah dulu.

       “Siapa nona yang berada disebelahmu, Olan?” tanya Fikar mengalihkan pandangan dan mencoba menggoda Olan.

       “Kenalkan, namanya Fani. Dia—”

       “Heii, Olan! Mengapa jadi kau yang memperkenalkan Fani pada mereka semua. Dia temanku, bukan temanmu.” Potong Hazen pura-pura tak terima.

       Seketika suara tawa langsung pecah di meja mereka, melihat tingkah Hazen yang masih saja sama suka menganggu Olan.

       “Sepertinya aku harus memperkenalkan diriku sendiri. Itu lebih baik.” Sahut Fani menengahi sambil tertawa geli. Dia berdiri dan berkata.”Aku Fanita Aldila. Aku teman Hazen dan Leo sejak kecil. Salam kenal untuk kalian semua.” Sapa Fani dengan ramah.

       “Salam kenal juga, aku Fikar.” Seru Fikar mengedipkan sebelah matanya menggoda.

       “Aku Joe Dandrata. Selamat datang didunia persahabatan kami.” Ucap Joe lembut. 

       “Arson Rayyeno!” Ujar Arson tanpa basa-basi.

      “Seina. Salam kenal.”

      “Ayo, sekarang waktunya kita pilih menu untuk makan malam kita.” Ucap Rona sumringan memberikan daftar menu pada Olan.

      “Hanya Olan saja.” Seru Joe menggoda.

      “Jangan begitu.” Hazen menyentuh pundak Joe untuk diam, tetapi dia sendiri tertawa.

       Rona mencoba bersikap wajar, agar Joe tidak mengungkit-ungkit sesuatu hal yang telah lama namun masih tetap dirasakannya hingga kini.

       “Sampai kapan kau akan terus seperti ini. Kau akan merasakan sakit.” Ungkap Arson menatap Rona serius di balut senyuman manisnya.

       Olan memandang serius kearah Arson, sementara yang lainnya menatap serius kearah Rona. Hal tersebut membuat Rona menjadi salah tingkah dan memilih permisi untuk pergi ke toilet.

       Namun, Olan enggan bertanya lebih detail. Sebab, tujuan dia datang ke acara ini adalah untuk menyelesaikan sebuah PR yang sudah begitu lama terkubur. Fani menjadi enggan dan serba salah berada disamping Olan, karena perkataan Arson tersebut. Dia tidak ingin menjadi penghalang antara Rona dan Olan. Namun, dia juga mengakui, jika Olan merupakan seseorang yang sangat dia kagumi. Meski baru mengenalnya sesaat.

       Sekembalinya Rona, semua sibuk berbincang dengan teman sebelahnya.

       “Fikar, aku butuh jasanya mu sebagai pengacara.” Ungkap Olan sangat pelan, namun dapat didengar oleh semua temannya.

       “Apa kau punya masalah? Bagaimana aku harus membantunya?” Ujar Fikar menatap Olan serius.

       “Apa kau punya masalah dengan pekerjaanmu?” Tanya Joe penasaran.

       “Jangan membuat kami semua khawatir Olan. Katakan saja semuanya. Kami siap membantumu.” Ucap Hazen degan raut serius.

       Belum sempat Olan menjawab pertanyaan teman-temannya. Seorang staf hotel datang menemui Hazen untuk melaporkan data tamu undangan yang sudah hadir sampai malam ini.

       “Maaf Pak, menganggu. Ini data seluruh tamu undangan yang telah hadir. Dari jumlah keseluruhan tamu undang yang Bapak berikan, hanya satu orang yang hingga kini belum hadir.” Ujar staf hotel memberikan beberapa lembar kertas pada Hazen.

        “Siapa?” Tanya Hazen dengan heran, dahinya berkerut. Karena baginya tidak akan mungkin ada seorang pun yang tidak ingin hadir ke acara ini.

       “Atas nama Ibu Sisilvi Riyunisha Zayden.” Jawab staf hotel singkat.

       “Baiklah. Jika dia sudah hadir segera beritahu saya.” Seru Hazen setelah beberapa detik diam.

       “Baik, pak.” Ujar staf hotel yang kemudian berlalu dari hadapan mereka.

        Seketika mereka saling berpandangan dan mempertanyakan ketidakhadiran Silvi pada acara ini, dalam hati masing-masing. Tidak mungkin bagi seorang Silvi tidak datang, dia suka keramaian. Setiap acara kampus, namanya selalu tertera dalam daftar panitia.

       Tiba-tiba seluruh mata dimeja itu mengarah pada Leo dan Seina. Mereka  menjadi sasaran dari tatapan teman-temannya, karena diantara mereka hanya kedua orang tersebut yang memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Silvi dan setahu mereka, komunikasi antara Leo dan Silvi selalu lancar. Mungkin menurut mereka sampai saat ini pun begitu. Sama seperti Seina. Atau mungkinkah ketidakhadirannya pada acara ini sebagai pertanda jika dia mengaku kalah pada Seina.

       “Aku yakin dia pasti datang! Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan untuk bisa bersama Leo.” Ujar Rona tersenyum remeh.

       “Kita tidak tahu bagaimana atau di mana dia sekarang. Mungkin saja ada yang lebih penting dari ini.” Fikar mengeluarkan pendapatnya.

       “Aku penasaran, seperti apakah dia sekarang? Apa dia sudah menikah?” Sahut Rona antusias. Dia jadi terbayang dengan sosok Silvi yang suka sekali memakai bando. Itu lucu dan aneh!

       Sejak awal, Rona memang tidak menyukai kedekatan Silvi dengan Leo. Dia lebih senang jika Seina bersama Leo. Mungkin karena Silvi terlalu jujur dan sering membuatnya jengkel dengan tingkah-tingkahnya yang tidak bisa ditebak oleh Rona.

      “Apa yang membuatnya tidak hadir?” Gumam Seina pelan.

       Perasaan Seina seketika berubah. Dia memang sangat antusias bertemu Silvi di acara ini. Bahkan, rasa ingin bertemu dengan Silvi lebih besar dibanding rasa ingin bertemu dengan teman sekelasnya. Awalnya jika bertemu, dia akan menceritakan sederet kegiatannya sebagai dokter kecantikan. Hal itu tentu akan membuat Silvi iri setengah mati padanya. Namun kini yang ada hanya sebuah perasaan ingin melihatnya dan mengetahui seperti apa keadaanya sekarang. Mengapa dia tidak datang? Itulah perkataan yang selalu muncul sejak pemberitahuan ketidakhadiran Silvi.

       Seina teringat pada pertemuan terakhirnya dengan Silvi diacara wisuda mereka. Semua orang yang berada di tempat tersebut tersenyum bahagia, siapa pun mereka. Mereka bahagia karena dapat menyelesaikan pendidikannya. Tidak seperti Silvi, dengan wajah datar dia pergi begitu saja setelah acara selesai. Tidak ada berfoto bersama atau mengucapkan ucapan selamat kepada rekan-rekannya. Bahkan, Leo sendiri yang hendak mengucapkan selamat padanya saja tidak diperdulikan. Dia terus berjalan didamping oleh seorang pria paruh baya yang mungkin Ayahnya.

       Pertemuan tersebut merupakan pertemuan terakhir dan yang paling diingat oleh Seina. Sebab Silvi yang biasanya selalu bersemangat, tiba-tiba menjadi pendiam. Mungkin, kah, sikapnya tersebut, merupakan efek dari meninggalnya Alga—mahasiswa fakultas kedokteran yang juga teman sekelasnya, Joe dan Arson—Ketika Alga meninggal, Silvi terlihat paling terpukul. Dia sempat terkejut melihatnya. Sejak kapan mereka dekat? Atau inikah alasan mengapa dia semakin hari semakin menjauh dari Leo dan tidak lagi perduli padanya. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (15)
  • TikaHariani

    Suka banget dengan tema reuni. Semangat ya, kak.

    Comment on chapter 18 : Pertanyaan Leo
  • Riyuni

    @yuliana Terima Kasih Ana :-D

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • yuliana

    Mantaapp.. 😊👍

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • Riyuni

    @rifkhod terima kasih atas koreksinya, kak.

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • rifkhod

    Koreksi.

    “Sempurna,” ujar Fani—dan seterusnya. Setauku dialog tag itu , (koma), narasi baru . (Titik) ka. Selebihnya suka

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • Riyuni

    @YUYU iya, kak masih on-going. Tidak tau, nih, kapan complete-nya.
    Terima Kasih Kak Yuyu sudah mampir.

    Comment on chapter 15 : Selesai Ujian
  • YUYU

    Masih on-going? Semangat ya kak!

    Comment on chapter 15 : Selesai Ujian
  • Riyuni

    @MukhlisSinaga Terima kasih sudah mampir.

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • MukhlisSinaga

    Bagus...

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • Riyuni

    @SusanSwansh terima kasih kak, sudah mampir.

    Comment on chapter 1 : Rencana
Similar Tags
THE HISTORY OF PIPERALES
15      8     0     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Renjana: Part of the Love Series
3      3     0     
Romance
Walau kamu tak seindah senja yang selalu kutunggu, dan tidak juga seindah matahari terbit yang selalu ku damba. Namun hangatnya percakapan singkat yang kamu buat begitu menyenangkan bila kuingat. Kini, tak perlu kamu mengetuk pintu untuk masuk dan menjadi bagian dari hidupku. Karena menit demi menit yang aku lewati ada kamu dalam kedua retinaku.
After Rain [Sudah Terbit]
12      7     0     
Romance
Bagaimana rasanya terjebak cinta dengan tiga laki-laki yang memiliki hubungan saudara? Bilamana hujan telah mempertemukan kita berteduh di bawah payung yang sama, maka hujan juga bisa memisahkan apa yang sama-sama kita rasa, kemudian memulangkan kembali semua kenangan yang ada. Copyright � 2018, Deka Lika
Konspirasi Asa
19      3     0     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai amb...
Baret,Karena Ialah Kita Bersatu
462      307     0     
Short Story
Ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjuangan Kartika dan Damar untuk menjadi abdi negara yang memberi mereka kesempatan untuk mengenakan baret kebanggaan dan idaman banyak orang.Setelah memutuskan untuk menjalani kehidupan masing - masing,mereka kembali di pertemukan oleh takdir melalui kesatuan yang kemudian juga menyatukan mereka kembali.Karena baret itulah,mereka bersatu.
SURREAL
466      323     5     
Short Story
Death, is the biggest broken heart on this world.
Her Glamour Heels
290      214     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
109      26     0     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
REGRET
2      2     0     
Short Story
Adil bukan berarti sama. Adil adalah saat kita membaginya sama rata sesuai kebutuhan yang diperlukan. Jika kamu merasakan ketidakadilan dalam dirimu, coba tanyakan pada dirimu sendiri, sudahkah kamu paham akan makna keadilan?
When the Winter Comes
413      60     0     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.