Read More >>"> Loneliness (8 : Pinggir Lapangan Sepak Bola) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Loneliness
MENU
About Us  

       “Kau sedang mencari Leo?” Tegur Arson yang duduk dipinggir lapangan sepak bola, dia sedang mengganti sepatunya dengan sepatu bola.

       “Iya.” jawab Silvi cepat.”Tadi, dia bilang, mau bertemu disini.”

       “Tunggu saja! Aku juga sedang menunggu mereka.”

       “Oh, baiklah.”

       Silvi mengamati Arson yang sedang mengganti sepatunya. Menurutnya satu-satunya teman terdekat Leo yang baik, hanya Arson. Dia tidak pernah bertanya yang aneh-aneh atau banyak bertanya seperti teman-teman Leo yang lain. Setiap bertemu, dia selalu tersenyum pada Silvi, tidak seperti lainnya berwajah datar, padahal Silvi sudah berusaha untuk tersenyum, walau dia tidak ingin melakukannya. Satu lagi, Arson termasuk kategori  mahasiswa yang pintar di fakultas kedokteran. Tapi, ada satu hal yang tidak Silvi suka dari diri Arson, tingkah playboy-nya. Sebulan sekali putus, paling lama tiga bulan. Mungkin, selama 3 tahun kuliah, mantannya sudah ada 20 orang lebih. Namun, itu tidaklah penting, sebab dirinya tidak tertarik pada Arson.

       Dia mendekat dan duduk disebelah Arson.”Diantara mereka, kau yang selalu tepat waktu.”

       “Kau juga!” Arson tersenyum.”Kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat sekali.” Arson mengamati raut wajah Silvi dengan serius. Wajah sangat pucat.

      “Mm, aku baik. Mungkin aku salah pakai bedak, kali ya.” Silvi juga merasakan ada yang aneh dengan wajahnya. Beberapa hari belakangan, wajahnya terlihat pucat, seperti tidak ada aliran darah disana.

      “Aku tidak tahu, ternyata kalian saling memperhatikan.” Ujar Fikar secara tiba-tiba dari belakang. Lalu duduk disebelah Arson.

       Dia lagi!

       Kenapa dirinya harus bertemu dia lagi? Silvi dapat merasakan senyum jail yang menghiasi wajah Fikar. Meskipun, dia tidak melihatnya.        Arson pun malas menanggapi tingkah laku Fikar. Ada saja pertanyaannya.

       “Aku tahu, kau pasti sudah merencanakannya, kan?” Tanya Fikar menyentuh pundak Arson sambil tersenyum menggoda.

       Silvi tahu kemana arah pembicaraan Fikar. Sekilas Silvi melirik keduanya. Arson tetap diam. Melirik pun tidak. Tatapannya terus mengarah lurus ke depan. Apa yang ada didalam otak Fikar, sampai dia berpikir seperti itu. Meski keduanya sama-sama playboy, namun Arson adalah playboy kelas tinggi karena sikapnya yang ramah dan sopan. Dia juga selalu berbicara sesuai fakta dan tidak akan mengatakan hal yang betele-tele dan nyeleneh seperti yang dilakukan Fikar. Jika dibandingkan, tentu saja banyak gadis di kampus ini yang jatuh cinta pada Arson dibanding Fikar.

       “Kalian sudah lama menunggu?” Tanya Olan ramah. Dia duduk beberapa meter dari Silvi, masih mengenakan kemeja dan jeans.

       “Tentu saja! Kau bisa lihat, Arson sudah siap.” Sambar Silvi sewot dan memandangnya sinis.

       Arson dan Fikar langsung melirik Silvi. Mereka penasaran mengapa Silvi selalu sewot terhadap Olan. Padahal, Olan bertanya baik-baik dan lagi pula, pertanyaan itu tidak ditujukan padanya. Ada masalah apa diantara mereka berdua? Fikar pernah beberapa kali bertanya, tapi Olan hanya tersenyum menanggapinya, kadang pura-pura tidak mendengar, dan terkadang Olan hanya mengatakan ‘biarkan saja’. Meski penasaran, Arson tidak mau banyak bertanya. Biarkan sampai orangnya sendiri yang berbicara.

       Yang membuat Mereka sangat heran lantaran, Olan adalah pria yang sangat baik, lemah lembut, sopan, dan sangat menghormati wanita. Jika dilihat, dari sisi mana Silvi dapat membencinya. Kesalahan apa yang sudah dilakukan Olan padanya? Tapi, tidak ada satupun diantara mereka yang mau buka mulut.

       Satu persatu teman mereka berdatangan. Kini yang datang, Hazen, Joe, dan Rona. Kemana Leo? Dia semakin bosan menunggunya, apalagi dengan kedatangan tiga orang tersebut. Silvi melirik arloginya dan mulai tidak sabar. Dia mengoyakkan kedua kakinya, berharap Leo segera datang. Arson yang melihat tingkah Silvi hanya tersenyum geli. 

       “Silvi.” Teriak Sinta secara mengejutkan dari arah depan. Dia berjalan bersama Cynthia menghampiri Silvi yang duduk dipinggir lapangan.

       “Silvi, kau jadi panitia kompetisi akuntansi, ya.” Ujar Cynthia manis.”Kau datang saja, tepat di hari acara. Acaranya hanya berlangsung lima hari kok. Tugasmu hanya mengawasi peserta dan memberi pengarahan pada mereka. Kau mau, kan? Ayolah, kami kekurangan panitia. Bagaimana? Ayolah, Silvi. mau, ya.”

       ”Sayang sekali, aku tidak bisa. Hari kamis, aku sudah ada seminar.”

       “Seminar keutuhan NKRI, ya? Acara kami berlangsung minggu depan. Kau mau, kan? Ayolah?” Bujuk Sinta memelas.”Kalau kau setuju, kita bertiga satu ruangan.”

       “Baiklah.” Terima Silvi riang.

       “Ribut sekali. Seperti pasar burung!” sindir Rona pelan. Meski pelan, Sinta dan Cynthia dapat mendengarnya dengan jelas.

       Sama seperti Silvi. kedua gadis itu juga tidak menyukai Rona, padahal mereka teman sekelas sejak semester pertama. Menurut mereka, Rona merasa dirinya adalah ratu kampus. Karena hanya dia, satu-satunya wanita yang berteman dekat dengan para cowok tenar dan keren di kampus. Sehingga membuat dirinya merasa paling bagus, keren, dan sempurna. Tanpa cacat. Padahal dia hanya gadis berkaca mata dengan wajah yang biasa saja. Rambut panjang hitam. IQ yang dimilikinya juga termasuk dalam kategori rata-rata. Tidak ada yang special.

       Fakta itu sering membuat, Sinta dan Cynthia mual melihatnya, seperti saat ini. Dia, lah ratunya. Dia, lah yang mengatur semuanya.

       “Tampaknya kau sibuk. Kalau begitu, nanti malam akan ku kabari lagi tentang detailnya. Ok. Sampai nanti malam.” Ujar Cynthia melirik Rona sinis. Dadanya naik turun, menahan amara. Sebenarnya, dia ingin sekali menjabak rambutnya dan menampar bibirnya. Tapi, Cynthia tahu itu akan membuatnya dalam masalah besar.

       “Aku memang tidak bisa melakukannya, tapi nanti akan ada orang yang melakukannya.” kata Cynthia dalam hati. Lalu berlalu dari pinggir lapangan.

       Silvi hanya tersenyum dan mengangguk mengerti. Dia melihat ke sekeliling, para pria tadi sudah tidak ada di tempatnya. Pasti mereka sedang mengganti pakaian dan akan segera bermain sepak bola. Sekilas Silvi melirik Rona yang duduk jauh darinya dan Arson.

       “Ku lihat, kau suka keramaian. Benar, kan?”

       “Iya.” jawab Silvi mengangguk cepat.”Aku benci sunyi, seperti rumahku sepi, sunyi sejak—. Seina! Seminggu yang lalu, dia bilang akan masuk minggu depan, kok dia sudah masuk, ya. Oh, dia ingin mempermainkanku.”

       “Dia sudah baru masuk hari ini! Seminggu yang lalu, dia bilang akan masuk minggu depan. Itu benar, Silvi. Kau menjenguknya rabu minggu kemarin, sekarang sudah selasa. Sudah satu minggu, kan?” Jelas Arson geli.

       “Eh, iya. Tapi, perasaan seperti tiga hari lalu.” Silvi tertawa malu-malu. Kenapa dia bisa mendadak jadi sebodoh itu.

       Senyum Arson semakin lebar melihat tingkah Silvi yang malu-malu. Jarang-jarang dia melihatnya, bahkan ini yang pertama. Biasanya itu anak selalu percaya diri dengan tindakan dan kata-katanya, meski terkadang salah. Hal itulah yang sangat dia sukai dari sosok Silvi.

       “Arson, aku bisa titip proposal ini.” Silvi mengeluarkan kertas putih yang telah terjilid rapi dari tasnya.”Tolong berikan pada Leo.”

      “Kau ke sini, hanya untuk memberikan ini?”

       Silvi mengangguk sambil tersenyum, yang menandakan jika pertanyaan Arson benar.

       “Kurang ajar Leo.” Umpatnya kesal.”Seharusnya dia tidak boleh terlambat seperti ini.”

       Rona melirik Arson seketika, saat mendengar kata-kata yang diucapkan Arson. Lirikannya terlihat sangat sinis, apalagi itu hanya untuk membela Silvi, si manusia tidak berguna. 

       Silvi hanya tersenyum tipis menanggapi umpatan Arson.”Bisa, kan, aku titip padamu? Aku ingin menyapa Seina.”

       “Tentu saja! Aku akan menyampaikannya. Kau pergi saja dan ganggu dia.”

       “Terima kasih.” Silvi mulai melangkah, namun dia kembali berbalik karena mendengar pertanyaan Arson.

       “Meski aku tidak tahu alasannya, tapi bukan karena orang itu, kau menganggunya, benar, kan?” Tanya Arson pelan.

       Silvi tersenyum penuh makna. Ya, benar. Bukan karena Leo, Silvi mengganggu Seina. Bahkan, sedikit pun Silvi tidak punya rasa ketertarikan terhadap Leo. Mendekati Leo, hanya strategi Silvi untuk membuat Seina kesal. Sebab, di beberapa pertemuan awal, Seina berhasil membuat Silvi kesal setengah mati padanya.

       Saat itu, keduanya tanpa sengaja bertemu ketika mereka meminta tanda tangan ketua BEM di acara OSPEK. Silvi sudah mengantri dan menunggu lama untuk itu. Ketika gilirannya tiba, Seina malah memotong antriannya. Dan yang membuatnya bertambal kesal, si ketua BEM langsung memberikan tanda tangannya, tanpa menegur ataupun menyuruhnya mengantri seperti yang lain.

      Lalu, saat Silvi datang ke pusat pelayanan administrasi, lagi-lagi dia bertemu dengan Seina. Dan lagi-lagi Seina mendapat pelayanan cepat dibanding dirinya yang sudah mengantri lama.

       Kemudian, Alga yang katanya teman dekatnya. Malah lebih memperdulikan Seina. Karena hujan, Alga menawarkan diri mengantarkan Seina pulang, sedangkan dirinya malah disuruh pulang dengan kakak tirinya. Padahal dia tahu bagaimana Silvi membenci orang tersebut. Melihatnya saja dia tidak mau, apalagi meminta bantuannya. Gara-gara itu, terpaksa Silvi pulang dengan angkutan umum dan kehujanan pula. Akhirnya, dia demam seminggu dan terpaksa masuk kuliah karena ujian semester.

       Kejadian-kejadian tersebut membuatnya kesal setengah mati. Sehingga ketika dia mendengar Seina kagum dan tertarik pada Leo, dia tidak membuang kesempatan itu. Dia bertekad untuk berpura-pura tertarik pada Leo hingga kuliahnya selesai. Yang membuat seru, Leo membiarkan saja Seina ataupun Silvi mendekatinya. Sehingga, Seina sering kesal karena mereka berdua sering terlibat dalam beberapa acara sebagai panitia. Karena Silvi dan Leo, berada di jurusan yang sama.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (15)
  • SusanSwansh

    Nice.

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • Riyuni

    @yurriansan terima kasih kak, sudah mampir.
    sebenarnya ini young adult :D

  • yurriansan

    Romansa remaja. Keep writing ya.
    Dan aku tggu juga krisanmu d critaku :D

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • Riyuni

    @rara_el_hasan terima kasih kakak untuk semangatnya.

    Comment on chapter 1 : Rencana
  • rara_el_hasan

    semangat kakak .. dtunggu up selanjutnya

    Comment on chapter 1 : Rencana
Similar Tags
Rumah Laut Chronicles
13      6     0     
Horror
Sebuah rumah bisa menyimpan misteri. Dan kematian. Banyak kematian. Sebuah penjara bagi jiwa-jiwa yang tak bersalah, juga gudang cerita yang memberi mimpi buruk.
Segaris Cerita
3      3     0     
Short Story
Setiap Raga melihat seorang perempuan menangis dan menatap atau mengajaknya berbicara secara bersamaan, saat itu ia akan tau kehidupannya. Seorang gadis kecil yang dahulu sempat koma bertahun-tahun hidup kembali atas mukjizat yang luar biasa, namun ada yang beda dari dirinya bahwa pembunuhan yang terjadi dengannya meninggalkan bekas luka pada pergelangan tangan kiri yang baginya ajaib. Saat s...
Awal Akhir
3      3     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
Mahar Seribu Nadhom
37      11     0     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
Aria's Faraway Neverland
47      12     1     
Fantasy
"Manusia adalah Tuhan bagi dunia mereka sendiri." Aria adalah gadis penyendiri berumur 7 tahun. Dia selalu percaya bahwa dia telah dikutuk dengan kutukan ketidakbahagiaan, karena dia merasa tidak bahagia sama sekali selama 7 tahun ini. Dia tinggal bersama kedua orangtua tirinya dan kakak kandungnya. Namun, dia hanya menyayangi kakak kandungnya saja. Aria selalu menjaga kakaknya karen...
MY MERMAN.
4      4     0     
Short Story
Apakah yang akan terjadi jika seorang manusia dan seorang duyung saling jatuh cinta?
ANSWER
2      2     0     
Short Story
Ketika rasa itu tak lagi ada....
Jika Aku Bertahan
39      21     0     
Romance
Tidak wajar, itu adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan pertemuan pertama Aya dengan Farel. Ketika depresi mengambil alih kesadarannya, Farel menyelamatkan Aya sebelum gadis itu lompat ke kali. Tapi besoknya secara ajaib lelaki itu pindah ke sekolahnya. Sialnya salah mengenalinya sebagai Lily, sahabat Aya sendiri. Lily mengambil kesempatan itu, dia berpura-pura menjadi Aya yang perna...
Cincin dan Cinta
1099      676     22     
Short Story
Ada yang meyakini, jika sama-sama memiliki cincin tersebut, kisah cinta mereka akan seperti Vesya dan Zami. Lalu, bagaimanakah kisah cinta mereka?
BELVANYA
1      1     0     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.