Sudah bisa ditebak, Ayahnya pasti menelepon untuk mengajaknya pergi ke acara lamaran Om Andi-Fatner Ayahnya mendirikan sebuah EO.
“Jika bersama mereka. Aku tidak mau ikut! Lagi pula, aku ada ujian. Dan itu hari terakhirku ujian.” Jawab Silvi santai, tapi penuh dengan penekanan.”Sudahlah, Ayah. Buat saja alasan yang logis. Terserah Ayah. Pokoknya aku tidak bisa.”
Silvi menutup teleponnya. Dia menghelakan nafas panjang, lalu melirik ke sekelilingnya, melirik meja- meja kosong yang tertata rapi di kantin. Oh nasib, kenapa dia harus terlambat saat ujian. Kalau sudah begini dia harus berpikir keras untuk menjawab soal-soal itu.
“Kau terlambat?” Tegur Tora yang langsung duduk di hadapan Silvi.
“Lho, kok disini?” Tanya Silvi terkejut. Sebab saat ini ujian sedang berlangsung dan Tora tiba-tiba muncul dihadapannya.”Kau sudah selesai ujian?” Tanyanya lagi terheran.
“Aku juga terlambat!” Jawab Tora tertawa.”Bagaimana ini? Dia tidak akan mengizinkan kita untuk ikut ujian susulan.”
“Kita coba tanya saja dulu! Biarpun galak begitu, dia masih manusia, kan. Punya hati, perasaan, dan pikiran. Dia juga pernah jadi mahasiswa. Pasti tahu rasanya, seperti apa.” Hibur Silvi pada dirinya sendiri. Meski dia tahu, jika itu semua mustahil.
“Mata kuliahnya mudah. Dosennya yang tidak mudah. Ribet! Banyak anturan! Mungkin dia begitu karena dosennya dulu juga begitu kali, ya.” Ujar Tora tertawa geli membayangkannya.
“Maksudnya balas dendam gitu.” Sahut Silvi mencerna kata-kata Tora.
“Bisa jadi! Eh, si Zeze ngajak kita liburan bareng selesai ujian. Dia pengen ke Bali.”
“Aku sudah punya rencana sendiri!” Jawab Silvi cepat.
“Kemana?” Tiba-tiba suara Zeze terdengar dari arah belakang. Sontak membuat Silvi dan Tora melihat ke asal suara.
Dahi mereka langsung berkerut. Waktu ujian baru 20 menit berlalu, kenapa Zeze sudah keluar? Meski mudah, tidak mungkin secepat ini dia keluar.
“Kau dikeluarkan!” Tebak Tora yakin tak yakin.
“Begitulah.” Jawab Zeze santai duduk di kursi yang bersebelahan dengan Tora.
“Kita bertiga sudah jelas dapat E.” Kata Tora pasrah.
“Tidak!” Tegas Zeze.”Tapi kita sekelas sudah pasti dapat E!”
“Lho, kok bisa begitu? Kalian diusir berjama’ah?” Tanya Silvi tak habis pikir.
Zeze langsung menganggukan kepalanya dengan cepat, yang kemudian disambut tawa keras dari Tora dan Silvi. Beberapa detik kemudian, mereka berdua melihat satu per satu teman sekelas mereka mulai memenuhi meja yang ada di kantin.
“Untung saja kalian terlambat. Jadi tidak perlu mendengar ceramahnya yang panjang lebar tentang masa-masa saat dia kuliah.”
“Nasib baik sedang berpihak pada kita.” Ujar Tora tersenyum lega. Setidaknya dia tidak mendengar omelan dan diusir oleh dosen tersebut.”Ila mana? Langsung pulang, ya?”
“Lagi di toilet.” jawab Zeze.”Dan kau mau pergi kemana liburan semester ini?” Tanyanya menyelidik pada Silvi.
“Rencananya, sih, Malang.” Jawab Silvi.
“Bareng Om dan Tantemu?” Tanya Zeze lagi.
“Mmm..” Sahut Silvi mengangguk.
“Kapan?”
“Banyak tanya banget, sih. Ya, selesai ujian lah.” Semprot Silvi kesal ditanya terus menerus, padahal Zeze sudah tahu jawabannya.
“Batalkan saja! Aku sudah mengatur liburan kita ke Bali.” Ujar Zeze tenang.”Dan kalian bertiga wajib ikut!”
“Aku harus berkata berapa kali padamu Zeze, kalau aku tidak bisa ikut. keluargaku sudah punya rencana.” Sahut Ila yang baru tiba. Dia langsung mengambil posisi duduk disebelah Silvi.
“Aku butuh suasana baru untuk liburan semester ini. Lagi pula, aku muak melihat wajahmu setiap hari. Dan kalau dipikir-pikir, selama ini kami tidak pernah liburan bersama, karena mereka sibuk bekerja. Jadi, ini adalah momen yang pas! Mmm, sebaiknya kalian pergi berdua saja atau lebih baik lagi, jika kau mengunjungi orang tuamu di Jepang, sekalian liburan disana. Asik, kan?” Seru Silvi tersenyum memberikan idenya, dengan maksud agar Zeze tidak memaksanya untuk ikut pergi ke Bali.
“Tidak bisa!” Tegas Zeze dengan nada sedikit membentak, membuat beberapa orang yang duduk di dekat mereka menoleh.
“Ayo, kita pulang! Tidak ada gunanya bicara dengan Zeze. Keras kepala! Mau menang sendiri.” Silvi berdiri sambil menarik tangan Ila untuk pergi dari tempat itu.
“Kalian mau meninggalkan kami berdua?” Tanya Tora kebingungan melihat Silvi dan Ila beranjak pergi.
“Untuk apa lagi disini? Besok kita masih ujian dan kami harus belajar lagi.” Jawab Silvi seperti mahasiswi pintar.
“Gayamu?” Ejek Tora.
“Kami harus belajar, dong. Biar, ujian kami lancar! Kalau ujiannya lancar, liburan pasti semakin menyenangkan.” Bela Ila.”Sebaiknya kalian berfikir mau liburan kemana? Bagaimanapun, kalian memaksa kami ikut, tetap saja kami tiba bisa.” Kali ini Ila menarik Silvi untuk berjalan meninggalkan Tora dan Zeze dikantin.
Mereka berjalan hingga parkiran khusus mobil fakultas ekonomi & bisnis, dan berhenti tepat didepan sebuah Jazz berwarna navy. Tak lama, Zeze muncul dan terlihat tersenyum pada mereka berdua.
Suka banget dengan tema reuni. Semangat ya, kak.
Comment on chapter 18 : Pertanyaan Leo